part 5

0 0 0
                                    

'Hhhh ....' desahku dalam hati, kenapa akhir-akhir aku seringkali ceroboh di depan mas Juna. Dia jadi ngeliat aku seakan-akan aku ini aneh. Tapi, kok hati ini rasanya deg-degan, ya, pas dekat dengan dia. Apa ini yang namanya jatuh cinta.

'Hihh, baru juga hitungan beberapa kali ketemu dia. Masak udah jatuh cinta, seh,' pikirku sedikit ngawur. 

'Tapi dia terlalu manis, tatapannya itu loh, bikin jantung aku ser-seran. Apalagi tadi dia pake nanya namaku lagi, bikin jadi salah tingkah aja deh.' Aku tersenyum-senyum sendirian.

Tapi apa dia memang tertarik padaku hingga tadi nanya namaku segala, atau dia cuma pingin tau siapa nama gadis super ceroboh yang bikin gaduh? Pikirku lagi.

Enggak, aku gak boleh ceroboh lagi dekat mas Juna. Pokoknya aku mesti hati-hati kedepannya, batinku. Aku gak ingin dia jadi muak lama-lama melihat ulahku itu.

Perlahan kurebahkan tubuh yang terasa lelah di atas ranjang, anak-anak lainnya juga pada tidur-tidur ayam di kamar, sebagian lain mandi dan di dapur sekedar masak buat mereka makan pas ntar malam, bagi mereka yang rajin masak.
Kalau aku seh, mending pesen aja di kantin bawah, ada nasi goreng, nasi Padang, pecel dan lainnya.

"Nur, ke Mall, yuk, cari baju," ajak Resti.

"Hmmm ... ayok!" balasku semangat. Aku juga pengen cuci mata di sana. Kami pun segera mandi dan berangkat ke mall yang tak jauh dari rusun. Di sana memang banyak tempat nongkrong sekedar santai maupun ngisi perut.

Selesai mandi dan berpakaian kami menuju ke arah jalan raya dan menunggu angkot yang akan membawa kami ke sana. Sebenarnya bisa jalan kaki, tapi karena capek kami putuskan untuk naik angkot saja. Irit tenaga.

Sesampainya di sana kami pun menuju ke lantai dua tempat retail baju-baju wanita.
Resti pun tampak memilih-milih baju di rak-rak yang terpajang di sana, aku pun tak mau ketinggalan, siapa tau ada koleksi yang lucu.

Setelah beberapa jam kami sibuk mengitari Mall itu dan mendapatkan baju yang diinginkan, kami pun beranjak ke lantai satu buat belanja kebutuhan harian. Lalu kami duduk santai di sebuah cafe di samping Mall tersebut, disana memang tempatnya asyik buat santai, makanannya pun enak-enak.

Kami pun duduk santai setelah memesan minuman berikut makanannya.

"Eh, Nuri, kamu tau gak gosip terkini di rusun kita," ucap Resti memulai pembicaraan.

"Apaan, emang?"

"Si duren supervisor kita itu kan tinggal di depan, dia kayaknya lagi dekat deh sama mbak Aline, itu tuh, yang punya konter pulsa di dekat gerbang," ujarnya.

"Masak, seh?" ucapku terkejut dan tiba-tiba merasa sedikit kecewa. Padahal baru saja aku mau cerita kalau sedang berbunga-bunga tadi pas ketabrak si duda keren itu. Eh malah sekarang denger gosip tentang hubungannya dengan orang lain.

"Gue juga gak tau pasti, nih ya. Tapi anak-anak lain yang ngase tau."

"Iya, baguslah, mbak Alina, kan,cantik orangnya, kabarnya dulu pernah kerja di perusahaan kita juga."

"Iya, mereka dulu sesama pekerja di PT tempat kita kerja. Bisa jadi mereka jadian karena itu." Resti menyeruput minumannya.

Pesanan makanan kami pun datang. Kami pun segera menyantapnya, karena laper dari tadi belum makan.

Aku seakan tak selera makan, padahal menu batagor di sini enak sekali. Tapi mendadak perutku jadi kenyang karena berita itu.

"Nur, cobain batagornya, dong. Kok kayak gak nafsu makan, seh?" tanya Resti heran melihat piring batagorku masih belum berkurang. Ia pun mengambil dengan sendok, lalu memakannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Misteri Rumah Susun Bida KuningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang