Perempuan murahan

85 1 0
                                    

Tuan,
Kau tahu ?
Sejak itu, aku telah menjadi perempuan yang berbeda. Tidak bisa disandingkan lagi dengan diriku sebelumnya. Aku kehilangan banyak. Dan hal itu tidak akan pernah aku dapatkan kembali, di didunia ini. Bagaimanapun kerasnya aku memperbaiki nanti.

Aku sudah tidak sebanding dengan perempuan lain,. Jauh. Aku tidak akan menang jika berbicara akhlak.

Aku kalah telak.

Aku tidak bisa meredam keinginanmu lagi seperti yang aku ucapkan tempo malam. Munafik jika aku tidak pernah menikmati. Tapi berhenti adalah pilihan yang selalu aku pilih. Aku sudah bukan seseorang yang bisa dibilang lugu mengenai hal itu. Sejak kegiatan seronoh itu kita jadikan kebiasaan disela hiruk pikuk kehidupan.

Aku sudah gagal menjadi perempuan baik, gagal menjaga apa yang seharusnya aku jaga.

Aku bukan lagi perempuan idamanmu.
Aku perempuan menjijikkan.
Aku adalah manusia hina.
Aku adalah hamba penuh dosa.

Perempuan sepertiku tidak lagi menyandang status "perempuan terhormat dan memiliki haknya."

Apa yang bisa aku lakukan sekarang, tuan ?
Selain meratapi kelengahanku, kebodohanku.

Semuanya sudah terlambat.
Nasi sudah jadi bubur.

Tuan,
Tidakkah engkau pernah bertanya mengapa aku bersedia melakukannya ?
Pikirku, tidak ada yang bisa aku berikan selain hal itu. Tidak ada hal berharga yang aku miliki untuk dibanggakan didepanmu. Setelah banyak hal yang engkau beri untuk memuaskan keinginan perempuan sepertiku.

Bodoh.

Aku menyesal.

Aku kecewa.
Kecewa pada engkau yang tidak mau disalahkan. Tapi kecewaku lebih besar pada seseorang yang selalu aku temui dicermin saat berkaca. Aku membencinya dengan amat. Aku begitu ingin membunuhnya, agar tidak kutemui lagi perempuan menjijikkan itu.

Atau biar saja aku menjual diri. Mengobral diri dengan harga terendah. Toh, itu lebih menguntungkan daripada tidak mendapat nilai sepeserpun.

Tapi nyatanya aku tidak berani.
Aku takut manusia lain akan menganggapku rendah.
Meskipun sejujurnya aku sudah tidak punya harga diri lagi

Tuan,
Aku tidak pantas menyesal, bukan ?
Bahkan seharusnya aku tidak punya hak untuk menangisi semua yang telah dipilih, bukan ?

Tapi tuan,
Bagaimanapun, aku masih perempuan.
Maafkan aku.

Tuan & perempuannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang