Toys 4

1.8K 101 21
                                    

"Ugh, kepalaku pusing"

Hinata bangun dari pingsannya. Ia melihat sekeliling dan rupanya hari sudah gelap. Saat hendak turun dari ranjang, ia merasa pangkal pahanya terasa nyeri.

"Apa yang terjadi?"

Seingatnya, ia tengah menikmati waktu panas bersama Naruto. Ia tak sadarkan diri saat Naruto memasukinya untuk yang ketiga kali. Ia mrlihat sekeliling, dan tidak ada bekas apapun. Mungkin Naruto yang membereskan semua ini.

Hinata bangkit dari ranjang dan berjalan tertatih-tatih menuju kelas. Sesekali, ia memegang dinding agar ia tak terjatuh lantaran paha dan pangkalnya terasa nyeri.

Perjalanan dari ruang kesehatan hingga ke kelasnya terasa sangat melelahkan. Hinata mengambil duduk sejenak sembari menata tasnya. Ia tak henti-hentinya tersenyum saat mengingat kejadian di ruang kesehatan tadi.

- Flashback -

Naruto membaringkan tubuh Hinata di atas ranjang beralaskan sprei putih itu. Ia merasa iba dan bersalah lantaran siksaan yang ia lakukan waktu itu, hingga menyisakan luka lebam di tubuh itu.

"Ngh ... "
"Kau sudah bangun?"

Naruto menatap lama kristal amethyst itu. Hatinya terasa begitu tenang dan damai. Ia mendekatkan wajahnya lalu menciumi bibirnya pelan.

Kabut nafsu mulai mempengaruhi pikirannya. Ciuman yang semula lembut kini berubah menjadi ciuman ganas dan memabukkan. Beruntung, Hinata mampu mengimbangi permainan Naruto meskipun ia setengah sadar.

"Ahh ... Lakukan lebih!", pinta Hinata.

Naruto pun bergegas membuka perisai bawah milik Hinata. Ia menghirup aroma surga kenikmatan milik Hinata yang telah basah dan berkedut itu.

Setelah membuka penutupnya, Naruto pun menjilati dan menusukkan lidahnya ke liang milik Hinata. Si empunya hanya bisa pasrah dan menggelinjang nikmat. Perlakuan Naruto membuat tubuhnya terasa panas.

"Lebih dalam lagi! Lagi! Lagi!"

Begitulah teriakan Hinata. Gadis itu benar-benar telah terbuai oleh sentuhan sang Alpha itu. Kini saatnya memasuki menu utama.

Naruto melepas semua seragamnya. Terlihat sang junior telah menegang sempurna dan siap untuk bertempur. Ia menaiki tubuh Hinata dan memasukkan juniornya ke mulut Hinata dan menggerakkannya maju mundur hingga ia nyaris tersedak.

"Ahh ... Hi-Hinata ... "

Belum sampai 10 menit, cairan kental agak amis itu keluar dan memenuhi mulut Hinata hingga meluber keluar dari sudut mulutnya.

"Telan! Itu protein tinggi"

Hinata tersentak saat Naruto memasukinya tiba-tiba. Gadis itu tak meringis kesakitan, justru ia terlihat menikmati. Bahkan, tangannya mulai berani bergelayut manja di leher Naruto.

"AHH! AHH!"

Hinata makin menjadi-jadi. Desahan yang ia keluarkan makin terdengar nyaring dan menggema ke seluruh ruangan. Yang ada di pikiran mereka saat ini adalah tentang kenikmatan yang harus mereka capai bersama.

"Hi-Hinata ... A-Aku ... Keluar!"
"AHH!"

Naruto ambruk dan menindih tubuh Hinata. Mengambil nafas sejenak sebelum masuk ke ronde selanjutnya.

ToysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang