ALVARO 04 : OLIMPIADE MATEMATIKA, HAL BIASA BAGI ALVARO

616 30 2
                                    

“Hai Varo!!” sapa gadis yang tiba-tiba datang dihadapannya. Membuat perljalanannya terhenti menuju kelas. Alvaro menatap malas gadis dihadapannya itu.

“Kok nggak dijawab sih?! Nggak boleh gitu, sama calon pacar!

Alvaro memutar bola matanya malas. “Minggir.”

Eca menatap Alvaro. “Ada syaratnya!”

Alvaro menaikkan sebelah alisnya. Pasti syarat gaje!

“Wajib bales setiap pesan Eca! Dan wajib angkat setiap telpon Eca!” syarat Eca. Ya, setiap Eca memberi pesan kepada cowok itu, pasti tidak akan dibalas, hanya dibaca. Dan setiap Eca menelpon cowok itu, tidak pernah diangkat. Sekali pun.

Alvaro menatap kesal cowok itu. “Wajib?”

Eca mengangguk. “Banget!”

“Oke.” putusnya.

Eca menatap Alvaro berbinar. “Awas lho ingkar janji!”

Alvaro mengangguk. “Minggir.”

“Bentar dulu!” cegah Eca.

Apalagi sih?!

“Harus ditepatin! Kalau nggak ditepatin, nanti azabnya Varo jadi pacar Eca!” Eca tersenyum geli. Dia tidak mampi membayangkan jika cowok dihadapannya ini, suatu saat nanti akan menjadi pacaranya, apalagi suaminya.

Alvaro berdecih. “Pacaran sama lo azab? Berarti nggak salah gue nolak lo terus-terusan!” Alvaro langsung pergi dari sana.

“NGGAK GITU JUGA!!” teriak Eca dan masih didengar Alvaro. Jawaban Alvaro mampu membuat Eca menyesal telah mengatakan semuanya.

***

Alvaro membalikkan badannya, saat ada seseorang yang mencekal langkahnya. Perjalanannya terganggu menuju perpustakaan. Ya, sekarang waktunya istirahat. Alvaro lebih memilih ke perpustakaan dibanding ke kantin. Lagi, pula dia tidak punya siapa-siapa, temanpun dia malas untuk mencarinya, sekalipun ada yang mengajaknya berteman, pasti akan dia tolak.

“Kamu dipanggil keruangan kepala sekolah.”

Alvaro mengangkat sebelah alisnya. “Sama?”

“Kepala sekolah lah, masa aku.”

Thanks.” Alvaro hendak berjalan melewati gadis itu, Laras. Tapi gadis itu malah menghadangnya.

“Kamu punya masalah?”

“Nggak.”

“Terus ngapain kesana?”

Alvaro mengangkat bahunya acuh. Dan melanjutkan perjalanannya.

Laras menatap kesal punggung Alvaro. “Dasae cowok nyebelin!”

***

“Permisi pak,” Alvaro mengetuk pintu ruang kepala sekolah itu, yang kebetulan pintunya terbuka.

“Silahkan masuk,”

Alvaro mengikuti perintahnya. Alvaro duduk didepan kepala sekolah itu, setelah kepala sekolah itu menyuruhnya.

“Ada apa pak?” tanyanya yang juga penasaran.

“Nama kamu Alvaro bukan? Siswa baru?” tanya pak Handoko, kepala sekolah.

Alvaro mengangguk.

“Kamu bisa ikut olimpiade matematika? Mewakilkan sekolah kita?”

Alvaro mengernyit. Dia murid baru disini, tidak pantas baginya untuk ditawarkan seperti ini. Jika disekolah dulunya, ini sudah biasa. Biasanya disekolah lamanya dia selalu mewakilkan sekolahnya untuk olimpiade matematika, dan Alvina juga akan mewakilkan sekolah mereka untuk olimpiade IPA. “Saya murid baru pak, saya tidak pantas.”

“Kata siapa? Guru matematika kamu memberi tahu saya bahwa, kamu selalu mendapatkan nilai A ketika belajar matematika. Dan jika kamu ada ulangan nilai kamu selalu seratus.” jelas pak Handoko.

“Kamu mungkin murid baru disini, tapi kelebihan kamu dalam bidang matematika bisa membantu sekolah, untuk mengikuti olimpiade matematika.”  lanjut pak Handoko.

“Apa tidak ada yang lain, pak?”

Pak Handoko menggeleng. “Tidak ada, sekolah kita pertama kalinya mengikuti olimpiade ini, dan kamu adalah orangnya.”

Alvaro menatap heran, jika disekolah lamanya ini sudah hal biasa. Alvaro menghela nafas, “Baik pak,” putusnya.

Pak Handoko tersenyum. “Terimakasih. Dan kamu tidak sendirian.”

Alvaro mengernyit. “Maksud bapak?”

“Ada Laras yang akan mendampingi kamu. Dia juga ikut olimpiade ini, mewakilkan putri, dan kamu mewakilkan putra.” jelasnya. “Saya sudah membicarakan ini lebih awal dengan laras.” lanjutnya.

Cewek kampung itu? Yang sering bilang gue nyebelin? Batin Alvaro.

“Kalian memang murid baru. Tapi, sayang bangga memiliki murid baru seperti kalian. Bertalenta.

Alvaro mengangguk, dan tersenyum. “Ada lagi pak?”

Pak Handoko mengangguk. “Bulan depan lomba itu akan diadakan, jadi bersiaplah.”

Alvaro mengangguk. “Saya permisi.”

VOTE COMENNYA

ADA KATA BUAT PART INI?

NEXT?

FOLLOW AKUN INI YA,

FOLLOW IG :
1. @anandapewe_
2. @wattpadapw

ALVARO [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang