part 3

38 7 3
                                    

Pintu kamar Raina terbuka

"Non, ini mbo bawa nasi sama lauknya, non kan dari tadi belum makan" ucap mbo Isna menghampiri Raina yang sedang tertidur dikasurnya.

"Mmm.." Raina brgumam lemah

"Non..non Raina kenapa, kok badan non pada panas gini" ucap mbo Isna dengan nada khawatir sambil memegang kening dan tangan Raina.

Raina tidak menjawab apa-apa, ia terlihat sangat lemah.

"Non, lebih baik non Raina makan dulu ya, "

Raina hanya menggeleng lemah.

"Yasudah, kita ke rumah sakit aja ya non"

"Tapi sama siapa bi? kn pak supirnya jam segini udah pulang" ucap Raina dengan suara parau.

Mbo Isna pun berpikir sementara
"Yaudah, lebih baik kita telpon ayah non Raina aja ya"

Raina hanya mengangguk lemah.

Setelah terhubung:

"Halo tuan.."

"Iya halo, ada apa mbo?"

"Maaf tuan, saya mengganggu, non Raina badannya panas tuan sepertinya dia harus segera
dibawa ke rumah sakit, tuan"

"Yasudah, bawa aja ke rumah sakit mbo"

"Tapi tuan, disini gak ada yang bawa kendaraannya tuan dan ini sudah larut malam"

"Kalau seperti itu, kasih aja obat yang ada di lemari obat mbo.. lagian kan cuma panas doang mbo"

"Tapi tuan___"

"Sudah lah mbo, saya lagi sibuk"

Tutt..tutt

Telpon terputus secara sepihak

"Aduh non, gimana ini mana badan non Raina pada panas gini" ucap mbo Isna yang tidak hentinya mengecek suhu tubuh Raina.

"Sebentar ya non, mbo ambil kompresan dulu"

Raina yang mendengar ucapan Wirawan ditelpon tadi, memeteskan air matanya.

"Bunda... kok ayah gitu sih bun sama Rain, ayah gak pernah  peduli lagi sama Rain" batin Rain

...

"Non.. ini mbo bawa kompresan buat non, biar panasnya turun non"

Setelah dikompres, Raina tertidur pulas, mbo Isna menangis melihat keadaan Raina.

Readers, kalo mau dilanjut jan lupa votmen ya😊

Votmen kalian sangat membantu aku😀



Be HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang