"(verb) make something more difficult or confusing by causing it to be more complex.."
LANNAVERA
Untuk ukuran playboy, Nathaniel termasuk yang bersemangat dengan wedding preparation. Ya, aku terjebak dalam scenario menikah dengannya. Kedatangan keluarga Black malam itu ke rumah Mama disambut dengan tangan terbuka, meskipun Mama sempat shock saat tau hanya ada empat minggu mempersiapkan pernikahan, dan ooh! sempat menuduhku hamil diluar nikah juga, tapi pada akhirnya Mama dan Alice yang paling repot membantu Nathaniel mengurus semuanya.
Tugasku?
Berpura-pura stress dengan perintilan pernikahan dan berakting bahagia akan segera menikah.
Kenapa aku selalu sial jika berhubungan dengan pernikahan?
Dulu saat akan menikahi lelaki yang paling kucintai, harus berakhir di tengah jalan.
Dan sekarang saat aku terpaksa menikah dengan lelaki yang gak aku cinta, sepertinya sama sekali tidak ada halangan.
"Baby?"
Aku tersentak dari lamunanku. "Ya?"
Nate menghela nafas panjang. "Forget it, gue bisa urus sendiri."
Untuk beberapa saat, aku bingung apa yang dia maksud. Tapi saat melihat dia membereskan folder berisi contoh undangan, aku baru inget kalo ini adalah waktunya menentukan desain undangan. Besok harus sudah naik cetak.
"Mau kemana?" tanyaku bingung saat melihat dia malah bersiap-siap mau pergi.
"Pulang." Jawabnya singkat. Dia sama sekali tidak menatapku. Ini adalah tanda kalo si playboy mulai ngambek.
Ya, kami memang ke apartemenku setelah pulang kerja. "Kita belum beres milih undangannya, kok udah pulang?"
Nate mendengus. "Nanti gue bisa milih sendiri."
Aku menariknya untuk kembali duduk di sampingku. "Lo nikahnya sama gue, jadi milihnya sama gue juga. Sit. Gue order makanan dulu, tolong keluarin lagi contoh undangannya."
"No, it's fine." Tolak Nate. "Gue pulang aja. Sorry kalo agak kelewat antusias prepare semuanya. Gue tau ini bukan yang kita mau, tapi at least seenggaknya gue mau bikin wedding kita nanti jadi the best day of your life , Babe."
Rasa bersalah langsung menjalari tubuhku. Gak pernah sekalipun aku berpikir Nathaniel melakukan semua ini untukku. Aku pikir ini semua hanya untuk membuktikan ke Daddynya aja. "No, I'm sorry." Aku menghampirinya. "Jangan pulang ya? Gue males makan sendirian."
Nate terlihat seperti menimbang-nimbang.
"Please?"
"Oke, but with one condition?"
"Apa?"
"Bisa keliatan sedikit antusias prepare semuanya? Seenggaknya sampe acara selesai. Pura-pura kalo emang lo beneran mau nikah sama gue."
Aku tertegun. "Why?"
"Biar gue gak ngerasa sendirian aja di sini."
Itu pukulan telak buatku. Jadi semenjak hari itu, aku berusaha memposisikan diri menjadi calon pengantin yang gak sabar segera menikah dan melibatkan diri 100% di semua preparation. Awalnya sempet bikin Nate kaget, karena aku memang detail orangnya, tapi dia gak mengeluh sama sekali. So, it's fine, I guess..
Dan hari ini kantor mendadak gempar karena, secara mendadak dan tak diduga-duga, Nathaniel mengumumkan akan resign. Keputusan yang unpredictable buat mereka, tapi itu memang sudah direncanakan sejak makan malam di rumah Mama. Nathaniel dengan terpaksa bekerja di perusahaan keluarganya bersama Alex, meskipun dia bilang ke aku hanya untuk sementara sampai dia mendapatkan pekerjaan di tempat lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being His Wife
RomanceShe refuses to fall in love He doesn't believe in love She doesn't need a man in her life He can't live without a woman in his life She hates him with all her heart He doesn't has a heart But unfortunately, the universe has a way to make fun of them...