Bab 8: Ramalan Oracle

125K 12.9K 175
                                    

Jill sekilas tahu siapa yang Ares sebut sebagai Oracle. Mereka adalah para peramal atau orang-orang yang bergumul dengan mantra serta roh. Oracle di dunia Ares adalah para manusia yang dipelihara oleh para dewa Olympus untuk menyampaikan pesan pada para manusia.

Tidak ada Oracle yang tinggal di gunung Olympus. Setiap manusia yang pernah ke Olympus maka tidak akan diijinkan kembali ke tanah manusia. Para Dewa berkomunikasi dengan para penyembahnya melalui para Oracle itu. Demigod atau beberapa Titan biasanya diutus sebagai pembawa pesan atau ramalan yang harus disampaikan si Oracle kepada manusia.

Dewa Olympus membuat umur mereka lebih panjang dari rata-rata manusia, namun mereka membiarkan para Oracle menua. Mereka tinggal di kuil dalam keadaan tubuh yang lemah dan renta namun tidak bisa dengan mudah menyambut kematian karena umur mereka yang panjang.

Jill menggali ingatan Portia dan mengetahui kalau Portia pernah bertemu dengan beberapa Oracle yang berusia sangat tua di kuil Athena, sebagian lagi masih terbilang muda. Seorang Oracle renta memaksa untuk bicara dengan Portia, ketika gadis itu tengah melakukan pemujaan untuk Athena.

"Seorang Oracle, yang berdiam di kuil Athena mengatakan padaku kalau dengan menikahimu, Putri kedua raja Sparta, maka keberuntungan akan datang padaku. Dia bilang dengan menikahimu akan mencegah peristiwa buruk di masa depan," Ares menjelaskan.

Ingatan Portia kembali berkeliaran di benak Jill. Dia pun kembali ingat di hari Portia mulai tidak sadarkan diri, Portia sedang bersama para Oracle itu.

"Awalnya aku tidak tertarik, aku pria yang bebas dan aku tidak peduli anggapan para Dewa dan manusia terhadap reputasiku. Asalkan aku masih bisa bebas bertempur dan melatih para prajuritku. Ketika itu aku sedang ada urusan di Sparta dan entah bagaimana salah seorang Oracle itu mengenaliku sebagai Dewa Perang," Ares menjelaskan lagi.

"Namun, salah satu dari mereka memaksaku. Aku ingat dia, si peramal yang berusia 160 tahun. Aku pernah bertemu dia dalam sebuah peperangan di masa lalu. Dia menjebakmu dan membuat ular berbisa menggigitmu. Aku menghargai keberanian Oracle itu, padahal mempraktekkan sihir dan ramalan terhadap kaum Titan dan Dewa sepertiku adalah hal yang terlarang dan bisa membuat pelakunya dihukum mati." Ares meneruskan ceritanya.

"Kenapa dia melakukan itu?" tanya Jill ingin tahu.

"Oracle itu memastikan agar aku bisa menikahimu. Dia tahu kalau Dewa Olympus punya penawar bisanya dan bisa menggunakannya untuk bernegosiasi dengan Raja Sparta," Ares menjawab kalem sambil bertopang dagu.

"Lalu kau menolongku?" Jill bertanya lagi.

"Ketika aku datang, kau sudah terkapar di lantai. Oracle itu pun menghilang dari kuil Athena. Aku tahu bisa ular itu tidak akan langsung membunuhmu. Itu adalah ular yang hanya ada di Olympus, dan hanya para Dewa yang punya penawarnya. Aku kembali ke Olympus dan meminta pada Hermes untuk memberikan penawarnya." Ares pun melanjutkan kisahnya.

Ares kemudian meraih tangan Jill, memintanya bangkit dari duduknya. Dia menggandeng tangan Jill dan mengajaknya ke luar ruangan. Jill dan Ares berjalan pelan menyusuri tanah berumput, dinaungi langit cerah dan sinar bulan purnama.

"Kenapa kau memutuskan untuk menolongku?" Jill mengejar jawaban dari rasa penasarannya.

Ares bereaksi dengan memeluk pinggang Jill dan menyentuh dagu gadis itu sambil memandang mata indahnya lekat-lekat.

"Karena mungkin aku hanya merasa sayang membiarkan tubuh seindah ini mati membusuk dan tersia-siakan," kata Ares seraya tersenyum penuh arti pada Jill.

Jill merasa kehangatan tiba-tiba mendera wajahnya. Portia berkulit sangat putih sehingga nyaris mustahil menyembunyikan reaksi pipinya yang merona. Jill menggeleng kuat, semua pujian dan kata-kata manis itu untuk Portia. Ares hanya mengapresiasi fisik Portia yang memang luar biasa mengesankan.

"Te ... tetap saja kau bisa hanya memberiku penawar racun, tidak harus menikahiku kan?" Jill membantah dengan gugup.

"Sudah sejauh itu, sekalian saja aku turuti ramalan si oracle. Aku ingin tahu apa yang akan terjadi jika aku menikahimu. Bukan berarti aku percaya pada ramalannya atau apa, hanya saja situasinya membuatku merasa harus melakukan itu," Ares menjawab enteng.

Ramalan katanya, Jill merenung. Dia merasa harus menemui Oracle itu, mungkin si peramal tahu mengapa dia bisa terjebak di tubuh Portia. Tapi kini Jill ada di Olympus, dan tidak ada manusia yang bisa kembali dari Olympus ke tanah manusia hidup-hidup. Jill menghela napasnya.

"Kemarilah, duduk di sini." Ares duduk di atas tumpukan kayu yang sengaja disusun menyerupai bangku panjang di pinggir kolam. Jill merasa jantungnya berdebar melihat siluet sang Dewa Perang yang sempurna. Tidak pernah selama hidupnya Jill melihat laki-laki seindah itu. Apa karena dia seorang Dewa sehingga dia tercipta dengan fisik tanpa cela?
Jill pun menurut, dengan ragu-ragu dia duduk di samping suaminya.

"Bukan di situ, duduklah di sini!" Ares memerintah tidak sabaran. Dia mengangkat tubuh Jill seakan dirinya seringan bayi. Tanpa Jill sadari tahu-tahu dia sudah duduk di atas pangkuan sang dewa perang.

Jill memekik.

"Apa yang Anda lakukan?! Ini ruangan terbuka!" Jill memprotes sambil menahan malu.

"Jangan khawatir, tidak akan ada yang berani melihat, kecuali mereka mau matanya kucongkel," ujar Ares berusaha meyakinkan Jill.

Tidak mau menunggu persetujuan dari Jill, Ares menempelkan hidungnya di lengan Portia. Dia menghirup aromanya dalam-dalam, seperti hewan yang sangat kehausan. Jill tersentak, merinding merasakan helaian rambut Ares menyentuh kulitnya.

"Aku suka wangi parfum ini," Ares bergumam pelan dengan mata setengah terpejam.

"Hentikan ... Saya tidak mau ..." Jill berusaha melepaskan diri walau usahanya jelas tidak maksimal. Dia tidak bisa memungkiri kalau dia mungkin menikmati segala intimasi itu. Namun logikanya berkata' sekarang bukanlah saat yang tepat untuk bermesraan.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja," gumam Ares sambil memeluk Jill erat, menghirup aroma tubuh gadis itu melalui rambut pirangnya yang selembut kain beludru.

"Saya ... Beri saya waktu satu bulan! Saya mohon!" Jill berhasil melepaskan diri dari Ares, wajahnya sungguh merah padam. Reaksi yang berbeda ditampilkan oleh Ares, dia tampak tenang hanya matanya saja yang terlihat lapar.

"Kenapa aku harus menunggu? Kau kan istriku dan aku menyelamatkanmu dari kematian, haruskah aku mengingatkan itu padamu?" Ares tampak tidak senang.

"Itu ... Sebulan lagi ulang tahunku yang ke sembilan belas tahun. Saya ingin benar-benar menyiapkan hati sebelum menjadi istri Anda sepenuhnya ... Saya pikir ... Saya akan siap pada saat itu ..." Jill menghiba. Ares hanya memandangnya dingin.

Sang dewa perang menganggap gadis itu telah lancang menolak dirinya. Ares yang lama biasanya tidak peduli; dan setelah rangkaian rayuan yang bertubi-tubi biasanya para gadis akan luluh sendiri menyerahkan dirinya. Namun Jill berbeda, dia tidak sedang jual mahal. Dia tampak memperhitungkan segala ucapannya.

"Baiklah, satu bulan lagi ... Aku berjanji tidak akan menyentuhmu sebelum itu." Ares menurut dengan air muka tidak suka.

The Bride Of OlympusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang