9. Comeback

5.6K 593 54
                                    

"Hey Hyuck, tenanglah. Masih banyak laki-laki di luar sana yang lebih baik dari bajingan itu."

"Tapi bagaimana dia bisa secepat itu melupakanku?"

Jaemin mengelus punggung Donghyuck pelan. Kini mereka sedang bersedih ria di kamar Donghyuck.

"Jangan menangis terus, Hyuck. Kau tambah jelek," Jaemin kini tengah mencoba menaikkan mood pemuda tan di depannya.

Donghyuck tak menjawab dan masih tetap terdiam dengan bahu bergetar.

Namun tak lama kemudian Donghyuck berhenti menangis dan tersenyum. Jaemin dibuat bingung.

"Aku harus kuat. Bukan hidup namanya jika tidak memiliki rintangan dan cobaan."

Terkadang Jaemin sangat kagum terhadap sosok Donghyuck yang selalu bisa mengatasi masalah dalam kehidupannya dengan tenang dan dewasa. Dirinya mampu menutup seluruh pekikan kepedihannya dengan berupa satu senyum yang sangat manis.

"Kau kuat, Hyuck. Kau kuat!"

Donghyuck kembali tersenyum dengan lebar.

"Ya, aku kuat."

•••

Siang ini Jeno berdiri di depan kelas Donghyuck dengan pandangan liar menelisik setiap wajah murid-murid di kelas Donghyuck.

"Ke mana dia?" Jeno mengedarkan pandangannya mencari sosok yang selalu menghantui pikirannya tak kenal waktu.

"Lee Donghyuck!"

Donghyuck yang sedang berbincang dengan Jaemin terpaksa berhenti sejenak dan mencari asal suara.

"Dia lagi," Donghyuck tak mempedulikan panggilan itu, dia segera berpamitan ke Jaemin dan pergi.

"Donghyuck, tunggu aku!"

Donghyuck mengepalkan kedua tangannya sembari terus berjalan cepat, berusaha mengabaikan atensi dari pria bermarga sama dengannya yang terus mengejarnya.

"Donghyuck berhen-"

"Apa maumu, brengsek?!"

Donghyuck memutar badannya ke belakang sehingga kini mereka saling berhadapan.

"Hyuck, aku-"

"Berhenti mengganggu hidupku dan pergilah! Kau sudah menyelesaikan permainanmu, sekarang apa maumu?" Obsidian Donghyuck berkaca-kaca.

Jeno tak tega, sungguh. Bukan maksudnya membuat Donghyuck menangis seperti sekarang ini.

Jeno sensitif terhadap air mata Donghyuck. Saat dia melihat air mata Donghyuck, Jeno merasa hatinya hancur disertai perasaan sesak tak kepalang.

"Hyuck, aku mencintaimu." Jeno menangkup kedua tangan Donghyuck dan mengunci mata Donghyuck lembut.

Donghyuck diam namun kemudian dia meringis. "Apa hadiah yang akan kau dapat jika aku mengatakan 'Aku juga mencintaimu', hm?"

Jeno tak kuat. Dia segera mengikis jarak di antara mereka, mendekatkan wajah mereka hingga tak tersisa jarak barang sesenti pun.

Lalu itu terjadi.

Ciuman pertama Lee Donghyuck.

Dengan orang yang paling dia benci sekaligus dia cintai.

Ciuman itu sangat lembut, kental dengan rasa kasih sayang dan perasaan yang mendalam.

Suasana yang sepi seakan mendukung kegiatan panas mereka.

Donghyuck menutup matanya rapat, berusaha menikmati kegiatannya walau air matanya mengalir.

Begitu pun Jeno, berusaha tak menyia-nyiakan kesempatan, mengecap bibir lawan mainnya dengan penuh perasaan. Lalu tak berselang lama kegiatan mereka selesai. Jeno segera memberi jarak tipis antara mereka.

"Hyuck, aku mencintaimu. Aku salah. Awalnya aku memang mengira tak akan jatuh padamu, tapi aku salah. Sekali lagi aku salah. Aku jatuh cinta dengan semua yang ada padamu. Kumohon Hyuck, beri aku kesempatan dan kita mulai semua dari awal. Aku butuh kau, Hyuck. Kumohon..." Jeno menggenggam tangan Donghyuck erat.

Donghyuck speechless. Mulutnya seakan tersihir untuk terkatup. Untaian kata manis dan pria sipit di depannya menjadi mantra yang sangat kuat.

Merasa lidahnya tak dapat diajak kerja sama, Donghyuck hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. Jeno tersenyum lebar. Guratan wajahnya menampilkan aura kebahagiaan yang mendalam.

"Terima kasih. Aku mencintamu."

"Ya, aku juga."

•••

"Jika aku tak bisa memilikimu, maka tak satu pun pula yang bisa memilikimu, Jeno."

To be continued
.
.
Hawoo👋

True Love || NohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang