Part 6

4 0 0
                                    

Dua bulan yang lalu aku pernah menyinggung sedikit hal yang membuatku "terjerumus" dalam dunia jahit menjahit ini. Karena kakek, ya karena kakek memintaku melanjutkan bisnis keluarga kami. Seharusnya itu diteruskan oleh ayahku, tetapi ayah sudah terlanjur bekerja sebagai PNS di kementrian luar negeri, yang mengharuskan ayah berpindah-pindah tempat kerja dari satu negara ke negara lain sebagai salah satu staff perwakilan duta besar republik negara kita. Tapi saat ini ayah sudah pensiun dan memilih tinggal di kota Bogor bersama ibu. Sudah dua tahun mereka menghabiskan waktu dengan menanam bermacam-macam sayuran dan tanaman herbal di pekarangan rumah.

Setelah lulus SMA, aku melanjutkan kuliah di Singapura. Tentu saja aku membatalkan rencanaku untuk kuliah di Romania. Kalau dipikir-pikir lucu juga rasanya, memilih tempat kuliah hanya karena ingin bersama dengan seorang gadis yang kucintai saat itu. Tapi aku tetap memilih jurusan yang sama dengan yang kupilih sebelumnya, Farmasi. Aku sengaja memilih Singapura karena dekat dari Indonesia. Aku tidak ingin kuliah di Indonesia karena tidak ingin bertemu Tanya yang sering berlibur ke Indonesia. Ya walaupun kemungkinan itu sangat kecil, tapi bisa saja kan. Namun tetap saja tak bisa kupungkiri, setiap kali aku berada di bandara, mataku kerap menyisir pengunjung yang ada. Berharap di antara kerumunan orang yang berlalu lalang ada sesosok Tanya yang kucintai. Syukurlah hal itu tidak pernah terjadi, entah hal buruk apa yang harus kuhadapi seandainya itu terjadi, bisa saja Tanya datang dan bergandengan tangan dengan kekasih barunya. Ah aku jadi nglantur kemana-mana, hehehe.

Tadi pagi si kembar merengek-rengek minta dibelikan hewan untuk dipelihara, "Uncle, beliin kami kelinci atau kura-kura atau kucing, please..." Anak-anak manis ini memang terlalu pintar merayu pamannya, hampir tidak pernah aku menolak apapun yang mereka minta. Beberapa jam kemudian kami sudah tiba di sebuah pet shop di daerah Blok M, ternyata tidak ada hewan peliharaan di sana, hanya ada barang-barang kebutuhan hewan peliharaan seperti makanan, vitamin, shampo, hingga pakaian hewan yang lucu-lucu. Tapi kami bisa memesan hewan peliharaan yang kami inginkan kepada pemilik toko dan menjemputnya beberapa hari ke depan.

Akhirnya Forest, Clover, dan Orchad sepakat untuk memelihara kelinci dan menjatuhkan pilihan pada kelinci berjenis Holland Lop. Kelinci jenis ini benar-benar imut dan menggemaskan. Ukurannya tidak terlalu besar, dan telinganya tidak seperti kelinci-kelinci yang pernah kulihat selama ini. Tidak seperti Bugs Bunny yang dulu menjadi tokoh favoritku dalam film animasi Looney Toones. Bugs Bunny digambarkan sebagai kelinci yang bertelinga tegak memanjang ke atas, sementara kelinci jenis Holland Lop ini memiliki telinga yang jatuh memanjang ke bawah. Aku tidak tau Bugs Bunny itu kelinci jenis apa, tapi aku yakin seratus persen kalau Bugs Bunny bukanlah dari jenis Holland Lop.

Ngomong-ngomong soal kelinci, inilah hal yang membuatku terkenang pada kakek. Kakekku sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu. Dan semasa kecil, aku sering meminta banyak hal pada kakek dan kakek selalu menurutinya. Suatu hari kakek mengajakku ke kebun binatang, disana aku tertarik sekali melihat sekumpulan angsa yang sedang berenang di danau. Setiba di rumah aku membujuk kakek untuk membelikanku beberapa ekor angsa untuk dipelihara. Entah darimana kakek mendapatkannya, keesokan hari sudah ada dua ekor angsa di pekarangan rumah kami. Wah aku senang sekali, kudekati angsa-angsa itu, aku ingin mengelus-elusnya dari dekat.

"Kwoaaaaaak... kwoaaaakkk.. kwoaaaaak."
Ternyata angsa adalah hewan yang galak, sepasang angsa itu malah mematukiku dengan paruh-paruhnya. Menyisakan bekas lebam kehijauan di betis dan tanganku, hahaha. Sejak saat itu aku kapok mendekati angsa-angsa yang sudah dibelikan kakek untukku. Bahkan hingga bertahun-tahun kemudian setelah sepasang angsa tadi beranak pinak hingga dua puluhan jumlahnya, aku membiarkan kakek mengurus dan merawatnya sendiri. Terkadang nenek membantu memberi makan para angsa ketika kakek sedang mendapat banyak pesanan jas untuk dijahit. Terkadang Bama juga, anehnya angsa-angsa itu tidak pernah marah pada Bama. Mungkin para angsa mengira Bama adalah teman mereka, karena sama galaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIEGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang