Lind's Heart

5 0 0
                                    

Aku selalu ingat perkataan ibuku, jangan mengeluh! Di dunia ini, yang mendapatkan kesulitan bukan cuma kamu, tapi semua orang berjuang untuk bertahan. Tersenyumlah Lind, tidak semua orang perlu tahu kesulitanmu, biar mereka hanya melihat kemenangan dari proses perjuanganmu melewati segala kesulitan. Perkataan itu keluar dari mulut seorang orang tua tunggal yang berjuang untuk anaknya, bahkan ketika aku memilih jalan menjadi trainee di usia 13 tahun, Ia mendukungku. Padahal Ibu selalu ingin aku untuk belajar dan menjadi yang terbaik di kelas, lalu masuk ke perguruan tinggi negeri dan menjadi pegawai negeri.

Ibuku tidak mengeluh ketika aku harus disibukkan dengan latihan dan tidak sempat untuk membantunya di kedai makanan kami. Seletih apapun harinya, ia akan pulang dengan senyuman di wajahnya. Seberat apapun yang Ia hadapi, Ibu akan lebih dulu bertanya, Apakah harimu menyenangkan Lind?

Kebiasaan Ibuku menular, di hari-hari Trainee yang melelahkan atau di hari persiapan debut yang penuh tekanan aku yakin aku sudah melewatinya dengan penuh syukur dan sukacita. Tanpa mengeluh, persis seperti yang Ibu bilang.

Sebenarnya, aku tidak pernah bermimpi menjadi anggota grup idola. Dulu, kalau di tanya tentang cita-cita aku pasti akan bilang kalau aku ingin menjadi atlit boxing. Aku mempelajari olahraga itu sejah berusia 7 tahun dan aku benar-benar menyukainya. Sampai akhirnya aku melihat 2Ne1 di tahun 2009. Mereka benar-benar keren, dan melihat mereka membuatku tertarik untuk menari. Dan ternyata takdirku memang di bidang ini.

Aku senang dipertemukan dengan Hanna, Samantha dan Andrea. Terlalu banyak perbedaan di antara kami. Tapi satu kesamaan kami yang selalu aku syukuri adalah kami sama-sama pekerja keras yang membenci mengeluh. Mungkin ini juga yang membuat kami berhasil sampai hari ini.

Hidupku terlihat sempurna sekarang, Lee Tae Lind yang cantik, bertalenta dan terkenal. Apa kurangnya? Mari kuberi tahu satu rahasia, aku, Lee Tae Lind yang terlihat mempunyai hidup yang sempurna itu adalah seorang budak cinta yang menyedihkan.

Aku tidak bercanda, aku mencintai Seok Jin dengan sepenuh hatiku dan selesai, cerita itu hanya sampai di betapa aku mencintainya. Tidak akan ada cerita seorang Jin membalas cintaku atau sejenisnya.

Takdir memang selucu itu, tapi sungguh menjadikanku kuat. Sungguh. Untuk hal inipun aku sama sekali tidak mengeluh.

Jin boleh tidak menepati janjinya, Jin boleh tidak mengangkat teleponnya, Jin boleh mengabaikan pesanku. Boleh. Tidak apa-apa. Aku akan selalu tersenyum saat dia datang.

Satu hari dia pernah bilang, "Aku mencintaimu Lind, tapi aku tidak mau menyakitimu"

Dan aku paham.

Aku paham, terlepas dari sikap menyebalkannya Jin adalah orang yang sangat baik. Dan Jin pun sangat paham dengan kebiasaan tebar pesonanya yang belum bisa berhenti.

"Kau mau menunggu? Aku akan berusaha menjadi laki-laki yang baik, baru aku bisa bersamamu"

Dan aku bilang iya. Aku bilang aku bersedia menunggunya. Menunggunya menetapkan hati setelah lelah menebarkan pesonanya kemana-mana. Menunggunya sambil meyakinkan hati kalau tidak apa-apa dengan keadaan seperti ini. Walau aku tahu, tidak ada kepastian dalam hal ini.

Sejauh ini aku selalu berhasil mengatasinya. Toh dia selalu manis saat bersamaku. Tapi... rasanya, akhir-akhir ini aku ingin berhenti.

'Jin, apa kau akan baik-baik saja kalau aku berhenti sekarang? Aku takut akulah yang tidak baik-baik saja'

-

I walk straight but I still sway
Someone hold me, I'm in danger
Someone lend me their small shoulders
So I can lean and cry all I want

I'm too scared to go on a crooked path
I have too many knots to be untied
There's no answer to this illness
The only medicine is you

[Sleep Tight – Highlight]

Shining like a Diamond!Where stories live. Discover now