Bab 4: Ares dan Aphrodite

131K 14.1K 957
                                    

Portia! Portia! Kalau kamu masih hidup jawablah! Jill membatin keras dalam pikirannya, berusaha memanggil Portia yang adalah pemilik asli dari tubuhnya sekarang.

Nihil. Tidak ada sahutan. Jiwa Portia tidak pernah menjawab sekeras apapun Jill berusaha. Apakah Portia benar-benar telah meninggal digigit ular? Lalu kini jiwa Jill sendirian mengendalikan tubuhnya?

Jill menghela napas. Kini dia dan rombongan Dewa Ares sudah jauh meninggalkan Sparta. Walau gadis itu sama sekali tidak tertidur di perjalanan, dia nyaris tidak menyadari kalau kereta kuda mereka kini telah membawanya masuk ke area gelap penuh pepohonan yang nyaris tidak tertembus cahaya.

Kereta kuda berjalan dengan sangat cepat dan misterius. Walau Jill melewati tanah berbatu gadis itu nyaris tidak merasakan getaran. Padahal di dunianya dulu walau dia menaiki mobil sport canggih dan berjalan di atas aspal yang mulus, tetap terasa guncangan jika menabrak batu atau semacamnya.

Tidak boleh ada seorang pun manusia yang ikut menemani Portia. Jill berpisah dengan keluarga Portia di Sparta dengan nyaris tidak membawa apa-apa. Alastair mengatakan kalau mereka akan membawa Jill ke istana Ares di Pegunungan Olympus.

Para Dewa telah menciptakan semacam perisai tidak terlihat sehingga hanya para Dewa, kaum Titan atau setengah Dewa serta makhluk-makhluk mitologi seperti Satyr, centaur dan nimfa yang bisa berkeliaran di sana. Tidak seluruh pegunungan Olympus yang dibatasi, hanya area yang ditinggali oleh para Dewa saja.

"Kalau manusia terlalu mudah bertemu dengan dewanya, mereka akan merepotkan kami dengan segala permintaannya." Begitulah jawaban dari Alastair ketika Jill menanyakan larangan itu.

Manusia memang makhluk serakah dan egois. Para Dewa tidak bisa selalu mengabulkan semua doa mereka menggunung. Alastair menjelaskan biasanya para dewa memberi bantuan dari jarak jauh dan tidak langsung.

Misalnya jika sekelompok pendeta meminta hujan maka Zeus akan diam-diam mengirimkan awan dengan kekuatannya. Ketika manusia berdoa agar dimenangkan dalam perang, Ares atau Athena biasanya mengutus pengikutnya untuk membantu dari jauh tanpa turun tangan sendiri.

Para Dewa Olympus bersikap sebagai simbol, tidak semua doa akan mereka dengar. Hanya yang menurut mereka menarik dan layak dikabulkan saja. Jill menyimpulkan kalau kuasa para Dewa Olympus terbatas. Mereka tidak bekerja seperti sihir yang cukup bilang 'abrakadabra' dan menjentikkan jari.

"Katakan padaku Alastair, seperti apa Ares? Bagaimana aku harus bersikap jika bertemu dengannya?" Jill bertanya pada Demigod tampan itu ingin tahu.

"Dia pria yang tangguh dan penuh kemurahan hati." Alastair menjawab tanpa ragu. Pemuda itu tampak benar-benar mengidolakan Ares.

"Seperti apa wanita yang dia sukai? Apa suka wanita yang pendiam atau agak cerewet?" tanya Jill lagi menyelidik. Demi melindungi nyawanya Jill harus melayani Ares sebaik-baiknya.

"Dia suka wanita cantik," kata Alastair lagi.

"Menurutmu aku cantik?" Jill bertanya lagi, menunggu reaksi Alastair sambil mengulas sedikit senyum.

"Tentu saja Anda cantik, Putri Sparta, Anda manusia tercantik di Yunani," kata Alastair yakin.

Jill tertawa kecil.

"Jadi Ares tidak akan kecewa ketika melihatku? Ini pertemuan pertama kami, jadi saya agak gugup," ujar Jill menanggapi.

"Hmm ... tidak juga, Ares pernah bertemu Anda sebelum ini," Alastair memberitahu.

Kapan? Ingatan Portia sama sekali tidak menunjukkan kalau pertemuan itu pernah terjadi. Apa mungkin Portia dan Ares pernah bertemu sebelumnya atau Alastair salah informasi?

***

"Ares ... Kamu memang kekasihku yang terbaik." Aphrodite menghempaskan badannya yang indah di dada Ares yang kokoh.

Dewi itu memainkan jemarinya yang lentik di leher Ares dan bersikap menggoda.

Pasangan selingkuh itu telah menghabiskan malam bersama. Aphrodite seperti biasa mengunjungi istana Ares ketika suami sahnya Hephaestus sibuk menyendiri di bengkelnya membuat perkakas atau senjata.

Perselingkuhan mereka sudah diketahui luas. Aphrodite sang Dewi Cinta tidak malu mengakui memiliki lebih dari satu kekasih. Tidak hanya Ares; dia juga punya kekasih manusia tampan seperti Adonis. Suaminya yang pincang dan tidak rupawan dianggap tidak ada oleh Aphrodite. Bagaimanapun, dia dinikahkan oleh Zeus secara paksa.

Zeus khawatir para Dewa berebut untuk menikahinya dan menciptakan perang. Dia akhirnya memaksa Aphrodite untuk menikah dengan Hephaestus Dewa pandai besi yang pincang.

Kenapa harus Hephaestus? Kenapa dia tidak menikahkan Aphrodite dengan anaknya yang lain seperti Ares? Walaupun Ares dikenal sebagai pecundang di Olympus tetap saja Ares lebih baik dijadikan kekasih dibandingkan Hephaestus.

Kemarahan Aphrodite membuatnya enggan bersikap setia. Dia dewi cinta dan kecantikan, dia berhak berbagi cinta dan tubuhnya dengan siapapun yang dia kehendaki. Tidak ada laki-laki di dunia ini yang berhak mengklaim kepemilikan atas dirinya yang indah itu.

Aphrodite menggeliatkan punggungnya, mengibaskan rambut pirangnya yang bergelombangseperti sutera emas lalu menyisirnya dengan jemarinya. Kemudian dewi kecantikan itu membenahi pakaiannya yang disulam dengan benang perak. Aphrodite bersiap kembali ke istananya, kembali ke suaminya yang pemuram.

"Aku akan menikah, Aphrodite," Ares memberitahu. Tubuhnya yang nyaris telanjang merebah setengah tidur di peraduannya. Sinar rembulan menyeruak tipis dari jendela kamarnya menerangi redup fisiknya yang dipahat sempurna.

"Apa?" Aphrodite menanggapi terkejut.

"Siapa?" Aphrodite bertanya, dia tampak tidak suka.

"Dia putri Sparta," Ares menjawab datar.

"Apa dia putri yang disebut-sebut tercantik di Yunani itu?" Aphrodite terlihat geram.

"Ya, dan aku memperingatkanmu Aphrodite. Jangan berpikir untuk menyakitinya seperti yang dulu kau lakukan pada Psyche. Aku sendiri yang memutuskan untuk menikah." Ares memandang mata kekasihnya serius. Dulu Aphrodite pernah sangat cemburu dengan kecantikan Psyche yang disebut melebihi dirinya dan Aphrodite merencanakan banyak hal jahat untuk menyakiti gadis itu.

"Ha? Untuk apa kamu bermain-main asmara dengan manusia sampai kamu menikahinya? Cukup tiduri sampai kau bosan lalu tinggalkan seperti yang kau lakukan pada kekasih manusiamu yang lain!" sergah Aphrodite emosi.

"Itu urusanku Aphrodite," jawab Ares datar.

Aphrodite tampak emosional, wajah cantiknya dipenuhi amarah. Aphrodite memang tidak mencintai Ares, namun selama ini Dewi itu yakin walau Ares memiliki banyak kekasih lain—dia mencintai Aphrodite. Mendapati Ares membangkang darinya telah membuat Dewi itu merasa terluka.

Melihat Aphrodite yang kesal, Ares segera meraih lengan ramping wanita itu kemudian mencium punggung tangannya dengan kasih.

"Kekasihku Aphrodite ... Aku menikahinya karena mungkin dia akan berguna bagiku. Ada situasi yang membujukku untuk mengambilnya sebagai istri. Tapi percayalah, seperti biasanya kau tetap akan menjadi kekasih utamaku," Ares merayu dewi itu dengan suaranya yang maskulin.

Aphrodite yang luluh karena rayuannya kembali menjatuhkan badannya ke pelukan Dewa Perang itu.

"Kalau bisa jangan jatuh cinta dengannya," Aphrodite berbisik di telinga Ares.

"Entahlah Aphrodite, masa depan tidak ada yang tahu," tanggap Ares seraya membelai punggung selingkuhannya.

The Bride Of OlympusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang