2.

7.1K 853 163
                                    


Palung-
Pulang

Palung-Pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Seatom pun dalam sel otak Jaehyun, nggak pernah dia kepikiran apalagi memikirkan akan menikah dengan seorang Park Chaeyoung. Bukan karena apa-apa, cuma nggak kepikiran aja. Jaehyun kira kalau hidupnya itu akan sangat panjang. Panjang yang akan dia habiskan sendirian. Bukan berarti Jaehyun nggak memikirkan pernikahan, dia punya pikiran itu tapi nggak dalam porsi serius. Dia pikir banyak hal yang masih dia mau dan harus cari tahu yang sifatnya personal. Nggak harus ada orang lain yang membersamainya.

Chaeyoung sendiri juga dulunya nggak lebih dari orang asing buat Jaehyun. Bahkan pertama kenal pun, Jaehyun nggak memiliki ketertarikan lebih dari sekedar mengenal nama. Dulu nih, dulu, Jaehyun lebih tertarik ke Lisa. Temen Chaeyoung yang famous dan kalau senyum secerah matahari. Dangdut abis deskripsiinnya. Tapi emang kesan pertamanya Jaehyun begitu, she just caught his eyes. Tapi mungkin emang Jaehyun yang labil, setelah dateng ke festival musik di Potsdam, dia jadi berubah haluan benar-benar tertarik ke Chaeyoung hanya karena denger Chaeyoung nyanyi. Sekali lagi, his eyes just caught on something. Effortlessly. Iya, untuk yang kali ini, effortlessly. Bahkan Chaeyoung nggak melakukan apapun yang membuat Jaehyun ketagihan dan ngedengerin dia nyanyi di SoundCloud. Tiap hari, tiap jam, tiap selang waktu Jaehyun ngerjain mappe atau laporan.

Jaehyun pikir, ketertarikannya pada Chaeyoung sama dengan ketertarikan dengan lawan jenis pada umumnya. Nggak perlu ditanggapi serius. Tapi setelah kenal dengan Chaeyoung yang ternyata bisa headbanging sama musik-musik nya Cro. atau Chaeyoung yang dengan gampangnya membangun obrolan dengan orang asing di kereta, Jaehyun sadar kalau ketertarikannya pada Chaeyoung itu kronis. Dia jadi belajar hidup dengan Chaeyoung; beradaptasi dengan dunianya, memahami karakternya, pikirannya, ide-ide yang dia punya. Dan pada suatu titik Jaehyun sadar kalau perjalanannya, yang harusnya personal itu, akan kekurangan makna kalau nggak ada Chaeyoung di dalamnya. Jaehyun juga jadi paham kalau makna personal itu bukan perkara sendiri atau ditemani tapi perkara mengalami sampai ke hati.

"Nggak apa-apa Jung, beneran" Chaeyoung memasang wajah seribu persen meyakinkan di depan Jaehyun yang sedang melihatnya serius.

"Nggak apa-apa gimana? Kreuzberg itu jauh. Masih kesananya Mitte"

"Ya ampun Jung. Ada bis, ada u bahn, nggak ada istilah jauh tuh"

"Ck," Jaehyun mendecih mendengar argumen Chaeyoung yang sebenernya bener itu. "Tapi itu nggak searah kemana-mana. Ke tempat kerja aku, apalagi ke tempat kerja kamu,"

Chaeyoung cuma diem mendengar alasan itu. Dia melihat Jaehyun intens yang dibalas Jaehyun dengan hembusan nafas panjang.

Rumah. Akhir-akhir ini perihal rumah menjadi pembahasan yang krusial buat Jaehyun dan Chaeyoung. Jadi per akhir bulan nanti mereka harus keluar dari asrama sedangkan sampai sekarang mereka belum dapat rumah ganti. Kalau perpanjang asrama juga nggak bisa karena Chaeyoung udah lulus dari pertengahan tahun lalu. Lagian asrama juga terlalu kecil buat ditinggali berdua.

fee•ka ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang