awal jumpa

19 1 0
                                    

Keluar dari warung Bu Siti, Chandra menyuarakan sumpah serapah dan ditambahi dengan omongan kasar khasnya. Sebab,niat awalnya dia hanya membeli sebungkus rokok untuknya,namun saat membayar dengan uang seratus ribu rupiah Bu Siti memberinya uang kembali dengan jumlah yang tak seharusnya dia dapatkan, “loh bu, nggak salah ta ini uang kembaliannya? Kok segini? Naik tah harga rokoknya?” tanya Chandra saat menerima uang kembalian dari Bu Siti.

“Ndak kok mas,kemarin waktu Mas Jihan nongkrong sama temen-temannya mas, eh mereka kesini ngambil rokok,juga beberapa snack katanya nanti Mas Chandra yang bayarin,” jelas Bu Siti kepada Chandra.


Masih dengan emosi yang meluap Chandra melajukan langkahnya kembali ke rumah, tak lupa juga umpatan yang selalu dia ucapkan selama perjalanan, “JIHAN JANCOK!” makinya, saking kesal dengan kelakuan temannya yang satu itu,bukan perkara apa Chandra tidak mau membayari teman-temannya seperti ini, tapi Jihan sudah terlalu sering begini, tanpa sepengetahuannya mengambil jajanan atau apapun di warung Bu Siti sesukanya, lalu dengan gampangnya berkata kalau Chandra yang akan membayar semuanya. Kalau tiba-tiba Chandra jatuh miskin gimana?

Masih dengan makian yang terucap dari bibirnya, Chandra masih berjalan menuju rumahnya, hingga di depan Pos kamling tempat dimana mereka sering berkumpul hanya untuk nongkrong hahahihi bersama, ada seorang gadis yang tiba-tiba menghentikan langkah kaki Chandra,menyapanya dengan sebuah pertanyaan. “Permisi Mas,mau nanya bentar,” merasa jikalau itu sapaan untuk dirinya, Chandra berhenti, menatap gadis itu dari bawah ke atas,“ah, iya. Nanya apa?” jawabnya singkat, khas seorang Chandra Saputra.
“Em, mas tau rumahnya Felix ndak?” tanya gadis itu.
“Felix? Yang mukanya ke bule-bulean itu?” tanya Chandra.
“Iya mas,Felix yang itu,masnya tahu rumahnya?” tanyanya sekali lagi, “saya sepupunya Felix mas” katanya menjelaskan agar tak ada salah paham atau pertanyaan lebih.

Chandra ber-oh ria menanggapi perkataan gadis itu, padahal kan bukan urusannya mau dia sepupunya Felix atau bukan, paling nantinya bisa jadi bahan untuk meledeki Felix saja. Namun ketika akan menunjukkan letak rumah Felix tiba-tiba dia teringat akan perkataan Felix tadi di grup chat mereka “Lah tadi sih Felix pamitnya mau pergi ke Bojonegoro, keluarganya ada yang meninggal” jelasnya.

Raut wajah kecewa gadis itu berikan untuk Chandra, menanggapi perkataan Chandra baru saja, “HP saya lowbat mas, makanya saya disini kebingungan nyari rumah Pakde saya itu, pasti mereka mengabari saya tadi, tapi karena HP saya mati, saya tidak tahu menahu lagi soal ini,”

Chandra memandangi gadis itu dari bawah ke atas “Emangnya mbaknya ini dari mana?” tanya Chandra.

“Saya dari Jogja mas, kuliah disana. Asli saya Jakarta,keluarga yang dekat di Jawa ya Pakde Ali ini, makanya liburan ini saya main kesini mas” jelas gadis ini dengan wajah kecewa.

“Terus kalau gak ada Felix gini mau apa? Balik Jogja lagi?” tanya Chandra, begitu mendapati raut kecewa gadis ini. “Sudah jam segini mbak, nginap dirumah saya aja, nanti sekalian ngabarin Felixnya kalau mbak sudah ada di Surabaya,” wajah gadis itu langsung merekah, saat mendapati tawaran dari Chandra,"Alhamdulillah, ketemu orang baik" katanya pelan,pasalnya dia sudah sangat lelah, selepas turun dari Stasiun tadi, dia harus kesana sini untuk mencari Bis tujuan komplex Felix, belum lagi komplex ini aksesnya tidak langsung dijangkau dari pemberhentian bus, jadi dia selesai turun dari bis, dia harus menunggangi angkot, untuk sampai di komplek ini.

“Chandra, kalau mbaknya?” dengan tiba-tiba Chandra mengulurkan tangan, mengajak gadis ini untuk saling bertukar nama, agar lebih akrab satu sama lain maksudnya.
“Ah iya, panggil saja saya Cahya”, balas gadis ini, menerima jabat tangan Chandra.

Chandra & CahyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang