7. The End

5.8K 705 60
                                    

Donghyuck terus berlari hingga rasanya kedua kakinya pun sudah mati rasa. Meraung keras dan menangis pilu; Donghyuck total hancur.

Para pejalan kaki ataupun pedagang kaki lima terkadang menatap Donghyuck aneh, tapi mayoritas mereka tak peduli.

Donghyuck terus berlari dengan terisak, hingga akhirnya dia berhenti di salah satu taman.

Donghyuck langsung terduduk di tanah mengabaikan rasa sakit di lututnya akibat gesekan dengan tanah dan kerikil.

"Fuck! Kenapa rasanya sesakit ini?"

Donghyuck menunduk, meremas dada kirinya kuat dan terus mengeluarkan air mata dengan bahu bergetar hebat.

Pengunjung taman yang lain lebih memilih pergi menjauh ketimbang bertanya dan menghiburnya, seakan-akan Donghyuck itu pasien rumah sakit jiwa yang sedang kabur.

"Kenapa jatuh cinta harus seperti ini?"

"Kenapa si brengsek itu melakukan ini padaku?"

Donghyuck sekarang berada pada titik paling rendah. Dia terus berteriak menumpahkan rasa sakitnya, berharap hembusan angin senja dapat turut serta menghembus gejolak sesak yang hebat di hatinya.

Donghyuck terus menunduk dan terisak.

Hingga setetes air turun dari langit yang sudah mulai menggelap. Ah, ternyata awan dan langit juga merasakan hancurnya hati Donghyuck dengan ikut menangis. Dengan baik hati hujan senantiasa berusaha memeluk Donghyuck untuk menenangkannya.

Donghyuck tak peduli. Dia tak peduli tas dan seragamnya yang kini mulai basah akibat tangisan dari langit.

Semua pengunjung taman lainnya mulai berlari mencari tempat berteduh, beberapa di antaranya mulai memakai payung mereka.

"God… hiks--" Donghyuck meremas surainya kuat dengan tangan kirinya.

Apa artinya semua kata-kata manis dari mulut keparat itu?

Apa arti genggaman erat dari tangannya itu?

Apa arti kencan romantis mereka kemarin?

Apa arti semuanya?

Pertanyaan serupa terus terngiang-ngiang di otak Donghyuck.

Dan tak lama kemudian Donghyuck berdiri, menepuk lututnya pelan guna menghilangkan sisa-sisa pasir yang menempel. Tubuhnya sedikit menggigil kedinginan.

"Aku akan semakin terlihat menyedihkan jika seperti ini," gumam Donghyuck pelan seraya tersenyum miris.

Lalu Donghyuck berjalan pergi meninggalkan taman yang menjadi saksi bisu hancurnya hati kecil seorang Lee Donghyuck.

•••

Jeno tampak menawan pagi hari ini seperti biasanya. Sosok Lee Jeno memang selalu menarik di mata semua orang. Bibir sensualnya terus bergumam menyebutkan nama seseorang yang sedari tadi dia tunggu.

"Di mana Lee kecilku?" ujar Jeno seraya bersandar di pintu kelas Donghyuck. Tangan kirinya menggenggam novel si manis yang dia temui kemarin di dekat tempat ia berkumpul dengan teman-temannya.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat sepuluh, dua puluh menit menuju kelas dimulai, namun Donghyuck belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya.

Jeno resah.

Donghyuck tak biasanya terlambat. Ini pertama kalinya dia merasa sangat khawatir dan cemas seperti ini. Pikiran-pikiran buruk terus berputar di otaknya.

Hingga sosok pemuda berkulit tan berjalan dengan gontai dan pelan mendekati Jeno-- tepatnya mendekati kelasnya.

Jeno yang melihat manisnya sudah datang lantas berlari kecil mendekati sang pujaan hati.

"Hyuck!"

Donghyuck yang menyadari dirinya dipanggil mengalihkan tatapannya ke arah sang empu.

Dan detik itu juga Donghyuck merasa jantungnya diremas, hatinya sesak tak terkira. Ingin dirinya kembali menangis, namun Donghyuck sadar hal itu tidaklah berguna.

"Hyuckie sayang," Jeno berdiri di depan Donghyuck dengan eye smile andalannya.

Boleh Donghyuck muntah sekarang?

'Sayang katanya?'

Donghyuck tersenyum mengejek ke arah Jeno. "Sayang ya? Haduh!"

Mendengar tuturan kasar Donghyuck, Jeno lantas menghapus senyumnya dan menekuk dahinya bingung.

"Kau kenapa, Hyuck?"

Donghyuck tertawa kecil.

Tawa penuh kepedihan.

"Kenapa kau tidak tanyakan pada dirimu sendiri?"

Jeno kembali merasa bingung. Otaknya tak dapat memproses ucapan Donghyuck yang terkesan memojokkannya.

Mendapati lawan bicaranya tak kunjung menjawab, Donghyuck segera masuk ke kelasnya, menaruh tasnya, lalu berjalan keluar meninggalkan Jeno yang masih sibuk berpikir.

"Hyuckie, katakan padaku apa yang terjadi."

Jeno mengikuti ke mana Donghyuck pergi.

Donghyuck tak mengindahkan eksistensi pria di sampingnya. Jeno terus bertanya dan juga terus diabaikan.

Hingga mereka berdua sampai di rooftop. Tempat tersepi dan tersejuk di sekolah yang sedikit dikunjungi murid-murid.

Jeno tak kuasa menahan kesabarannya lagi. Dia segera memegang lengan Donghyuck lalu memutar tubuhnya sehingga mereka kini saling berhadapan.

"Katakan padaku apa yang terjadi!" bentak Jeno. Matanya menatap Donghyuck tajam, rahangnya mengeras.

Wajah Donghyuck memerah menahan amarah. Ini pertama kalinya Jeno membentaknya.

Jeno yang menyadari kesalahannya segera melunakkan ekspresinya. Jika sudah begini harus ada salah satu yang mengalah. "Hyuck, aku--"

"Seharusnya aku yang marah!" bentak Donghyuck nyalang.

Jeno terdiam.

"Dasar brengsek! Aku hanya bahan taruhanmu 'kan?"

Hati Jeno mencelos. Buku novel Donghyuck yang sedari tadi di genggamnya terjatuh begitu saja.

"Dasar bajingan! Kenapa kau lakukan ini padaku?"

"Oh, apa aku terlihat cocok untuk dijadikan mainan, begitu?"

Donghyuck meneteskan air matanya. Air mata yang mewakili seluruh kepedihan yang tertanam sempurna di hatinya. Mewakili kecewanya seorang Lee Donghyuck kepada pria dengan mata setajam elang di depannya.

Jeno lemah. Jeno lemah dengan air mata pemuda di depannya. Jeno lemah dengan semua hal berbau Donghyuck.

"Hyuck a-aku--"

"Diam kau, brengsek! Aku tak ingin bertemu dengan kau lagi! Jangan muncul di hidupku dan kita akhiri hubungan gila ini! Kau puas 'kan? Pergi dan ambil hadiahmu!"

Donghyuck segera pergi dari atap sekolah itu meninggalkan Jeno.

Meninggalkan Jeno yang kini sadar sudah kehilangan sosok yang benar-benar tulus dengannya. Sosok yang membuat hari-harinya lebih berbeda dan berwarna. Sosok yang memiliki senyuman yang manisnya bahkan mengalahkan permen kapas.

Bodohnya Jeno juga yang menghancurkan hati itu.

"Apa yang sudah kulakukan? Ah, sial!"

To be continued
.
.

True Love || NohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang