Part 2

20 0 0
                                    

Selamat pagi teman-teman..
Semalam Jakarta hujan deras diikuti angin badai. Listrik mati di beberapa tempat termasuk di daerahku. Kabarnya ada pohon besar tumbang sehingga PLN harus memutus arus yang mengakibatkan beberapa titik di Jakarta menjadi gelap gulita.

Sebenarnya aku senang-senang saja dengan kejadian padamnya listrik. Sungguh indah melihat kota Jakarta mendadak berubah seperti Gotham city. Terlihat jelas pemandangan langit yang kelam dari rooftop rumahku di lantai empat. Ah mendadak aku ingin membuat jubah hitam panjang. Yang bisa berkibar-kibar saat ditiup angin ketika aku berdiri menikmati suasana malam di rooftop rumahku. Baiklah, akan kupesan pada toko kain langganan di Tanah Abang. Tiga meter bahan kulit hitam sudah cukup, yang sintetis saja tidak perlu kulit sapi asli.

Siapa tau nanti ada produser holywood yang memintaku untuk menjadi pemeran the dark knight, setelah melihatku berkostum Batman beredar luas di instagram. hahaha..
Kuharap kalian tidak terlalu serius dalam menanggapi kata-kataku barusan, tapi aku serius ingin membuat jubah ala Bruce Wayne itu. Sudah lama sebenarnya, tapi terlupakan begitu saja karena kesibukanku mengerjakan setelan-setelan jas pesanan klien-klienku. Sejak kecil aku sudah mengagumi superhero DC ini, kujadikan dia role model selama bertahun-tahun. Kaya, tampan, dan dermawan. Inilah tiga kata yang selalu kupegang erat hingga kini.

Ngomong-ngomong, apakah di daerah tempat tinggal kalian mati lampu juga semalam? Pagi ini sepertinya kita tidak bisa bercerita lama-lama. Kebetulan sekarang aku sedang berada di sekolah si kembar. Ohh aku belum pernah bilang ya, aku punya ponakan sebanyak tiga orang. Yup mereka itu kembar tiga, usianya sudah tujuh tahun saat ini. Dua orang perempuan dan seorang laki-laki. Mereka bersekolah di sekolah yang sama di kelas yang sama. Dan hari ini adalah jadwal pengambilan rapor si kembar. Mereka sekarang sudah duduk di kelas dua bangku sekolah dasar. Anak-anak ini selalu menjadi juara kelas, dan berbakat dalam banyak hal. Ponakan-ponakanku ini sungguh sangat pandai menyenangkan hati pamannya. Darimana lagi asalnya gen jenius mereka kalau bukan diwariskan dari pamannya yang tampan ini. Kan aku sudah pernah bilang, kakakku Bama seorang pemalas yang cuma menyukai pelajaran seni rupa saja. Mustahil rasanya anak-anak Bama yang jago matematika ini mewarisi bakat kepintaran dari ibunya.

Aku harus beranjak sekarang, nenek buyut si kembar (a.k.a nenekku) tadi request agar aku memotret cicit-cicitnya. Oke, sampai ketemu lagi ya

Diego,
Jakarta 17 Juli 2020

————————————————————————————————

Hai hai.. aku kembali.
Bagaimana kabar weekend kalian?
Biasanya apa saja hal-hal yang kalian lakukan di hari Minggu seperti ini?
Akhirnya kemarin aku mewujudkan impianku menjahit jubah hitam ala Batman sepulang membeli bahan kulit di blok B Tanah Abang. Sebenarnya aku lebih senang jalan-jalan di Tanah Abang dibandingkan di mall. Di Tanah Abang tidak ada orang yang berteriak-teriak memanggilku Henry. Karena para penjual tekstil disana mengenaliku sebagai Diego penjahit jas. Dan sepertinya para penjual dan orang-orang yang datang kesana juga tidak tau siapa itu Henry Golding. Yah ada juga sih beberapa orang mahasiswa sekolah-sekolah mode yang menatapku dengan tatapan penasaran. Tapi mereka tidak berteriak-teriak dan tidak berani juga menghampiriku. Kekerenanku ini terlalu sulit untuk disembunyikan. Pernah sekali aku sengaja memakai masker dan kacamata hitam, tetapi hal itu malah semakin membuatku terlihat mencolok. Ya sudah kulepas saja kacamata hitamnya, maskernya tetap kupakai. Sebenarnya aku ini mempunyai riwayat alergi. Debu dan serat-serat halus potongan kain bisa membuat asthma-ku kambuh, not a big deal anyway. Aku hanya perlu menjaga pola makan dan berolahraga teratur. Karena biasanya ketika daya tahan tubuh sedang lemah, lebih gampang terserang penyakit.

Kalian ada yang senang menjahit juga disini?
Pasti kalian sering ke Tanah Abang juga kan?
Padahal semasa kecil aku tidak pernah bermimpi menjadi penjahit. Setelah aku menamatkan kuliah di Singapore beberapa tahun lalu, kakek memanggilku pulang. Beliau ingin aku meneruskan usaha turun temurun keluarga kami yaitu menjahit jas. "Lah yang benar saja, untuk apa aku susah-susah sekolah dan kuliah kalau akhirnya hanya menjadi seorang penjahit?" aku mengomel dalam hati ketika kakek mengutarakan niatnya.

Karena suatu dan lain hal akhirnya aku setuju meneruskan bisnis keluarga kami ini. Lambat laun akhirnya aku jatuh cinta dengan pekerjaan ini. Kalian penasaran hal apa yang membuatku setuju mengorbankan gelar sarjanaku untuk sekedar menjadi penjahit? Lain kali akan kuceritakan ya.. Sekarang aku ingin berbagi hal-hal yang menyenangkan saja dulu.

Ngomong-ngomong tadi aku sudah bilang aku telah mewujudkan impianku membuat jubah ala Batman. Tapi aku mengurungkan niat untuk membuatnya seukuran orang dewasa. Kupikir ponakan-ponakanku akan lebih bahagia memakainya jika aku buatkan seukuran mereka. Ya benar saja, setelah selesai dijahit kuberikan kepada si kembar sebagai hadiah kenaikan kelas. Mereka menerimanya dengan sangat suka cita dan langsung mengenakannya. Mereka berganti-gantian memeluk dan menciumku sembari berkata "terimakasih tio, terimakasih tio.."
Bukan karena namaku Tio ya, namaku masih Diego. Aku sengaja meminta mereka memanggilku tio pada hari Sabtu. Pada hari Minggu, mereka memanggilku paman. Aku mempunyai panggilan yang berbeda setiap harinya, tujuh kali dalam seminggu ponakan-ponakanku memanggilku dengan sebutan yang berbeda. Aku memintanya dan mereka nurut saja walaupun awalnya mereka heran. Tidak ada alasan khusus, aku iseng saja meminta mereka memanggilku om dalam banyak bahasa.

Saat ini si kembar sudah tertidur pulas di kasurku. Bahagia sekali memandang wajah-wajah anak-anak ini dikala mereka terlelap. Walaupun mereka kerap membajak tempat tidurku, aku tetap sayang sih. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Ini kebiasaan yang Bama sering lakukan dulu sebelum ia menikah. Ia seringkali sembarangan merebahkan diri dan tidur sesuka hatinya di kasurku yang bersih dan harum. Bukan karena Bama tidak punya kamar dan kasur sendiri. Tapi kamarnya terlalu berantakan dengan sampah tisu dan kertas-kertas yang berserakan. Di rumah kami tidak ada asisten rumah tangga jadi semuanya harus dikerjakan sendiri. Kadang-kadang kupencet-pencet hidungnya agar ia bangun dan beranjak dari kamarku. Kadang-kadang kusuapi mulutnya yang menganga ketika tidur. Kusuapi sesendok jus lemon atau jus pare yang telah kusiapkan sebelumnya. Tetap saja itu tidak berhasil membuatnya bangun, tapi lemon dan pare yang berada di mulutnya itu berhasil membuatnya berekspresi sangat aneh ketika tidur. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, kufoto sebanyak-banyaknya lalu kucetak dan kutempel di mading sekolah. Haha tentu saja Bama mengamuk melihat foto-foto tidak senonohnya jadi objek tertawaan seluruh sekolah.
Ah aku rindu masa-masa itu, menyenangkan sekali menjahili Bama.

Diego,
Jakarta 19 Juli 2020

DIEGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang