Toys 1

2.3K 122 6
                                    

Tokyo terlihat sibuk seperti biasanya. Jalanan padat oleh para pejalan kaki yang notabene pekerja kantoran. Stasiun juga terlihat sesak hari ini, sepertinya banyak orang terlambat di hari Selasa yang cerah ini.

Hinata terus melihat arlojinya gusar. Kelas dimulai setengah jam lagi, dan ia masih mengantri tiket kereta. Ia terus merutuki dirinya sendiri yang bangun kesiangan.

"Aiss, harusnya aku tidak begadang semalam", gumamnya.

---

"Hosh Hosh"

Nafasnya tersengal karena nekat berlari dari stasiun ke sekolahnya. Keringatnya membasahi seragam pas badan yang ia kenakan, hingga lekukan tubuhnya terlihat jelas. Tapi ia beruntung tiba 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai.

Ia berjalan menuju kamar mandi. Merapikan penampilanya yang sedikit berantakan. Namun ia dihadang oleh dua siswa yang tak ia kenal sebelumnya.

"Hei, Cantik!", sapa siswa berambut mangkok itu.

Hinata berusaha tidak peduli. Ia menerobos dua laki-laki muda itu. Tapi tanganya dicekal dan ia pun diseret menuju tengah lapangan.

"Tidak sopan sekali, ya?", ucap pemuda tambun dengan tato pola lingkaran di kedua pipinya.

Kedua pemuda itu memanggil kawanan mereka untuk mengerumuni Hinata. Tatapan mesum mereka mengintimidasi, membuat gadis bermarga Hyuuga itu takut. Salah satu dari mereka bahkan menarik rok gadis malang itu, hingga pangkal paha tertutup panties hitam itu terekspos bebas.

"Kumohon jangan", pintanya memelas.

Matanya mulai berkaca-kaca. Kerumunan siswa laki-laki itu makin kurang ajar. Mereka menarik baju seragam Hinata hingga dua kancingnya lepas. Dada mulus itu pun turut terekspos bebas.

Air matanya mulai turun. Ia merasa dipermalukan dan ternodai. Tanganya berusaha untuk menutupi aset yang selama ini ia jaga rapat-rapat. Tapi tangan-tangan jahil itu terus berusaha menggapai dan menyentuhnya.

"Siapapun, tolong aku", batinya.

---

Naruto tengah berjalan menyusuri sekolah bersama Neji. Pemuda pirang itu berjalan sambil menyesap rokok mentol kesukaanya. Takkan ada yang berani menegurnya, kecuali kau ingin menemui maut.

"Neji, kau mau ramen?", tawarnya.
"Ramen dipagi hari tidak baik untukku, Naruto"
"Baiklah"

Sepasang sahabat itu terus berjalan menyusuri koridor. Hingga atensi mereka teralihkan oleh kerumunan siswa di lapangan. Pemuda pirang itu terus mengamati objek kerumunan itu.

"Aku harus mengambil mainanku"

Neji mengernyitkan alisnya. Menatap aneh sahabat pirangnya itu. Sejenak ia terdiam, hingga akhirnya ia mengerti apa yang terjadi.

Pemuda pirang itu menyelinap diantara para siswa lain. Melihat kaki jenjang yang lusuh karena terkena debu dan rok pendeng dengan beberapa bagian yang sobek.

"Menyenangkan sekali", celetuk salah seorang pengerumun.
"Benarkah?"
"Tentu. Tubuhnya sangat indah. Aku ingin membawanya pulang dan menikmatinya"

Para siswa itu masih menyadari pemilik dari mainan itu. Lantas, Naruto mundur beberapa langkah. Tanganya bersidekap untuk beberapa saat sebelum mengeluarkan suaranya.

ToysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang