Chapter 4

137K 8.3K 88
                                    

Kediaman Tante Rossa sudah mulai ramai saat Aerin tiba. Setiap tahun setelah ia bekerja di Jakarta, menghadiri pesta ulang tahun Tante Rossa adalah agenda wajib.

Tante Rossa sangat populer di kalangan sosialita karena sosoknya yang dermawan dan juga sangat baik. Ia punya banyak yayasan sosial dan aktif mensupport anak-anak kurang mampu untuk mendapat pendidikan terbaik.

Begitu sosok Aerin masuk ke ballroom, semua mata otomatis mengamatinya. Aerin tersenyum ramah sambil say hello ke beberapa sosok yang dikenalnya. Ia memang jarang sekali hadir di acara seperti ini.

Dulu Tante Mirna suka sekali memaksanya untuk hadir di acara-acara seperti ini tapi ia selalu menolak. Tante Mirna ingin ia mengenal banyak orang penting dan tentu saja menemukan jodohnya di kesempatan seperti ini.

"Hai, kamu datang juga."

Seorang pria ganteng berjas hitam rapi dengan dasi warna maroon, menghampirinya. Aerin tersenyum dengan pikiran jungkir balik, mencoba mengingat siapakah pria ini?

"Hai, apa kabar?" sapanya, menyembunyikan kekikukannya karena tak bisa mengingat siapa pria ini.

Pria itu tertawa kecil melihat ekspresi Aerin yang sangat menggemaskan.

"Kamu pasti tidak ingat aku."

Aerin mendelik, lalu tertawa.

"I'm sorry. Aku memang lemah banget mengingat wajah pria."

"Renno, anaknya Tante Rossa."

"Aaaah...sekarang aku ingat, kita pernah jumpa tahun lalu disini juga kan?" Renno menggeleng.

"Kita pernah jumpa tahun lalu disini, iya. Tapi 1 minggu yang lalu, kita juga jumpa di Gusto Resto dan aku kirimin kamu tiramisu cake." Aerin jadi ngerasa bersalah banget.

"You are really something. Gimana kamu bisa lupa wajah seganteng aku?" Protes Renno agak-agak sebel.

"Sorry. Next time ketemuan, pasti aku yang akan nyapa duluan." Aerin tersenyum semanis mungkin.

Renno menatapnya tanpa berkedip. Tahun lalu saat mamanya mengenalkan ia pada Aerin, ia tau kalau ia jatuh hati pada pandangan pertama. Tapi reaksi Aerin saat itu sangat biasa, tidak menampakkan ketertarikan sedikitpun. Dan itu membuatnya patah hati.

Saat itu ia berpikir pasti Aerin sudah mempunyai pria yang dicintainya. Tidak mungkin wanita secantik dan semenarik Aerin belum punya pasangan.

"Ayo, aku antar ke mama."

Tanpa basa-basi Renno menarik lembut tangan Aerin dan menuntunnya ke ruangan lain. Aerin tidak protes, mengikuti Renno di tengah hujaman pandangan cemburu dari gadis-gadis yang mereka lewati.

***

Tante Rossa dan beberapa tante lain yang dikenalnya sedang bernostalgia di ruangan kecil. Begitu melihat sosok yang baru masuk, mereka saling memandang.

"Oh my God. Kamu...oh, give me a big hug." Aerin memeluk Tante Rossa dengan erat.

"Happy birthday, tante. Stay healthy, happy and all the best for you and your family," ucap Aerin tulus sambil mengecup lembut pipi wanita sahabat almarhumah maminya.

"Waah...acara reuni nih. Aku cabut dulu, see you Aerin."

Aerin membalas lambaian Renno yang melangkah ke luar ruangan.

"Tante mau dipeluk juga..." protes Tante Anke, sahabat maminya yang lain.

Aerin tersenyum dan memeluk Tante Anke yang tampak semakin tua karena pengobatan kanker payudara yang sedang dijalaninya. Pelukan berlanjut ke Tante Mariska yang awet muda di usianya yang hampir 55 tahun.

AKU DI SINI MENUNGGUMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang