HUJAN

26 5 1
                                    

20.10

Dercakan piring yang berbunyi karena saling bergesekan terdengar nyaring dan bising membuat June beranjak ke dapur dan membantu Jusi membersihkan sisa makanan ke tempat cuci piring. Melihat Jusi yang sedang sibuk cuci piring timbullah keinginan untuk membuatkan Jusi minum. Setelah membereskan pekerjaannya June menyodorkan sebuah gelas berisi air hangat yang tercium aroma teh. Jusi duduk di meja makan dan minum teh bersama June, mereka tak saling menyapa hingga akhirnya June memulai pembicaraan lebih dulu.

"Besok paman Nicle akan ke luar kota, ia menitipkan mu padaku besok malam. Aku harap kau tidak keberatan jika aku menemani mu di rumah, besok" Sesekali June meraih gelas dan meminumnya sedikit.

Mendengar perkataan June membuat Jusi merasa gugup, ia takut jika dia akan membuat June repot nantinya.

"Itu tidak perlu jun.."lirihnya

"Itu adalah tugas dari paman Nicle, harus kuturuti jika tidak dia akan mengusir ku dari rumah ini" perkataan June tentu membuat Jusi terkekeh.

"Aku bisa jaga diri jun.. lagi pula ini adalah kunjungan mu kesini setelah sekian lama, aku tidak ingin merusak liburan mu dengan membebanimu karena permintaan paman Nicle" Jusi tampaknya berusaha menolak namun kembali di yakinkan oleh June. Itu pun membuat Jusi akhirnya pasrah.

"Apa maksudmu. Aku kesini tidak untuk liburan, aku datang untuk mengunjungi pacarku, Jusi. Menjagamu adalah pengalaman yang menyenangkan"Paksa June yang akhirnya dibalas anggukan kecil Jusi.

Setalah pembicaraan selesai June dan Jusi masuk kamar masing-masing. Musim hujan membuat udara di luar sangat dingin, angin dapat menembus masuk lewat jendela kamar Jusi yang terbuka dan saling bertubrukan. Tirai jendela mulai terkipas terkena tiupan angin, itu membuat Jusi yang tengah tidur terbangun karena merasa terganggu.

Jusi bangun dan menutup jendela rapat-rapat. Setelah mengunci jendela dan menutup tirai kamar itu hampir tak memperlihatkan setitik cahaya pun. Jusi mulai membalikkan badannya ke belakang dan mulai melangkah perlahan, tangannya sedikit meraba benda di sekitarnya untuk menjaga-jaga agar tidak tertabrak sudut benda-benda keras. Jusi meraba setiap sudut benda yang berada di depannya, ia merasakan sedikit sentuhan kain putih dari betis bawahnya. Kain yang sungguh halus.. halus sekali sehingga itu terasa seperti tiupan angin. Jusi memalingkan rabaannya ke belakang, ia meraih kain yang tadi dirasakannya terasa lembut. Jusi mencoba menganalisa benda itu, namun tak disangkanya Jusi malah mendapati wanita buruk rupa yang tiba-tiba muncul dihadapannya, wanita itu memiliki gigi yang tajam, ia memakai jubah putih dan bibirnya hampir terlepas dari rongga mulutnya. Hidungnya tak terbentuk sehingga terlihat seperti berbelok-belok. Matanya sangat lebar, di dalam bola matanya tertancap silet yang menusuk sangat dalam.

Jusi mencoba berteriak hingga membangunkan seisi rumah. Paman Nicle, Bobby, dan June terbangun karena suara teriakan Jusi. Itupun membuat mereka berlarian ke kamar Jusi, setalah sampai mereka mendapati Jusi yang sudah dipenuhi goresan-goresan di tangannya. Goresan itu membentuk sebuah kata bertuliskan "MENDEKATLAH".

Paman Nicle mencoba meraba ingatannya kembali, Ia tau bahwa ini semua adalah ulah Miranda. Jusi akhirnya dibawa ke rumah sakit dengan kondisi yang tak sadarkan diri. Jusi di operasi selama 5 jam karena tangannya mengalami luka yang sangat dalam. Ketiga lelaki itu tak dapat sedikitpun memejamkan matanya setelah apa yang baru saja terjadi, mereka terjaga sepanjang malam sampai dokter keluar dan mengatakan kondisi Jusi.

"Jusi mengalami luka yang parah di bagian lengan kirinya, ia masih harus menjalani perawatan. Jangan khawatir dia akan baik-baik saja" dokter itu pergi meninggalkan Ketiga pria itu.


JANGAN ENGGAN UNTUK MEMBERIKAN BINTANG PADA CHAPTER INI, KARENA BINTANG DARI KALIAN ADALAH SEBUAH SUPPORT BAGI AUTHOR

JUBAH [MIRANDA]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang