CHAPTER 3

405 28 5
                                    

Kebesokan harinya pukul 07:00 WIB mereka sudah berada di rumah David. Mereka pergi pakai mobil David. Dan tak lupa handycam Rendy yang sudah merekam.

Lumayan lama diperjalanan, sekitar 3 - 4 Jam untuk sampai. Mereka sebentar lagi sampai, tetapi tiba tiba tidak ada jaringan sama sekali.

“Eh, Beng. Engga ada sinyal, nih. Gimana?.” tanya Brylian saat menyadari, handponenya sudah sama sekali tidak bisa membuka sosial media karna sinyalnya yang benar - benar hilang.

David yang sedang menyatir, tanpa menoleh menjawab. “Tanya orang sekitar sini aja.”

Ditempat yang sepi ini, mereka tak menemukan siapa - siapa. Hingga 20 menit kemudian, mereka menemukan seorang kakek - kakek yang membawa kayu pakai sepedanya sedang duduk istirahat disebuah bale.

“Kek, maaf. Tau arah ke Hutan Kapet tidak?.” tanya David tanpa turun dari mobil. Bukan karna tidak sopan, tapi karna jarak mereka tak terlalu jauh dan juga mereka sedang mengejar waktu.

Kakek itu hanga menunjuk arah lurus, mungkin maksudnya mereka disuruh mengikuti jalan ini. Lalu Kakek itu beranjak pergi.

Sebelum pergi, kakek itu mengatakan,

“...hati - hati hari Jum'at.”

Itu sempat membuat Gita bertanya, “Apa maksudnya?.”

Namun Zico memotong, “Sudahlah, siapa yang perduli? Ayo, Beng. Berangkat!.” ucap Zico membuat David sadar akan lamunannya, dan kembali menjalankan mobilnya itu sesuai petunjuk Kakek itu.

Disisi lain, Brylian yang peka akan perubahan sifat sepupunya itu langsung bertanya, “...Na, lu kenapa?.”

Sabrina sadar akan lamunnya itu, langsung menoleh, “Tidak. Gua cuma mulai sedikit mabuk mobil.” bohong Sabrina.

Brylian hanya mengangguk. “Kalau mau muntah bilang - bilang.”

Sabrina mengangguk paham. Lalu dia memejamkan matanya, pura - pura tidur. Padahal, sebenarnya adi dia merasakan ada hal yang mengganjal dihati dan pikiranya itu.

• • •

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai ke Villa sewaan mereka untuk menaru mobil dan beristirahat sebentar.

Saat pukul 13:00 WIB mereka memutuskan untuk berpetualang hari itu juga. Mereka kini niat menuju ke tempat yang memang sudah disediakan disini. Tempat itu khusus para pengunjung yang ingin berkemah disana, tak terlalu jauh.

Dengan formasi, David dan Rendy dibaris paling depan sebagai komando, Gita dan Sabrina ditengah, diakhiri dengan Zico dan Brylian yang belakang. Mereka mulai berjalan.

Sekitar 30 menit mereka sudah berjalan, tetapi anehnya tak sampai - sampai. Mereka merasa tempat yang kini mereka lewati, sudah mereka lewati sebelumnya. Seakan - akan mereka sedang dikerjai oleh penunggu disana.

“...Eh, itu bukannya pensil lu yang tadi jatuh, ya, Co?.” tanya Brylian sambil menunjuk sebuah pinsil ditanah.

Suara itu, membuat semua menoleh ke arah belakang. Begitu juga Zico yang berada disamping Brylian.

Zico mengikuti arah tunjukan Brylian, “Eh, iya. Berarti, dari tadi kita cuma muter - muter doang?!" histeris Zico.

“...Heh, kalian ngomongin apa, sih?.” tanya Gita yang berada dibelakang David.

Zico menoleh, “Jadi gini....”

Flasback On.

“Co, lu lagi ngapain, si?.” tanya Brylian yang berada disamping Zico itu.

Ini, gua lagi gambar, tapi udah selesai kok.” jawab Zico lalu memasukan buku gambarannya ke tas, dengan berhenti sejenak.

Brylian yang sudah dua langkah lebih dahulu berjalan menoleh kebelakang, "Eh, kamvret! Cepet, kita udah ketinggalan ni.” omel Brylian.

Zico yang sudah selesai memasukan buku gambarnya itu mendongakkan kepalanya, “Iya, iya.” jawab Zico sambil kembali berjalan.

Saat Zico sudah berada disamping Brylian, “Pinsil lu tu jatuh.” ucap Brylian memberi tau.

Zico melihat keberadaan pinsilnya yang jatuh itu, “Biarin, deh. Gua punya banyak, sans. Udah, ayo.” ajak Zico dan Brylian hanya mengangguk.

Flasback End.

“Jadi, maksud lu kita dari tadi hanya putar - putar aja, gitu?.” tanya Rendy yang berada disamping David.

Pertanyaan itu dijawab anggukan oleh Zico dan Brylian. Membuat semua sedikit panik. Tetapi berbeda dengan Sabrina, dia terdiam, dia bukan takut apa ikut panik. Dia sedang berfikir.

“...Udah, tenang lu semua. Mungkin gua yang salah jalan. Ayo, jalan lagi.” David menengahi keadaan canggung ini.

Mereka kembali berjalan dan akhirnya, mereka sampai. Mereka langsung membangun tenda yang berjumlah 3 tenda. Terlihat hutan ini memiliki pemandangan hutan yang indah untuk berfoto - foto.

“...Iya, karna tenda engga cuma cukup menampung buanyak orang. Jadi kita bangun 3 tenda.” jelas David. Lalu menatap Brylian.

Brylian mengangguk paham. Dan mulai menjelaskan bagian - bagiannya,
“Tenda 1 : Sabrina dan Gita

Tenda 2 : Zico dan Bangau
Tenda 3 : Gua sama Bengbeng.” dan di jawab anggukkan oleh mereka semua.

• • •

Malam hari tiba. Untung saja tadi mereka tidak lupa untuk mencari kayu bakar. Sedikit menghilangkan rasa kedinginan mereka.

“...Udah pada tidur. Besok kita baru berpetualang. Katanya, disekitar sini ada air terjunnya.” ucap Brylian.

“Keren, anjir. Hutan ada Air terjunnya.” sahut Zico.

David menepuk keningnya, “Co, kita memang ada dihutan. Tapi, hutan ini berada digunung. Bukan hutan yang isinya pohon liar dan hewan buas. Hutan ini itu udah dicek, agar para pengunjung keselamatannya terjaga.” jelas David membuat Zico hanya mengangguk mengerti.

Setelah itu semua bangkit untuk pergi ke tenda mereka masing - masing. “—Eh, tunggu. Ini, 1 handycam, 1 tenda.” perintah Rendy.

• • •

[23:50]

Waktu menunjukam pukul 23:50, tiba tiba Anggita ingin membuang air kecil. Tetapi dia tidak membangunkan Sabrina, dia malah langsung keluar dari tenda, bergegas pergi karna sudah di ujung sepertinya.

Petualangan Sahabat 'Mistis' 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang