Mingyu memasuki pintu apartemen ketika menemukan Wonwoo berdiri di dekat sofa. Tangan kanannya memegang ponsel yang menempel pada telinga, sementara tangan kirinya berkacak pinggang.
"Ayah-demi Tuhan! Aku lelah. Seulgi benar-benar membuatku jengkel. Ayah harus menarik kembali ucapan untukku bertunangan dengannya!"
"..."
"Lagipula-" Wonwoo menggantung ucapannya saat menatap Mingyu yang berjalan menghampiri dan duduk di sofa, "-M-mingyu kekasihku. Aku tak ingin putus dengannya."
Wonwoo memperhatikan Mingyu dan tanpa sadar meneguk ludahnya saat menemukan Pria tanned itu menatapnya dalam.
"..."
"Tidak. Aku tidak akan datang nanti malem. Ayah saja makan bersama Seulgi!"
Lalu panggilan berakhir. Wonwoo menghempas diri pada sofa. Mengusap wajahnya kasar seakan ia lah yang paling banyak beban disini.
"Makan malam lagi?" Mingyu membuka suara. Membuat Wonwoo menatap Pria itu.
"Ya. Tapi aku menolak. Kau baru saja mengantar Jihoon pulang?"
Mingyu hanya mengangguk lemah, "Kau mau kemana?" Kali ini ia yang bertanya saat menemukan Wonwoo kembali memakai jaket kulitnya. Dan bersiap untuk berdiri.
"Klub. Kau mau ikut?"
Mingyu menggeleng membuat Wonwoo mengangguk dan meraih kunci mobil. Sebelum benar-benar menghilang di balik pintu, Pria berkulit putih itu meminta Mingyu memasak makan malam nanti-seperti biasa.
•••
Mingyu memutuskan untuk pergi ke supermarket dekat apartemen. Ia hanya perlu berjalan lima menit lamanya sebelum sampai. Hanya membeli beberapa bahan masakan dan sebungkus besar sosis daging. Ia dan teman apartemennya sangat menyukai olahan daging itu.
Waktu semakin berjalan begitu cepat ketika Mingyu keluar dari supermarket dan menemukan matahari sudah tenggelam. Tidak ada bulan yang menyinari malam ini. Tersisa rintik hujan yang datang secara tiba-tiba.
Mingyu memilih untuk berjalan sedikit lebih cepat untuk sampai ke gedung apartemennya.
Kakinya mengetuk lantai beberapa kali selagi menunggu pintu lift terbuka. Selanjutnya, ketika ia melangkah masuk, dan pintu kembali tertutup-ponselnya berdering memekak telinga.
Ia jadi teringat bahwa Wonwoo sering mengeluh tentang nada panggilan dari ponsel Mingyu. Itu benar-benar sangat mengganggu.
Nama sang teman apartemen tertera di layar ponsel. Mingyu sudah menduga hal selanjutnya ketika ia menerima panggilan itu.
"Kim Mingyu brengsek! Cepat kau kemari hik- aku menunggumu hik."
Lalu panggilan berakhir begitu saja.
Posisi Mingyu masih berada di dalam lift. Tak lama pintu lift terbuka. Namun ia tak segera keluar, melainkan kembali menekan tombol lift menuju lantai satu.
Ia menghentikan sebuah taksi yang lewat dan menuju klub malam dimana Wonwoo berada. Beruntung Wonwoo menghidupkan GPS di ponselnya sehingga ia tahu klub mana temannya itu berada.
Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk Mingyu sampai pada klub terkenal di tengah kota. Klub yang berbeda dengan yang pernah ia datangi. Ketika Mingyu baru saja turun dari taksi, ia menemukan dua orang Pria dengan umur berbeda tengah bertengkar hebat. Ia mengenali keduanya dengan sangat.
"Kau pikir Ayah akan percaya begitu saja? Mingyu bukanlah pacarmu, Wonwoo!"
"Aku tak memaksa Ayah untuk percaya. Hanya berhentilah memaksaku untuk menerima perjodohan dengan Seulgi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Like a piece of watercolour painting; Meanie
FanfictionTentang Wonwoo si berandal menyebalkan dan teman satu apartemennya, Kim Mingyu yang polos. Mingyu yang juga diam-diam hebat di ranjang. Story by : Noona12_ Cover by : Noona12_ [#1 Meanie 01/06/2020]