"Once upon a time, I was sweet and innocent. And then shit happened.."
LANNAVERA
Aku tahu akan ada konsekuensi dari setiap perbuatan manusia di dunia ini, makanya Mama selalu mengajarkan kepadaku dan Maura untuk selalu berbuat baik dalam situasi apapun. Hal yang paling penting yang Mama minta adalah jangan pernah ada rahasia diantara kami bertiga, apalagi semenjak Papa meninggal sepuluh tahun yang lalu. Kami hanya punya satu sama lain untuk melanjutkan hidup.
Saat malapetaka itu terjadi pun, aku hanya punya Mama dan Maura untuk menjadi sandaran saat duniaku runtuh seketika. Hanya mereka yang menjadi alasan aku mulai menata hidupku dari awal. Hanya mereka yang memberiku alasan untuk tetap hidup meski rasanya sebagian dariku sudah mati, hilang, lenyap, tak bersisa.
Semuanya terjadi karena..
(Flashback)
Orang bilang, menikah itu seperti naik kelas, jadi pasti ada saja ujiannya. Itu yang menjadi pegangan Lannavera semenjak pertama kali menyusun rencana pernikahannya dengan Rick delapan bulan yang lalu. Mental siap menghadapi setiap ujian yang akan menyerang sudah disiapkan dari jauh-jauh hari, jadi rasanya tidak mungkin dia tidak bisa melewati ujian-ujian ini. Karena toh mereka sudah berhubungan lama, semenjak masih duduk di bangku kuliah.
Tapi sepertinya semesta memiliki berbagai macam cara untuk menyerangnya, bahkan dari arah yang tidak disangka-sangka. Bahkan tidak pernah sekalipun Lanna berpikir ujian ini yang akan menyerangnya.
Tepat tiga bulan sebelum hari bahagianya, Rick mulai berubah. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, bahkan beberapa kali menghindari pertemuan dengan wedding planner dengan alasan sedang fokus dengan pekerjaannya. Sehingga Lanna harus mengurus semuanya sendiri. Kadang memaksa Maura menemaninya, karena tekanan sebagai calon pengantin wanita itu sangat berat.
"Lo tau kan kalo lelaki kadang suka ngalamin masa gak siap menikah justru mendekati hari pernikahannya? Kayak belum rela masa lajangnya lepas begitu aja. Mungkin Rick lagi ngalamin fase itu, lo yang sabar ya. Nanti juga lewat kok." Ujar Maura satu waktu saat Lanna mencurahkan kekesalannya dengan sikap Rick yang mendadak sangat pasif mempersiapkan pernikahan mereka. Padahal dia yang memaksa tahun ini juga menikah.
Lanna pun berusaha sabar dan mencoba lebih mengerti posisi Rick. Mungkin dia pusing dengan segala macam tagihan yang mereka tanggung berdua menjelang pernikahan. Tapi semakin hari rasanya Rick semakin susah untuk diajak bertemu, selalu ada saja alasannya menolak bertemu. Sampai akhirnya, satu malam Rick datang ke rumah dan memaksanya untuk pergi sebentar karena ada hal yang ingin dia bicarakan.
Jantung Lanna berdegup kencang selama perjalanan menuju entah kemana, karena sudah satu jam lebih mereka berputar-putar tanpa arah yang jelas. Rick pun diam seribu bahasa, membuat suasana menjadi sangat canggung.
Lalu secara mendadak, Rick membelokkan mobilnya ke restoran siap saji dan memarkirkan mobilnya di area paling ujung. Lanna sudah siap turun meskipun dirinya merasa heran sendiri, kenapa Rick membawanya ke sini jika dia ingin bicara serius dengannya.
Tapi Rick menahannya saat akan keluar mobil. "Kita bicara disini aja."
Kedua alis Lanna bertaut. "Di mobil?"
Rick mengangguk, kedua matanya menolak menatap langsung mata Lanna. Sikapnya terlihat gugup dan cemas. "Ya, kita bicara di mobil saja."
"Ada apa? Kamu kenapa? Pucet banget." Tangan Lanna terulur hendak mengusap dahi Rick yang berkeringat, ini aneh mengingat suhu mobil cukup dingin karena daritadi AC menyala.
Rick menghindari tangan Lanna. "Gak apa-apa kok. Lagi sering pusing dikit sih belakangan ini."
Lanna menelan kekecewaannya melihat penolakan Rick, tapi dia tetap berusaha mengerti posisi Rick. "Lagi banyak kerjaan ya? Kamu pasti lupa makan kalo lagi serius kerja. Nanti kena maag loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Being His Wife
RomansaShe refuses to fall in love He doesn't believe in love She doesn't need a man in her life He can't live without a woman in his life She hates him with all her heart He doesn't has a heart But unfortunately, the universe has a way to make fun of them...