Part 9

505 19 6
                                    

Author POV

Tepat seminggu sejak peristiwa penyergapan Cipto, ternyata pihak kepolisian masih belum mampu menangkap Arga. Pihak kepolisian pernah melakukan penyergapan ketika Aydin memberitahukan posisi keberadaan Arga berdasarkan penglihatannya. Entah karena pergerakan Arga yang memang terkenal licin atau mungkin saja dikarenakan adanya kebocoran informasi mengenai operasi penyergapan dari oknum jajaran kepolisian, sehingga Arga berhasil lolos pada saat itu.

Setelah seharian menggantikan posisi Chandra di toko karena hari itu Chandra harus mengantarkan Santi yang sedang sakit ke kampungnya, akhirnya tepat pukul sepuluh malam Aydin pun pulang. Ketika dia berada di areal parkir, dia kembali mendapatkan sebuah penglihatan. Sambil menunggangi motor dan menyalakan mesinnya, mata Aydin mengawasi kondisi di sekitarnya yang sudah sepi.

"Alhamdulillah, terima kasih Engkau telah memperingatkanku." gumam Aydin lalu segera melajukan motornya.

Setelah sampai di kostan, Aydin langsung menunaikan shalat Isya lalu merebahkan tubuhnya di kasur. Dia menyalakan televisi untuk menonton acara berita malam yang disiarkan salah satu televisi swasta sampai akhirnya sang televisi lah yang menonton Aydin tertidur.

"Tidak!" teriak Aydin yang langsung terbangun dengan deru napas yang terengah dan keringat mengucur deras di wajahnya.

"Astaghfirullah." ucap Aydin sambil mengatur pernapasannya. Setelah menguasai emosinya, dia mengambil handphone yang terletak di dekat televisi dan menyadari bahwa saat ini baru pukul satu malam. Dia merenung sejenak lalu segera mendial nomor Amel.

Sudah tiga kali Aydin menghubungi Amel, namun Amel belum juga mengangkat teleponnya. "Ayolah Yang, cepat angkat." gumam Aydin cemas. Dia memasukkan beberapa pasang pakaian ke dalam tas sambil terus mencoba menghubungi Amel.

"Assalaamu 'alaikum A." akhirnya Amel mengangkat telepon setelah lima kali Aydin menghubunginya.

"Wa 'alaikum salam. Yang, tolong jangan bertanya dan dengarkan Aa baik-baik. Masukkan beberapa pasang pakaian dan barang lainnya yang kamu perlukan untuk seminggu ke depan ke dalam koper sekarang juga, Insya Allah sekitar 30 menitan Aa sudah di sana! Assalaamu 'alaikum." Aydin pun menutup pembicaraan. Mendengar ucapan Aydin, Amel dengan sigap turun dari tempat tidur lalu ke kamar mandi walaupun sebenarnya dia bertanya-tanya kenapa Aydin berkata seperti itu barusan.

Aydin POV

Setelah menutup panggilan telepon, Aku lantas menggunakan jaket lalu menggendong tas dan keluar dari kamar. Pada saat keluar kostan, aku melihat ada dua buah motor sedang parkir dengan tiga orang dewasa sedang berbincang sambil menenggak botol minuman di area itu. Aku menyalakan motor lalu mulai melaju dengan kecepatan normal. Ketika posisiku sejajar dengan posisi mereka, sudut mataku menangkap ketiga laki-laki itu berdiri dan berjalan tergesa-gesa menuju motor mereka yang terparkir tadi.

"Profesional banget sampai rela begadang." celotehku lirih.

Setelah keluar gang dan memasuki jalan raya, aku mulai mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Terdengar suara cempreng knalpot yang merupakan khas motor dua tak semakin mendekat. Ku leret spion sekilas dan ternyata kedua motor tadi sudah berada sekitar 30 meter di belakangku. Melihat bagaimana cara mereka mengendarai motor membuatku berpikiran bahwa mereka bukan hanya mengikuti, namun ada kemungkinan mereka berniat untuk menyergapku. Situasi jalanan yang sepi tentu saja menguntungkan bagi mereka untuk menangkap atau bahkan membunuhku di tempat. Oleh karena itu aku pun mempercepat laju motor menembus keheningan malam.

The VisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang