Tugas Alvaro dan Laras sudah selesai. Ya, mereka sudah mengikuti olimpiade. Hasil juga sudah mereka dapatkan, dan syukur lah hasilnya memuaskan. Mereka berhasil mendapatkan juara utama.
Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil, mereka sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, tak luput juga dengan doa yang selalu mereka panjatkan kepada Tuhan. Dan hasilnya pun tak membohongi usaha mereka. Hasilnya membuat keduanya sangat amat puas.
“Selamat ya,” seorang gadis menepuk bahu Alvaro, saat dirinya sudah berada di luar hotel dengan Laras disampingnya. Mereka bersiap untuk pulang. Pak Handoko sudah menunggu mereka di dalam mobil.
“Lo juga,” jawab Alvaro cuek.
Laras menatap gadis yang berada disamping Alvaro. “Kamu yang kembarannya Varo kan?”
Gadis itu Alvina. Alvina mengangguk. “Panggil gue Vina.”
Laras mengangguk paham. “Aku Laras. Oh iya, selamat ya, sekolah kamu tadi menang dapet juara utama,”
“Makasih,” jawab Alvina seadanya.
“Kalau udah nyampe sekolah, lo langsung pulang.” titah Alvaro kepada Alvina.
“Emang gue mau kemana dulu?”
“Kali aja main.”
“Gila aja! Capek-capek gini main, lo kadang-kadang nggak mikir kalau ngomong.” kesal alvina.
“Alva?” seseorang memanggil Alvaro dengan panggilan yang berbeda. Alva, panggilan itu hanya di gunakan oleh satu orang gadis untuk memanggil namanya.
Mereka bertiga sontak menatap gadis yang sekarang ada dihadapan mereka. Ralat, dihadapan Alvaro lebih tepatnya.
Alvaro menatap malas gadis didepannya ini, sangat muak rasanya melihat wajah gadis itu.
“Kok kamu bisa disini? Kamu jadi peserta olimpiade?” tebak gadis itu.
Alvina menatap Alvaro. “Lo pulang sono, gue yang urus.”
Alvaro tersenyum kecil, Alvina memang menyebalkan, tapi disaat-saat seperti ini dia sangat membantu. “Thanks.” Alvaro segera pergi dari sana, diikuti dengan Laras yang masih kebingungan atas kehadiran gadis itu.
Alvina maju satu langkah, menatap sengit gadis didepannya ini. “Lo nggak punya malu?”
“Vina nggak pernah ngomong gini sama aku,”
Alvina mengangkat sebelah alisnya. “Nggak pernah? Ini sekarang gue lagi ngomong.”
“Lo nggak punya malu Gea Anastasya?” tanya Alvina mengulangi pertanyaannya.
“Aku manusia, aku punya malu,” jawab gadis yang bernama Gea itu.
Alvina tertawa hambar. “Punya malu, tapi nggak malu buat dateng lagi dihadapan Varo?”
“Kita nggak sengaja ketemu Vina,”
“Lo udah liat Varo dari jauh kan?” Gea mengangguk. “Kenapa nggak menghindar?”
“Aku pengin nyapa kalian, aku pengin ketemu kalian, aku kangen sama kalian.” jelas Gea.
“Gue nggak peduli. Disaat Varo kangen lo apa lo peduli? Nggak kan? Malah lo hilang. Sadar diri dong.” nada suara Alvina berubah menjadi lebih dingin.
“Alva kangen aku?” tanya Gea seolah-olah tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Alvina kembali maju satu langkah. “Jangan dateng dihadapan Varo kalau emang lo masih punya malu.”
***
“Maaf pak menunggu lama,” Alvaro meminta maaf kepada pak Handoko, karena dia yakin dia terlalu lama tadi di luar.
“Tidak apa, kalian sudah siap untuk kembali ke sekolah? Membawa kabar bahagia ini?” tanya pak Handoko kepada Laras dan Alvaro yang duduk dikursi belakang.
“Siap pak!” jawab keduanya kompak.
Diperjalanan semuanya hening. Si supir hanya diam dan fokus menyetir. Pak Handoko sudah tertidur, sisa lah Alvaro dan Laras, mereka saling dia.
Sebenarnya Laras sedari tadi berfikir untuk bertanya kepada Alvaro tentang gadis itu, tapi Laras takut Alvaro tidak menjawab. Laras takut Alvaro mengira dirinya ingin mengetahui masalah pribadi Alvaro.
“Hm.... Varo?” dengan ragu Laras memanggil nama Alvaro.
“Hm.” jawab Alvaro tanpa menoleh dari jendela mobil.
“Aku mau tanya, boleh?”
Alvaro hanya mengangguk.
“Cewek tadi siapa?” tanya Laras sedikit pelan. “Kalau kamu nggak mau jawab juga nggak papa kok,” lanjut Laras.
Alvaro menoleh ke arah Laras. “Gea,”
“Itu namanya?” Alvaro mengangguk. “Kalian pernah pacaran ya?”
Alvaro menatap Laras dalam. “Kenapa lo bisa punya pikiran kayak gitu?”
Laras menelan salivanya susah. Apa dia salah bicara? Ya Tuhan, bagaimana nasibnya? “Tadi aku liat pas kamu ketemu si Gea Gea itu muka kamu langsung males gitu. Kan biasanya gitu kalau muka-muka ketemu mantan,” jelas Laras polos.
Alvaro tertawa kecil mendengar penuturan gadis disampingnya ini, kelewat polos. “So tau. Dia itu temen gue.”
Laras mengangguk mengerti. “Temen tapi punya perasaan ya?”
Alvaro diam tidak menjawab, pertanyaan Laras yang terdengar polos itu seakan-akan mengunci mulutnya untuk menjawab. “Lo tidur, nggak usah banyak nanya.”
“Iya deh. Berarti nanti kalau udah bangun tidur boleh nanya lagi kan?” tanya Laras kembali polos.
Alvaro memutar bola matanya malas. “Serah,”
HAY, IM COMEBACK DI LAPAK INI, KANGEN JUGA AMA NI LAPAK, HEHE..
UDAH LAMA JUGA NGGAK NULIS, AWOK:V
VOTE AND COMEN YA GUYS:*
FOLLOW IG KU : @anandapewe_
Gabung GC sad girl?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO [HIATUS]
Teen FictionSEQUEL END OF STORY *** FOLLOW SEBELUM MEMBACA. VOTE DAN COMEN SETELAH MEMBACA. *** Alvaro Kusuma Saputra. Seorang siswa SMA dengan segudang prestasinya dibidang olahraga. Basket tentunya. Sikapnya yang bisa membuat luluh semua wanita, tapi tidak de...