Part 2

610 17 4
                                    

Saat itu, tepatnya pukul 9, aku baru selesai mengikuti perkuliahan pagi. Ku melangkah menuju kantin kemudian membeli nasi dan lauknya untuk sarapan. Setelah membayar, aku pun mencari tempat duduk. Situasi sangat ramai, aku hanya mendapatkan satu meja kosong di mana ada seorang mahasiswi yang sedang duduk di sana.

"Mel, kursi ini kosong?" tanyaku kepada mahasiswi yang merupakan adik tingkatku bernama Amel.

Amel tidak menjawab, pikirannya seperti yang melamunkan sesuatu.

"Mel." Sekali lagi aku memanggilnya.

"Eh, iya Kang. Ada apa?" jawabnya kikuk.

"Pagi-pagi sudah melamun. Kursi ini kosong?" aku bertanya sambil menunjuk kursi yang berada di depan Amel.

"Kosong Kang, silahkan duduk." jawabnya sambil tersenyum.

Aku menarik kursi lalu duduk dan mulai menyuapkan nasi ke mulutku. Setelah beberapa suap, aku mendapatkan sebuah penglihatan yang menggambarkan kondisi seorang anak kecil berusia sekitar 5 tahun yang dekat dengan Amel.

Tanpa sadar aku berkata:

"Anak itu tidak sakit Mel, hanya ada interaksi dengan makhluk penunggu kebun pisang yang dia datangi kemarin sore."

Amel lalu menatapku kemudian berkata:

"Maksud Akang Rizki, keponakanku?"

Aku lalu sadar kemudian minum dan menghentikan aktivitas makanku.

"Iya, keponakanmu." jawabku singkat.

"Bagaimana Akang tahu kalau Amel sedang memikirkannya?" tanyanya dengan wajah penuh selidik.

"Tak sengaja tergambarkan begitu saja dipikiran Akang." jawabku sambil kembali menyantap makanan di depanku.

Amel membuka tas dan mengeluarkan HP lalu mengontak seseorang.

"Assalaamu'alaikum Ceu."

"Ceu bagaimana kondisi Rizki sekarang?"

"Apa kemarin dia bermain di kebun pisang pak Juhro Ceu?"

"Ada yang memberitahu Amel Ceu. Sudah dulu ya Ceu, Assalaamu'alaikum."

Dia menutup percakapannya lalu memandangku dengan wajah cemas.

"Kang, apa yang Akang sampaikan tadi benar kalau Rizki kemarin sore habis bermain di kebun pisang. Lalu Amel mesti bagaimana Kang?" tanyanya dengan nada gemetar.

"Kamu tenang dulu, Insya Allah Rizki akan baik-baik saja. Tapi kalau kamu sempat, pulang dulu saja, nanti hubungi Akang kalau sudah sampai di sana." jawabku.

"Ya sudah kalau begitu Amel berangkat sekarang saja Kang, do'akan Amel selamat sampai kampung ya." kata Amel sambil berdiri dan merapihkan tasnya.

"Iya, kamu jangan banyak melamun di jalan!" kataku.

"Oke, saya berangkat ya Kang. Assalaamu'alaikum." jawab Amel dengan tersenyum lalu mulai melangkah.

"Wa 'alaikum salam. Mel!" panggilku.

Amel berhenti lalu menoleh kepadaku.

"Memangnya kamu sudah tahu no Akang?" tanyaku sambil tersenyum dan berdiri lalu menghampirinya.

"Astaghfirullah, Amel lupa Kang. Berapa no nya? Biar Amel dial" Dia membuka HP lalu mencatat no ku dan mendialnya, setelah terhubung dia menyimpan kontakku lalu kembali pamit.

The VisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang