05 | Rose ft. Jungkook - Fraktur Resah

648 62 4
                                    

°•° Starring by Rose ft. Jeon Jungkook °•°

°•° Recomended song : My Tragedy by Taeyeon °•°

©sweetisrainy, 2020

•••

Jangan bawa cinta semu padaku, kalau akhirnya cintamu tiada. Namun, menyakitkan memberikan fraktur keresahan dalam candramawa. Bukan kismis ini yang ku harapkan. Kismis penuh harapan yang ku idamkan. Bukan cinta samar sepertimu. Yang membawa monokrom dalam kehidupan.

—Rose, 2020

Donat yang tertata dipinggiran jendela kamarnya, kini telah habis dimakan oleh mulutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Donat yang tertata dipinggiran jendela kamarnya, kini telah habis dimakan oleh mulutnya. Perempuan yang melahap semua bahan pemanis untuk bagian penutup dalam sebuah hidangan. Tak ada yang ia pikirkan selagi banyak masalah yang menuntunnya adalah kebiasaannya yaitu hanya menikmati hidupnya dengan makan beberapa jam. Rose memanyunkan bibirnya, karena netranya kosong tak melihat makanan lagi di kulkasnya. Ia mengacak rambutnya. Dan membanting pintu kulkasnya. Perihal rasa yang tak dominan dengan keadaannya. Sekarang kejadian yang lalu terulang kembali.

Ibunya menghampirinya perlahan. Mengusap pundaknya dan memberikan saluran kehangatan serta kenyamanan. Wanita tua itu merasakan betapa malangnya gadisnya yang tiba-tiba mengalami kejadian yang sama seperti masa kelamnya. Masa dimana umurnya harus segera menikah, tetapi tuhan mengubah skenarionya menjadi rumit. Tak ada yang berbeda dengan kian, hampir saja perempuan itu menikah dan beberapa hari kemudian ia kabarkan-bahwa tidak jadi karena sang pria meninggalkannya dengan seketika tanpa alasan.

"Sudahlah, mungkin dia bukan jodohmu."

Rose mengusap airmatanya yang memberikan seceruk kemurnian. "Ibu, aku sudah menginginkan hidup bahagia bersamanya. Tapi, nyatanya dia mengkhianati semuanya."

"Ibu tahu, tapi jika tuhan tidak menyetujuinya. Bagaimana lagi?" ucap Ibu Rose.

Rose menganggukkan kepalanya pelan. Ia memeluk ibunya sendiri dengan erat. Rasanya sekarang ia butuh sebuah pelukan seperti saat ini. Otaknya masih bekerja mengolah masa yang barusan terjadi. Perempuan itu ingin menangis sekarang. Meluapkan bagaimana hatinya dalam keadaan rapuh berdebu. Sementara, wanita tua kini semakin mengeratkan dan mengaitkan kedua tangannya dalam suasana yang masih sama.

"Rose, telpon lelaki itu, minta penjelasan padanya," suruh ibunya.

"Bu, Rose akan semakin resah. Mendengarkan fraktur dalam hatiku ini."

"Cobalah," lanjutnya.





Tak ada kata lain yang harus ia jawab selain kata 'ya' yang terucap dari bibirnya. Tangan lentiknya bergetar saat dirinya meraih alat elektroniknya. Dengan ragunya mengetikkan nomer telepon seseorang yang mulai ia benci. Dentingan jam dinding selalu bergerak menuju kutubnya. Sudah lewat beberapa menit, tetapi masih saja resah. Suhu tubuhnya panas dingin—ia harus mengabarinya segera. Kendatipun, dia mencari alasan. Rose dengan gerak cepatnya melebihi kereta maglev—dirinya mengetikkan pesan pada seseorang.

Roseanne Queen [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang