Bab 19: Kencan Mereka di Thebes

95.3K 11.5K 287
                                    

Thebes adalah kota yang besar dan dipenuhi bangunan kayu dan batu vulkanik dilapisi tanah liat. Namun tidak ada yang lebih megah dan mencolok daripada Kuil-kuil pemujaan para Dewa. Warga Thebes menyembah banyak Dewa; terutama Athena, Apollo dan Zeus.

Kuil-kuil mereka tersebar di pusat kota dan Jill menyaksikan betapa kuil itu hidup penuh aktifitas dan pemujaan. Beberapa oracle renta tampak berdiam di sana memberikan ramalan dan pesan para Dewa. Manusia yang berziarah ke sana bisa dibilang lebih banyak daripada pemuja Ares. Pada masa ini kebudayaan Yunani sudah cukup berkembang, para pemikir dan filsuf yang menginspirasi dunia sudah lahir, seperti Plato, Socrates dan Archimedes. Namun mereka semua masih menyembah dan takut pada Zeus.

"Kau tidak makan?" Ares bertanya pada Jill sambil mengunyah sepotong steik daging rusa yang dipanggang dengan mentega.

Jill dan Ares sedang berada di sebuah kedai yang lumayan ramai dikunjungi warga Thebes. Ares memesan steik daging rusa ukuran besar serta seekor iga kambing panggang. Jill sendiri hanya makan beberapa suap. Tubuh Portia tidak bisa makan banyak.

Ares di sisi lain selalu makan dalam porsi besar. Dia bisa menghabiskan seekor rusa berukuran sedang dalam sekali makan. Beberapa orang tampak melihat ke arah Ares dengan tatapan aneh karena pria itu makan dalam porsi yang sepertinya melebihi kapasitas lambungnya.

"Apakah steiknya benar-benar enak?" Jill bertanya

"Ini cobalah." Ares memaksa Jill memakan langsung dari tangannya.

Jill menerimanya dan mengunyahnya pelan-pelan sambil berpikir kalau situasi dan interaksi mereka berdua sekarang ini benar-benar mirip seperti sepasang kekasih biasa.

Kendati Ares makan dengan lahap dan tampak sedikit berantakan, dia tetap tampan. Jill sendiri walau berpakaian seperti ksatria wanita tetap cantik. Mereka berdua serasi namun sangat mencolok sehingga semua mata memperhatikan ketika mereka sedang berdua.

Namun biasanya para manusia tidak lama-lama melihat mereka, dengan cepat mereka beralih membahas hal lain. Di kota Thebes ini Jill seringkali mendengar orang membicarakan mereka.

"Putri Sparta yang katanya tercantik di Yunani, kudengar dia dijadikan persembahan untuk Dewa Ares," ujar seseorang, memulai rumor.

"Gadis yang malang, entah siksaan macam apa yang akan dia terima. Dewa Ares suka memenggal kepala dan menyiksa untuk sekedar bersenang-senang," seseorang menimpali.

"Hei apa kalian tidak takut membicarakannya seperti itu? Dewa Ares bisa saja mendengar kita!" Seseorang yang lain menahan para rekannya untuk bergunjing lebih jauh.

Jill melirik ke arah Ares yang walaupun jelas mendengar yang mereka bicarakan, tampak tidak peduli. Dia sedang meminum segelas besar bir dengan beberapa kali teguk.

"Seandainya aku bisa mengklarifikasi ke mereka, aku ingin bilang kalau Putri Sparta baik-baik saja. Ares tidak menyiksa ataupun menyakitiku," Jill berbisik merasa menyesal.

"Kenapa kamu harus melakukan itu?" Ares kelihatan bingung. Dia lalu mengusap sisa makanan di area wajahnya dengan selembar kain.

"Aku sedih kalau orang-orang menghinamu , aku ingin mereka melihat sisi baikmu. Aku sedih mengetahui kuilmu hanya terletak di pinggiran kota. Sementara kuil Athena dan Apollo sangat ramai dan berdiri megah di tengah kota." Jill merasa bersedih.

"Portia, yang mereka katakan tidak sepenuhnya salah. Ketika berperang aku memang membunuh dan memenggal para manusia," Ares berujar santai.

"Aku ini baik hanya terhadapmu, Portia, hanya kepada manusia yang menjadi kekasihku," Ares menegaskan lagi sambil memandangnya lekat-lekat.

The Bride Of OlympusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang