Part 3

14 1 0
                                    

Forest, Clover, Orchad adalah nama dari anak-anak kembarku. Maksudku ponakan-ponakan yang sudah kuanggap seperti anak sendiri. Kalau kalian bertanya apakah ini nama asli atau hanya sekedar nama yang kubuat-buat, dua-duanya benar. Karena memang itulah nama asli mereka dan aku yang membuatnya. Maksudku, aku yang menamai mereka dengan nama Forest, Clover, dan Orchad tepatnya beberapa jam setelah mereka dilahirkan.

Hari ini kami berjualan berkeliling di sekitar rumah tempat kami tinggal. Kami membuat beberapa lusin donat kentang. Sebenarnya yang membuat donat adalah bi Ani asisten rumah tangga kami. Si kembar membantu mencetak dan menghiasnya. Sejak tujuh tahun yang lalu rumah kami sudah tidak lagi mengandalkan diri sendiri untuk mengurus semua pekerjaan rumah. Tapi tetap saja nenekku melarang kami membiarkan semua pekerjaan dikerjakan oleh bi Ani. Misalnya untuk urusan masak memasak masih di-handle oleh nenek, tapi nenek meminta bi Ani yang berbelanja bahan yang hendak dimasak ke pasar terdekat. Untuk urusan kebersihan rumah, kamar tidur masing-masing tetap menjadi tanggung jawab si pemilik kamar. Lalu untuk urusan laundry, bi Ani yang bertanggung jawab penuh. Sebenarnya tidak juga sih, karena si kembar senang membantu mengangkat jemuran lalu menyusunnya dalam keranjang laundry untuk kemudian di setrika oleh bi Ani.

Balik lagi soal berjualan donat. Sebenarnya ini adalah ideku. Karena si kembar selama liburan kenaikan kelas ini hanya mengisi waktu mereka dengan hal-hal yang kurang bermanfaat. Menonton televisi, menonton youtube dan bermain games. Lalu mereka mulai bosan dan merengek-rengek minta dibelikan mainan baru . Oya, aku belum bilang kalau Clover dan Orchad adalah ponakan-ponakanku yang perempuan. Sementara si sulung Forest adalah ponakanku yang laki-laki. Aku menyebutnya si sulung karena dia yang terlahir pertama kali. Disusul oleh Clover lalu adiknya Orchad. Meskipun jarak kelahiran mereka hanya berselang beberapa menit saja, bagiku itu sudah cukup untuk menentukan siapa yang paling tua dan paling muda diantara mereka.

"Uncle, boleh kami beli ini?" kata Clover dan Orchad serempak sembari menunjukkan iphone-ku yang mereka gunakan tanpa ijin. Mataku menyipit melihat sebuah boneka dengan harga yang tak masuk akal. Kubaca keterangan yang tertera dari toko si penjual, waah harganya semakin tak masuk akal untuk ukuran mainan yang begitu mini. Tapi aku tidak langsung menolak.
Kukatakan pada mereka, "Baiklah, ayo kita beli dengan satu syarat. Kalian harus membuat sesuatu lalu kalian bisa jual keliling komplek dan uangnya bisa kita gunakan untuk membeli mainan."

Padahal aku tidak berharap anak-anak ini akan dengan serius menanggapi saranku. Sebenarnya itu cuma alasanku saja agar mereka lupa dan tidak jadi membeli mainan yang manfaat dan harganya tidak berbanding lurus. Tapi dugaanku meleset dan beginilah akhirnya, persisnya lima jam yang lalu kami berkeliling komplek menjajakan donat-donat kentang buatan bi Ani. Bahkan si sulung Forest ikut membantu adik-adiknya dengan penuh semangat. Sebelumnya si kembar memintaku membeli bel terompet di salah satu lapak online. Kalian tau bel terompet? Yang biasa digunakan tukang roti, tukang siomay dan penjaja-penjaja makanan lainnya. Terbuat dari karet bulat dengan corong besi yang kalau dipencet mengeluarkan suara toet toet toet. Biasanya dipasang pada gerobak-gerobak penjaja makanan sebagai klakson agar mereka tidak susah berteriak-teriak menjajakan dagangan mereka. Ah yang benar saja, hendak ditaruh di mana mukaku ini menjajakan donat dengan klakson bel terompet keliling komplek.

Akhirnya ide menggunakan bel terompet tidak terwujud, tapi si kembar tidak kehabisan akal rupanya. Setelah mencari-cari di gudang, mereka menemukan bebek-bebek karet berwarna kuning yang dulu digunakan sebagai teman mandi dikala mereka masih di usia balita. Masing-masing si kembar memegang dua buah bebek karet seukuran kepalan tangan mereka, satu di tangan kiri satu di tangan kanan. Lalu aku ditugaskan memikul tiga lusin donat kentang dengan berbagai macam topping. Wadah donat ini sebenarnya tidak berat, tapi rasa maluku yang besar membuat donat-donat ini terasa lebih berat dibandingkan barbel seberat sepuluh kilogram. Inilah beban yang harus kutanggung akibat perkataan yang sembarangan hahaa. Aku bisa saja membiarkan mereka ditemani bi Ani, tapi seorang gentleman tidak akan membiarkan hal itu terjadi kepada ponakan-ponakannya yang masih kecil.

DIEGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang