KEDATANGAN TUMBAL

35 6 0
                                    


Setelah 2 pekan menjalani perawatan di RS Jusi akhirnya dibawa pulang oleh paman Nicle. Pria tinggi bertubuh kekar itu kini kurus dan satu persatu helaian rambutnya kelihatan beruban. Sudah waktunya bagi Jusi untuk mulai mencari pekerjaan agar paman Nicle tak lagi bekerja keras. Lagi pula Jusi kini sudah sembuh total, hanya saja perban masih terlilit di kepalanya untuk beberapa kali, Setelah pelapasan perban nanti Jusi akan memberitahu paman Nicle untuk menetap di rumah karna Jusi akan mulai bekerja. Ntah dimana Jusi akan melamar pekerjaan, melihat kondisi wajahnya sekarang Jusi merasa takkan ada pekerjaan yang mau menerimanya.

Untuk mencari pekerjaan Jusi terbilang masih ragu, ia berpendapat bahwa sangat sulit bagi kondisinya kini untuk diterima bekerja. Kepala yang kini tak lagi berbentuk sempurna, Jusi hanya menggantinya dengan tengkorak palsu untuk menopang kepalanya.

Jusi berusaha keras meyakinkan dirinya bahwa ia dapat diterima bekerja jika dia mampu memenuhi persyaratan kerja tersebut. Rencananya Jusi akan memilih bekerja sebagai pekerja kantoran untuk menghasilkan pendapatan yang cukup.

••••

Di sore hari yang menduk terlihat dua orang dari teras rumah sedang berlari menuju dalam rumah seraya memayungkan tangannya berhadap tak terkena hujan hujan.

Gerimis yang terdengar halus membuat suasana menjadi hangat, paman Nicle membuatkan Jusi secangkir cokelat panas. Cokelat panas memang menjadi pilihan kedua insan tersebut ketika musim hujan tiba, itupun juga menjadi asupan favorit untuk Jusi.

Ditengah hujan yang terdengar semakin deras masih dapat terdengar suara bel berbunyi dari ruang tamu. Jusi yang saat itu duduk di meja makan langsung beranjak dari kursi dan membuka pintu. Dengan kagetnya Jusi di berikan kejutan dari sang pacar. Yahh.. Jusi memiliki pacar yang berasal dari Rusia, namanya June.

Usianya kini masih muda, hanya beda 1 tahun dari usia Jusi yang kini menginjak usia 23 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usianya kini masih muda, hanya beda 1 tahun dari usia Jusi yang kini menginjak usia 23 tahun. June adalah pria yang manis, ia juga mempunyai bakat menyanyi, dia pandai bermain gitar dan sekarang ia bekerja di Amerika sebagai kuli bangunan. Ehhh salah... Maksudnya sebagai arsitek. Ia pandai merancang bangunan sesuai perhitungan matematikanya.

Namun nampaknya June tak sendiri, ia ditemani oleh temannya.

Mereka berdua pun dipersilahkan untuk masuk ke rumah, mereka duduk dan disambut dengan cokelat panas buatan paman Nicle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berdua pun dipersilahkan untuk masuk ke rumah, mereka duduk dan disambut dengan cokelat panas buatan paman Nicle.

"Silahkan minum anak anak" paman Nicle meletakkan sebuah nampan yang terdapat 3 gelas cokelat panas yang masih mendidih😂


"Bagaimana kabarmu" Jusi memulai pembicaraan dengan bertanya pada June yang hendak minum.

"Baik, lalu bagaimana denganmu" June meraih tangan Jusi dan mengelusnya pelan.

"Dan, Hai.. namaku Bobby. Aku kemari untuk merepotkan mu, June yang memaksa ku untuk ikut dengannya" Bobby melanjutkan pembicaraan dengan memperkenalkan diri ditambah sedikit candaan yang menggelitik perut.

"Tak apa, kau disini diterima baik walaupun mungkin akan merepotkan ku" Jusi membalas candaan Bobby dan menjulurkan cokelat panas pada Bobby.

Mereka bertiga berbincang bincang dengan diiringi suara tawa yang bergema di tiap ruangan. Jusi pun akhirnya mempersilahkan mereka untuk mandi dan beristirahat. Sementara paman Nicle sedang ke supermarket untuk membeli bahan makanan.

Jusi mencoba mendatangi kamar tamu yang digunakan Bobby dan June, kamar Bobby dan June sengaja di buat terpisah karena June menolak sekamar dengan Bobby, alasaannya Bobby sering mendengkur ketika tidur. Jusi melangkahkan kakinya dengan pelan menuju kamar June, disana Jusi mendapati June sedang tertidur di balik selimut. Tak ingin mengganggu Jusi akhirnya mendekat semakin pelan sampai tak terdengar suara langkah sedikitpun. Jusi mencoba menarik selimut yang menutupi wajah June. Namun tak disangka mata June masih terbuka karena ia belum tidur. Tentu itu membuat Jusi merasa malu akan tingkahnya barusan.

June meraih tangan Jusi dan menatapnya dengan sedikit rasa gemas. "Kau ingin mengintip ku yah?" June berusaha menahan tawanya ketika mengucapkan itu

"Tidak" Jusi mencoba mengelak namun tatapan June seakan mencobanya untuk mendorong Jusi mengatakan yang sebenarnya.

"Katakan"

"Tidak"

"Katakan"

" Kubilang tidak!"

June bangun dan meninggalkan Jusi yang masih berdiri dekat tiang kasur. Jusi masih merasa malu karena terciduk sedang mengendap-endap di kamar June. Jusi menutup mulutnya nenahan rasa malu kemudian berlari kecil keluar kamar.


JANGAN ENGGAN UNTUK MEMBERIKAN BINTANG PADA CHAPTER INI, KARENA BINTANG DARI KALIAN ADALAH SEBUAH SUPPORT BAGI AUTHOR


JUBAH [MIRANDA]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang