04 - Sajak Biru

29 8 1
                                    

Aku pernah hancur karena terlalu percaya, pernah juga patah karena memilih orang yang salah,
aku pernah memutuskan berjuang untuk hati yang memperjuangkan orang lain,
aku pernah ditinggalkan karena menunggu,
aku pernah ditinggal pergi karena tak cukup memberi,
aku pernah disuruh menunggu ketika ia tengah sibuk menunggu yang lain,
aku pernah seperti itu...
sehancur itu aku pernah berjuang berkali-kali bangkit hanya untuk kembali dihancurkan,
seperti yang kau tahu sehancur-hancurnya hatiku kehadiranmu selalu bisa menyembuhkanku.

- Tamara Aprilia.

Fathul membaca lembaran terakhir yang ditulis oleh seorang penulis yang bernama Tamara Anzela. Cukup membuat Fathul tersentuh dan merasakan apa yang ia rasakan juga. Sajak itu sangat mendalam.

"Woi senyam senyum aja lu, kesambet apaan pagi gini?" Teriak Gibran kepada Fathul yang duduk disebelah kursinya.

"Kagetin aja lu" Fathul mendengus kesal ketika Gibran merusak imajinasinya tentang sajak yang ia baca tadi.

Gibran menoleh kearah buku yang Fathul pegang saat ini "apaan tuh, bagi-bagi dong bahagianya".

"Buku" kata Fathul yang meletakkan buku itu ke tasnya, seakan tidak memperbolehkan Gibran menyentuh apalagi membacanya.

Disaat yang bersamaan Tika datang menghampiri meja Fathul dikelas, karena berhubungan Tika juga teman sekelas Fathul saat ini.

"Pagi Fathul" sapa Tika dengan tersenyum ramah.

Namun Fathul terlihat tidak mempedulikan sapaan itu dan tidak membalasnya juga.

"Thul aku boleh minta tolong gak?" Ucap Tika dengan semangat dan tersenyum.

"Hmm?"

"Thul, aku boleh nebeng pulang sama kamu gak?" Tanya Tika yang berada di samping meja Fathul.

"Gue sibuk" Ucap Fathul yang membuka buku biologi di mejanya dan tidak menoleh kearah Tika yang sedang berbicara.

"Gitu ya Thul, yaudah besok juga gak papa" ajak Tika kembali.

"Gak bisa Tika" tegas Fathul yang mulai risih.

"Aku mau cari buku kimia Thul, kan cuman kamu yang tau"

"Nebeng sama yang lain, gue sibuk"
Ucap Fathul dengan ketus dan dingin.

"Tap.." ucap Tika terhenti ketika Fathul bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar kelas tanpa menghiraukan ajakan Tika.

"Yang sabar ya Tik" ujar Gibran pada Tika yang terlihat menyedihkan.

*****

Fathul berjalan menelusuri lorong sekolah, lalu berjalan kearah kantin sekolah. Fathul melihat kesana dan kemari mencoba mencari seseorang yang ingin ia jumpai.

"Tamara" sapa Fathul yang melihat Tamara sedang duduk bersama seorang temannya.

Tamara menoleh kearah Fathul yang berada dihadapannya, cukup terkejut dan membuat Tamara berdecak heran.

"Ya kak?" Ucap Tamara yang menatap heran kearah Fathul.

"Aku boleh ngomong sebentar gak?" Tutur Fathul dengan sopan.

Biru [the love triangle]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang