6. The truth

5.9K 709 53
                                    

Donghyuck duduk di taman sore itu dengan pikiran yang berkecamuk. Jari-jarinya saling mengatup satu sama lain-- tanda pusing bukan kepalang.

"Kau hanya mainan bagi Lee Jeno."

"Aku mencintaimu, Hyuck."

Untaian kalimat dari orang asing bernama Arin dan sang kekasih sukses mengaduk otak Donghyuck hingga rasanya mau pecah.

Donghyuck memang seorang anak yang cerdas dan mudah paham, tapi entah kenapa kinerja otaknya seakan menurun drastis bila hal itu menyangkut percikan romansa yang dialaminya.

Awalnya Donghyuck tak mau ambil pusing tapi hei! Ini cinta pertamanya. Ya kali cuma sebagai permainan. Baiklah, ini tidak bisa dibiarkan.

"Besok harus aku tanyakan langsung pada Jeno!"

"Eh, tapi pasti dia tidak akan jujur."

"Arg aku bisa gila!"

Katakan Donghyuck memang gila. Dengan baju rumahan dan surai hitam acak-acakan, berbicara sendiri di bangku taman, komplit sudah.

Oh! Jangan lupakan sandal jepit berwarna hijau yang sudah tampak kumuh.

"Oh oh, ternyata baby bear-nya Jeno di sini?"

Donghyuck sedikit terperanjat kaget saat melihat seorang gadis dengan lingkar pinggal ideal, berdiri dengan angkuh sambil melipat kedua tangan di depan dada. Donghyuck tak kuasa menahan raut wajah bertanya sekaligus jijiknya.

"Ada yang bisa kubantu, Arin sunbae?" tanya Donghyuck penuh penekanan.

Arin terkekeh pelan dan duduk di samping kanan Donghyuck. Reflek Donghyuck menggeser tubuhnya sedikit menjauh.

"Kau tahu, Hyuck? Kau telah salah jika mencintai Jeno,"

Donghyuck menekuk dahinya bingung. Layaknya kartun Spongebob, semua Donghyuck kecil di otaknya berlarian ke sana-kemari? agar mengerti ucapan Arin. Tapi tetap saja gagal. Gagal untuk mengerti.

"Maksudnya?"

"Kau akan tahu pada saatnya, Hyuck."

Lalu Arin berdiri dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkan Donghyuck dengan sejuta tanda tanya besar di otaknya.

Hari semakin gelap. Suhu udara semakin menurun. Matahari mulai pulang ke rumahnya dan bulan mulai keluar untuk bekerja menggantikan sang mentari.

Dan sore itu Donghyuck putuskan untuk pulang dengan pikiran yang total bercabang.

•••

"Jadi Na, di mana kita akan mengerjakan tugas ini?"

Donghyuck berjalan beriringan dengan Jaemin sambil menangkup dua buku kimia di dekapannya.

Jam pulang kali ini terasa lebih cepat bagi mereka, alasannya karena mereka mendapat free class selama dua jam pelajaran terakhir-- keuntungan adanya rapat guru.

"Di rumahku saja bagaimana? Ibuku sangat senang jika ada temanku yang datang ke rumah,"

"Call!"

"Oh iya, Hyuck!"

Donghyuck menolehkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Di mana Jeno?"

"Dia bilang ada urusan di taman belakang. Ini aku akan menyusulnya. Aku duluan ya, Na! Sampai jumpa!"

Donghyuck berlari menjauh ke halaman belakang, meninggalkan Jaemin yang melambaikan tangannya pelan.

•••

"Di mana sih Jeno?" Donghyuck menggerutu pelan dengan tungkainya yang terus menyusuri taman belakang sekolah.

Langit yang sudah mulai gelap menjadi salah satu alasan Donghyuck tak sabar ingin bertemu Jeno dan pulang.

"Ck di ma-- nah! Itu Jeno dan Arin sunbae?"

Donghyuck berjalan pelan ke salah satu semak-semak yang rimbun dan bersembunyi di baliknya.

Donghyuck dapat melihatnya, Jeno bersama teman-teman kelompoknya saling bercanda. Dan jangan lupakan tangan Jeno yang merangkul bahu Arin mesra.

"Oh oh, jadi begini kelakuannya. Awas saja nanti!"

Donghyuck bertambah emosi kala melihat Jeno mengecup pipi kanan Arin lembut, menimbulkan rona merah samar-sama di kedua pipi Arin.

Tanpa sadar Donghyuck meremas daun semak-semak hingga beberapa di antaranya menggores telapak tangan halus Donghyuck, menyisakan garis kecil berwarna merah yang mengeluarkan cairan berbau anyir. Hatinya bagai dihujani jutaan anak panah-- meski Donghyuck tidak mau mengakui. Gengsi vroh...

"Jadi Jeno, bagaimana kabar baby bear-mu itu?" Salah satu teman Jeno yang sedikit kecil dan putih bertanya sambil mengunyah permen karet, sesekali membuat balon kecil berwarna merah muda keluar dari mulutnya.

Jeno terdiam sejenak, kemudian terkekeh kecil. "Ya, begitulah."

Donghyuck bingung-- belum mampu mencerna apa yang didengarnya. Ke mana Donghyuck yang cerdas dan cermat.

"Honey, kau tidak benar-benar jatuh cinta pada bocah sialan itu 'kan?"

Donghyuck hampir saja berteriak kaget saat mendengar panggilan 'honey' dari Arin untuk Jeno. Untung refleks menutup mulutnya bagus.

Jeno lagi-lagi terdiam sejenak. Pandangannya kosong. Namun tak lama kemudian dia kembali tertawa kecil yang sialnya kelewat tampan.

"Aku? Jatuh cinta pada Lee Donghyuck? Tidak mungkin!"

Donghyuck jelas tidak baik-baik saja mendengar langsung kalimat menyedihkan yang keluar dari mulut sang terkasih.

"Hey Renjun! Aku sudah berhasil melewati dare-ku. Mana hadiahnya?"

"Ya, nanti,"

Oke, sekarang Donghyuck paham semuanya.

Dari kata 'mainan' yang dimaksud Arin, alasan kenapa Jeno tiba-tiba mendekatinya tanpa sebab yang jelas, waktu pendekatakan yang sebentar.

Donghyuck sudah tahu semuanya. Dengan segenap emosi, Donghyuck menghampiri mereka. Dan dengan sekuat tenaga Donghyuck meninju telak rahang Jeno.

"Hei kau!" pekik Arin.

"Itu pembalasanku bangsat!"

Jeno jatuh terduduk ke lantai akibat pukulan Donghyuck yang bukan main kuatnya. Menatap kosong punggung Donghyuck yang mulai menjauh sambil mengelap sudut bibirnya.

"Ayo pulang, langit sudah gelap."

Jeno langsung beranjak dari duduknya dan menyampirkan ransel di bahu kanannya.

To be continued
.
.

True Love || NohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang