CHAPTER 5

307 34 7
                                    

Mereka masih mencari anggita yang hilang itu. Tetapi lebih tepatnya mereka mencari air terjun keramat yang nenek kemarin bilang.

“Co?,” panggil Sabrina yang berada didepan Zico.

Zico menatap sepupunya itu, “Kenapa, Na?.”

“Gu... Gua kebelet.” cicit Sabrina. Zico yang paham, langsung mengangguk mengerti.

Zico berjalan kedepan, “Beng?.”

David yang sedang mengkomandokan jalan, menoleh kebelakang. “Ngapa?.”

“si Sabrina kebelet, kalian duluan aja nanti gua sama dia nyusul.” kata Zico.

David mengangguk, “Yaudah, jangan lama - lama.” pintanya, yang membuat kini Zico yang mengangguk.

Zico berjalan mendekati Sabrina, “Udah, ayo, Na. gua anterin.” ajak Zico.

Mereka berdua bersiap berpisah dari Bembeng dkk. “Eh! Ni, Co. Bawa handycame gua!.” cegah Rendy sambil memberikan handycamenya. Membuat sedikit keributan antaa Zico dan Rendy.


Sementara itu secara diam - diam, Sabrina mendekati David. “Beng?.” panggil Sabrina, membuat David menoleh.

“Ap--” ucapan David terpotong, saat Sabrina memberikan kertas-- seperti surat secara kasar.


Entah itu surat apa.

David mengambil surat itu lalu. “Oi, Na. Ayo, ntar pipis dicelana tambah gawat.” ajak Zico, tentu langsung diangguki Sabrina.

Sabrina dan Zico mulai berjalan menjauh dari teman - temannya.

•••

“Jangan ngintip lu, Co!.” tegas Sabrina sambil menatap tajam Zico.

Zico memutar bola malasnya, “Dih, ogah amat gua ngintip - ngintip. Kalo mata gua bintitan, kagak cakep lagi ntar gua.” sahut Zico sambil merapihkan jambul rambutnya. Sedangkan Sabrina sudah beranjak menjauh dari Zico.

Zico menunggu Sabrina yang sedang buang air kecil. Sembarangan? Tidak. Tau botol kosong? Ya, kayak gitu.

Tetapi, Zico dikagetkan oleh Sabrina yang tiba - tiba teriak. “AAAAAA....” teriak Sabrina kencang. Sangat kencang malah.

Tanpa pikir panjang, Zico langsung menghampiri sepupunya itu. “Eh, Na? Kenapa lu?.” tanya Zico sambil jongkok menyamai tinggi Sabrina yang duduk.


“Fi... Firasat gu--gua bener, Co!.” lirih Sabrina dengan tubuh yang gemetar. Seperti orang ketakutan. Terlihat, dia sampai mengeluarkan air mata. Dia menangis.

“Ya, kenapa?!.” tanya Zico khawatir sambil meboleh kekanan dan kekiri, kali dia melihat penjahat.

Tapi sudah pasti, hutan sunyi itu, tidak ada siapa - siapa.

Namun, satu yang mengganggu pikiran Zico. Sepupunya itu tidak pernah menangis. Sepupunya itu selalu berani. Tetapi, kenapa saat ini dia seperti orang yang sangat ketakutan?.

•••


“...Beng, kok tu bocah 2 kagak nyusul kita ya?.” tanya Rendy memecah keheningan.

Disitu David baru tersadar, bahwa ada satu hal yang harus dia lakukan. Dia mengambil surat yang berada dikantung celananya, dan langsung membuka surat dari Sabrina itu. Apa mungkin surat cinta untuk David? Kayak lagu aja. Engga, sudah pasti tidak.

David membaca surat itu. Setelah membaca surat itu, David mulai paham.

“Kenapa, Beng?.” tanya Brylian saat melihat David yang mengangguk - nganggukkan kepalanya.

David menoleh, “Ini, coba kalian baca.” ucapnya sambil memberikan surat yang sudah dia selesai baca itu.

Brylian mengambil surat itu, lalu disusul yang lain untuk membaca surat itu bersama. Tapi, mereka tak paham. Apa maksudnya?.

“Apa ini pertanda kalau mereka engga bisa pulang dan mereka akan mati disini?.” tanya Rendy sedikit loading.

“Eh! Lu kalo ngomong, ya!.” kesal Brylian sambil menjitak kepala Rendy. Bisa - bisanya dia berbicara seperti itu ditempat seperti ini.

Rendy memegangi kepala, “Duhh, sakit, Bry!.” keluhnya. Dan dikacangi oleh Brylian.

“Udah, ni gua bacain dan gua sekalian jelasin apa maksudnya.” ucap David sambil mengambil surat itu kembali.

Semua sudah menuju pada David, menunggu penjelasan itu.

Isi surat itu...

Petualangan Sahabat 'Mistis' 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang