Toys 2

2K 111 6
                                    

"Na-Naruto? Apa itu tidak berlebihan?"
"Berlebihan?"

Wajah tampanya tertekuk seolah sedang memikirkan maksud Hinata. Ia tau jika Hinata akan membujuknya untuk melepaskan gadis musim semi yang terikat pada palang itu.

Ya, gadis pink itu tak sengaja membuat masalah dengan sang pemilik mainan. Awalnya ia hanya berniat untuk membantu Hinata. Tapi ia tak menyangka jika ia akan mendapatkan hal memalukan semacam ini.

"Bagaimana reaksi Sasuke saat tau gadis kesayanganya suka menyentuh kelamin yang serupa dengan miliknya?"

Suara pria pirang itu terdengar angkuh dan dingin. Sorot matanya tajam, melihat tubuh yang berbaluk seragam koyak itu. Bahkan rambutnya seperti dipotong asal.

Hinata yang duduk di sofa hanya diam. Sesekali ia memalingkan wajah untuk tak melihat gadis malang itu. Tapi Naruto selalu menarik wajahnya agar menatap gadis bernama Sakura itu.

"Neji! Beri aku pertunjukan yang menarik!"

Pemuda berambut panjang itu berjalan menuju Sakura. Sorot matanya yang dingin membuat tenggorokan Sakura terasa kering. Keringat dingin terus mengalir dari tubuhnya.

"Jangan pernah bicara pada siapapun, termasuk Sasuke", ancam Neji.

Sakura hanya bisa mengangguk mengerti. Kini ia paham mengapa Hinata selalu menurut pada Naruto.

-Flashback-

"Hei, kau baik-baik saja?"

Gadis musim semi itu berjalan menghampiri Hinata, memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.

"Hei?"
"..."
"Oh, perkenalkan, aku Sakura Haruno", ucapnya ramah sambil mengulurkan tangan.
"Hi-Hinata Hyuuga"

Tangan gadis berambut kelam itu bergetar dan basah oleh keringat. Sakura sedikit mengernyit tak paham. Ia seperti merasakan hal janggal dalam diri Hinata. Hingga ia menemukan sebuah kabel yang terulur dari dalam rok.

"Apa itu yang yang mengganggumu?", tanyanya sambil menunjuk kabel di paha Hinata.

Hinata hanya mampu mengangguk. Ia sudah tak tahan lagi dengan alat sialan itu. Cairan putih kental terus merembes dari pangkal pahanya, hingga menetes di lantai kelas. Gadis Haruno itu beranjak turun dan berjongkok di hadapan kemaluan Hinata.

"Ini dia! Tahan sebentar, Hinata. Aku akan mengeluarkanya"

Gadis polos itu menarik kabel yang terhubung pada benda lonjong kecil yang terus bergetar. Hingga akhirnya benda itu keluar. Saat ia meletakkan benda itu di laci milik Hinata, ia melihat Naruto telah berdiri di ambang pintu. Tatapan mengintimidasi mengarah padanya.

"Kau tidak punya hak untuk membantunya", titah Naruto.
"T-Tapi ..."
"Neji! Bawa dia ke basecamp"

Pemuda bermarga Hyuuga itu berjalan ke arah Sakura. Ia menarik paksa Sakura menuju mobil di tempat parkir. Tapi Sakura terus memberontak hingga akhirnya Neji terpaksa membiusnya.

"Kau hanya sampah, Haruno!", ucapnya sambil memasukkan Sakura di jok penumpang.

Jam pelajaran memang belum selesai, tapi Naruto beranjak pergi begitu saja. Peraturan sekolah tidaklah berpengaruh untuknya. Ia menaiki mobil yang berbeda, bersama Hinata yang masih belum sepenuhnya mengatur nafsunya.

Saat menyetir, tangan itu merogoh paha Hinata, namun ditepis oleh sang empunya. Geram karena Hinata mulai melawanya, ia menepikan mobilnya dan mengeluarkan sebuah vibrator yang lebih besar dan seukuran dengan barangnya.

"Kau layak mendapat hukuman ini!"

Pria itu memasukkan vibrator dengan paksa. Membuat Hinata mengerang kesakitan. Bahkan cairan merah anyir keluar dari kemaluanya. Hinata menangis, menangisi kehormatan yang direnggut paksa oleh pemuda iblis itu.

"Ayah ... Ibu ... Maafkan aku", batinya.

Naruto kembali memacu kendaraanya menuju basecamp tanpa memerdulikan keadaan Hinata. Wajahnya kembali dingin seperti sedia kala.

-Flashback End-

Neji melepas berbagai atribut yang menempel di tubuh Sakura. Tubuh mulusnya terekspos bebas dengan keringat yang berkilauan. Mukanya merah padam, meredam rasa malunya. Malu karena telah berurusan dengan seorang Naruto.

"Cih! Bahkan tubuhmu tidak layak untuk dinikmati", ejek Neji sembali meremas kuat payudara kecil itu.

Sakura hanya bisa menangis dan memohon. Hinata tak tahan melihatnya, tapi Naruto terus memaksanya untuk melihat pertunjukan yang disajikan oleh saudara laki-lakinya itu.

"Ku mohon, hentikan", bisiknya.
"Apa? Kau mau aku melepasnya, Hinata?"

Damn! Bagaimana Naruto tau jika ia ingin agar gadis tak bersalah itu bebas? Netra sebiru langit itu masih menatap datar pada Sakura, tapi pembicaraanya jelas merujuk pada bisikan pelan Hinata. Baginya, Naruto telah benar-benar keterlaluan.

Sakura terus menggeliat kesakitan di sana, tapi Hinata tak bisa berbuat apapun. Naruto terus memaksanya melihat gadis malang itu disiksa. Air matanya perlahan menetes, tak kuasa melihat pemandangan mengerikan di hadapanya.

"Hiks .. Hiks .. Ku mohon hentikan", pinta Sakura yang tak henti-hentinya memelas minta dilepas.
"Bagaimana, Naruto?", teriak Neji pada lelaki pirang yang tengah mengelus-elus saudara perempuanya.
"Lanjutkan, Neji!"
"Kau dengar, Haruno? Pertunjukan takkan selesai jika Raja belum merasa bosan"

Sakura hanya mengangguk lemah. Tak ada gunanya memelas saat ini. Matanya perlahan menutup, tak kuat menerima siksaan dari pemuda bermata perak itu. Sakura pingsan dalam hukumanya.

"Maafkan aku, Sakura"

Hinata hanya bisa menangis melihat keadaan teman barunya itu. Psikisnya benar-benar hancur oleh perlakuan pemuda pirang itu.

"Jika aku bisa menahanya waktu itu, ia takkan menjadi seperti ini. Ini semua salahku. Maafkan aku, Sakura. Maafkan aku", batinya merutuki diri sendiri.

---

Semua murid tampak heboh pagi ini. Sebuah bangku kosong mencuri perhatian mereka. Yap, bangku milik Sakura. Sangat aneh jika seorang Sakura Haruno datang terlambat. Sakura dikenal sebagai sosok yang aktif dan cerdas.

Hinata yang duduk di belakang hanya bisa menunduk. Ia tau alasan dibalik hilangnya Sakura Haruno. Dan penyebab gadis pink itu pergi adalah karena dirinya. Kerumunan heboh itu membubarkan diri setelah Gaara memasuki ruangan.

"Ehem! Ada beberapa pengumuman yang akan aku sampaikan hari ini. Salah satu teman kelas kalian, Sakura Haruno, telah pindah ke sekolah lain karena ada alasan khusus. Kemudian, hari ini tidak ada jadwal belajar karena semua guru akan mengikuti rapat tahunan. Jadi, setelah ini kalian bisa pulang dan belajar mandiri di rumah"

Naruto menyeringai ke arah Hinata. Sepertinya ia akan bermain lebih lama dengan Hinata.

-To Be Continued-

Maaf kalo lama ga update, karena lg banyak2nya tugas kemarin T_T
Dan kemungkinan fict ini jg bakal melenceng dr fict aslinya, karena aku mau sedikit improvisasi.
Semoga kalian suka:*
Jangan lupa vote dan comment yah
Thank You

ToysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang