Distrik Whitefall

3 0 0
                                    

Ace tidak pernah terbiasa dengan lagu kebangsaan yang berkumandang pada jumbotrans—layar televisi raksasa yang dipasang di pusat keramaian— baginya lagu itu hanyalah gaungan penuh kebohongan yang terus diputar untuk mencuci otak warga Ethermoor. Televisi itu tidak pernah berhenti menyiarkan propaganda. Setiap tiga jam sekali Jumbotrans akan menyala secara otomatis kemudian mendengungkan kalimat-kalimat omong kosong dan diakhiri lagu kebangsaan Ethermoor.

"Dua puluh tahun setelah Perang Dunia VI, Ethermoor berhasil mengalahkan Firecrow dalam pertarungan sengit memperebutkan posisi hegemoni*. Setelah perang dunia berakhir, pemberontakan menghasilkan perang internal yang menandakan persatuan Ethermoor terancam akibat egoisme kesukuan. Memperingati dua kejadian bersejarah tersebut, Ethermoor bertekad untuk menegakkan keadilan dan transparansi pemerintahan dalam lingkup praktik demokrasi yang menjunjung tinggi toleransi. Toleransi yang dijunjung akan mencegah perpecahan yang menghasilkan konflik sekaligus menjaga keutuhan negara..."

Propaganda itu mendengung di telinganya sebelum berakhir menjadi kalimat samar ketika Ace memasuki distrik Whitefall, tempat dia dan suku Whitefall hidup dan berkumpul. Ace mengedarkan pandangannya, berusaha menghidupkan kenangan akan pemukiman itu seindah yang bisa dia ingat. Dulunya, Whitefall adalah pusat wisata yang ramai dikunjungi selama musim panas karena perayaan dan pesta rakyat kerap digelar. Di mana-mana terdapat kalung dari bunga yang rangkai, lilin berwarna merah menyala di sudut gang-gang memberikan kesan hangat. Gedung-gedung bernuansa emas dan perak, dipenuhi orang-orang dan turis yang menari mengikuti alunan musik yang ceria. Para wanita menggenakan sutera terbaik dengan perhiasan berwarna emas yang dijepit mengikuti untaian rambutnya. Sedangkan, para pria mengenakan kemeja putih polos senada dengan rambut keperakan yang menjadi ciri fisik khas suku Whitefall.

Setidaknya, semua itu sempat terjadi sebelum perang sipil meletus akibat pembagian keuntungan yang tidak adil selama penambangan batu bara di barat distrik Whitefall. Tuntutan atas keadilan berbuah pembunuhan masal yang direncanakan pemerintah secara diam-diam. Jelas tindakan ini melanggar hak asasi manusia dan akan menggoyahkan kedudukannya sebagai hegemon. Dua belas tahun lamanya, sejarah berdarah ini terkubur dalam. Ayah Jame yang hidup mengabdikan diri untuk membongkar kasus ini juga berakhir hilang.

"Argh!" Ace melayangkan tinjunya ke udara, menendang jalanan kosong dengan kuat mengingat sikap respon Jame yang lebih buruk dari perkiraannya. "Tua bangka itu memang menyebalkan!" murkanya.

"Setelah ayah merilis berita ini, kita bisa merayakannya bersama dengan makan-makan. Ayah janji!"

Kilasan lain datang dengan cepat, menyengat sisi terdalam nuraninya. Dengan tepukan terakhir pada puncak kepalanya, Ace tidak pernah menyadari itu adalah momen terakhir mereka bertemu. Pemuda itu menantang langit suram yang berkilat, dengan tangan meremas kemeja lusuh di dada kirinya yang masih berdegup dengan konstan.

"Aku masih hidup dan memiliki beban untuk memikul harapan mereka yang sudah tiada." Ikrarnya tak terbantahkan.

Senjenak Ace menghirup udara lembab di sekitarnya. Memenuhi rongga dadanya dengan harap dan semangat yang dimilikinya. Lalu pemuda itu berlari, membelah tirai air yang perlahan turun sebagai awal dari badai pada hari itu.





*Pengaruh kepemimpinan, dominasi satu negara dalam sistem internasional dan negara-negara lain

The Edge of CliffWhere stories live. Discover now