O6.Hal tak Terduga

60 9 0
                                    

   Lesha bersenandung kecil 'bila' lagu ardhito Pramono sambil memakai sepatunya setelah ia melaksanakan sholat dhuhur di masjid Istiqlal. Untung saja Lesha membawa mukena di ransel kecil yang ada di belakang punggungnya. Setelah sepatu sudah terikat dengan benar lesha langsung menarik tas belanjaannya dan keluar dari halaman masjid Istiqlal

   Mata lesha menyipit melihat orang yang baru saja keluar dari masjid Istiqlal, masjid yang sama dengan Lesha tempati untuk sholat Dzuhur. Lesha melihat renjun sedang berbicara dengan orang yang agak tua darinya dan tersenyum berbeda saat dia bertemu dengannya di rumah Haechan saat pengajian ibu ibu PKK. Jangankan senyum nunjukin ekspresi wajah aja enggak.

  Setelah 1 menit mereka bicara renjun tampak mencium telapak tangan bapak tersebut dan berlari kecil menuju mobilnya. "Emm.. kalau aku nebeng dia dibolehin gak sih?"

  Mobil renjun berhenti di depan lesha. Renjun menurunkan kaca mobilnya "Gak ada yang jemput?" Lesha terjungkal ke belakang mengatur nafasnya lalu menggeleng "ohh." Jawab renjun singkat lalu menutup kacanya kembali

  Lesha mendengus dalam hati sebelum renjun membuka pintu mobilnya "masuk gue anter sampai rumah." Ucap renjun dengan nada dingin

"Boleh kak?" Renjun mengangguk "boleh." Setelah dapat jawaban renjun lesha langsung naik ke mobil renjun dan duduk kursi di sebelah renjun

"Kak." Panggil lesha. Renjun menoleh dan menaikkan alisnya "bapak tadi siapa?"

"Hah? Siapa?" Jawab renjun bingung "itu yang ada di masjid Istiqlal yang bicara sama kakak tadi." Timpal lesha

"Gak tau." Lesha merotasikan bola matanya "bapak itu anaknya sakit dia gak punya biaya."

"Sakit apa?" Tanya lesha dengan wajah serius. Renjun tersenyum geli "cewe emang gitu ya keponya tingkat dewa." Lesha langsung mengerucutkan bibirnya

"Habis belanja?" Kata renjun sambil fokus menyetir. Lesha langsung melihat ke bawah tempat duduknya penuh dengan tas belanjaan yang bertuliskan nama toko, gak banyak sih nama tokonya cuma nama toko yang jual aksesoris Ardhito Pramono.

"Iya." Jawab lesha dibarengi senyum tipis

"Banyak banget buang buang uang." Ketus renjun. Lesha sontak membulatkan matanya, mending kak  renjun jadi dingin aja daripada banyak bicara tapi ngeselin - batin lesha

"Kak mending kakak jadi dingin aja deh." Kata lesha kesal, renjun langsung ketawa "loh kok gitu?"

Lesha menatap renjun sebal "habis kakak kalau ngomong nyelekit."

Lesha merasa renjun sedikit berbeda saat ia bertemu pertama kali di dapur rumah Haechan saat menyiapkan jajanan untuk pengajian ibu ibu PKK. Renjun yang dingin, jutek, bahkan bernafas dengan teratur di dekat renjun aja udah Alhamdulillah hirobilalamin berbeda dengan renjun saat ini yang banyak bicara walau gak terlalu banyak, mudah tertawa mungkin moodnya sedang bagus - pikir lesha

"Sampai rumah atau turun sini?" Goda renjun saat sudah di depan gapura tempat menurunkan lesha waktu itu "rumah deh kak capek aku jalan." Renjun mengangguk

"Rumah kamu yang mana?" Tanya renjun sambil melihat kanan kiri melewati gang lumayan sempit

"Itu." Lesha menunjuk rumah bewarna kuning beserta putih yang terdapat kolam ikan di dekat pagar bagian pojok dan pohon kelapa di samping kolam ikan

Renjun memberhentikan mobilnya. Lesha segera membuka pintu mobil renjun dan turun, renjun melakukan hal sama yang dilakukan lesha "loh kak kok turun?"

"Mau ketemu temen." Lesha memiringkan kepalanya "gak usah sok imut." Ketus renjun sambil berjalan ke rumah lesha yang pintu gerbangnya sudah terbuka sejak tadi mereka sampai

Different   ; MarkleeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang