Berdua

5 1 0
                                    

Niat awalnya memang Chandra ingin mengajak Cahya nonton, namun sekarang mereka malah berakhir si sebuah warteg, awal mulanya, tadi baru saja Chandra mengajaki Cahya menonton, baru juga berdiri dari kursinya, namun perut Cahya berbunyi, memberi kode bahwa minta diisi dengan makanan. Yang mana hal itu membuat Chaandra menahan senyum, melihat Cahya yang salah tingkah karena malu ketahuan lagi lapar. "Hehehe belum sarapan dari pagi mas." Katanya, memberi tahu alasannya untuk Chandra. Padahal Chandra juga tidak ingin tahu.
Nasi pecel, bersama dengan telur dadar yang disajikan dihadapan Cahya, sudah dilahap dengan semangat olehnya. "Mmm. Mas Chandra gak makan juga? Jadi malu makan sendirian." Katanya, yang menggigiti peyek, yang mana nasinya sudah habis dia makan, "Nggak, kenyang." Jawab Chandra seadanya, memang dia belum ada hasrat untuk makan, makanya dia hanya memesan segelas kopi hitam, untuk menemani Cahya makan, ah jangan lupakan batangan malboro yang terselip di sela-sela jarinya.

"Ayo!" Chandra berdiri, mengajaki Cahya yang masih duduk, mengelapi bibirnya dengan tissue. "Balik mall mas?" tanyanya.
"Nggak, udah males"
"Loh Felixnya gimana?" masalahnya, sebelum meninggalkan mereka berdua, Felix sempat berpesan agar mereka bertemu kembali di parkiran mobil, tapi juga memberi pesan, bahwasanya kalau emang kelewat lama ditinggal juga gak apa-apa. Tapikan, ini belum ada satu jam Felix ninggalin mereka.
"Dia bukan anak kecil. Pulang sendiri juga bisa." Jawab Chandra seadanya, "Ayo!" ajaknya sekali lagi, yang membuat Cahya langsung berdiri, meraih tasnya. "Bentar mas, bayar dulu," saat Cahya hendak berjalan menuju ibu-ibu penjualnya, dengan segera Chandra menarik pelan tangan Cahya, "Udah tak bayarin." Cahya bengong, lalu tersipu malu, "Hehehe, nanti aku ganti ya mas." Katanya, dengan sok anggunnya. Padahal dalam hati berkata "alhamdulillh! Uang jajanku utuh"

Niat awal, hang out bersama di mall, lalu belok menjadi niatan nonton, dan belon lagi ke warteg, dan sekarang Chandea dan Cahya justru berada di sebuah pasar sore, yang mana setiap weekend gini, menjadi pasar kuliner. Semua jajanan ada,dari dalam kota, luar kota, sampai luar negeri pun mungkin di jual disini.
"Baru tau di Surabaya ada pasar ginian, wah!" Cahya takjub, dia yang memang doyan makan, sangat antusias dengan ini. Ya bagaimana tidak, bagi Cahya ini sih surga dunia namanya.
"Masih kuat makan?" Tanya Chandra. Sekarang mereka berada di depan gerobak makanan khas Banyuwangi, "ha? Gimana mas?" Cahya balik menanyai Chandra, membuat yang ditanyai justru mendengus, "mau nyoba juga?" tanya Chandra lagi,menunjuk gerobak di depannya yang bertuliskan SEDIA RUJAK SOTO KHAS BANYUWANGI

"Rujak sama soto gimana ya mas? Emang enak ya?" Cahya menanyai Chandra yang sudah sibuk dengan ponselnya, menunggu pesanan mereka datang. Iya, Cahya dari tadi hah heh hah heh saja saat ditanyai, Chandra yang gemas dengan Cahya, alhasil menarik gadis itu masuk ke tenda warung, dan berakhirlah mereka di dalam menunggu pesanan yang sudah dibuatkan.
Cahya bosan menunggu, Chandra sibuk dengan ponselnya. "Mas" panggilnya, membuat Chandra langsung menoleh, "anu.." belum selesai Cahya berkata, pesanan mereka sudah datang, "makan dulu" kata Chandra yang terdengar seperti memerintah.
"Wahh gini yah bentukannya rujak soto" Cahya antusias, melihat makanan yang katanya unik itu, ya Cahya sudah mikir aneh2 rujak dicampur dengan soto itu bagaimana rupanya. Rujak yang dibayangan Cahya adalah, buah yang di coleki dengan saos yang berbumbukan gula merah, cabai dan antek-anteknya. Namun ternyata rujak disini, adalah lontong dengan sayuran dan juga beberapa potongan tempe dan juga tahu, yang dibumbui dengan bumbu kacang. Kalau kata Cahya sih ini gado-gado. Lalu disiram dengan kuah soto, jadilah dinamakan dengan rujak soto.
Cahya mencicipi sedikit, "wahh enak mas!!" wajahnya tampak bahagia, hanya dengan mencicipi sesendok kuah soto, yang sudah tercampur dengan bumbu kacang rujak.
"Ini sih recomended banget, besok-besok kalau liburan aku bakal ngajak temenku kesini mas"

"Mas, mas sering ya kesini?"

"Pantes tadi Mas Chandra nggak mau makan, mau makan disini toh"

"Untung ya perutku tampungannya besar, jadi masih kuat nampung makanan enak hehe." Setiap satu suapan, selalu ada kata yang diucapkan, Chandra yang mendengarnya hanya menggelengkan kepala, "makan dulu baru ngomong." Tegurnya, gemas dengan bicaranya Cahya. Yang diteguri hanya menyengir lebar.




Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, mobil Chandra baru saja berhenti di depan gerbang milik rumah Felix.
"Ditemenin turun?" tanyanya pada Cahya yang sudah membenarkan tali tas nya, bersiap untuk turun. "Nggak usah mas, mas Chandranya capek pasti,makasih ya mas." Balasnya.
"Gak apa, biar gak dimarahin Mamanya Felix, kemaleman"
"Nggak mas, udah kayak cowokku aja hehe" katanya, dan segera turun dari mobil Chandra.
Sebelum benar-benar masuk, Cahya menghampiri pintu mobil Chandra di sisi kemudi, menghampiri Chandra. "Mas makasi ya hehe" ucapnya sekali lagi.

....
Baru saja Cahya mengunci pintu, suara berat milik Felix mengagetkannya, "bagus banget Ya, baru pulang jam segini" katanya, dengan nada datar, dengan tatapan dingin yang di pancarkan untuk Cahya.
"Astaghfirullah!! Ngagetin kamu Lix,.. iya tadi diajakin kulineran sama Mas Chandra. Eh sampe lupa waktu gini lix hehe. Mana bude?" jawabnya, memberi alasan, "mama sama papa ke Bojonegoro lagi. Duduk dulu Ya, mau ngomong" kata Felix, terdengar seperti perintah, Cahya yang merasakan aura berbeda, langsung menuruti apa yang diperintahkan Felix. Hhh, sudah seperti perawan ketahuan pulang malam saja oleh Ayah, ya bener salah Cahya sih lupa waktu, tadi setelah memakan rujak soto, Chandra masih mengajaknya keliling pasar itu. Ya siapa yang tidak senang, Cahya suka makan, begitupula Cahndra, meski tidak sebanyak Cahya. Tapi tetap saja Chandra senang, ketika melihat banyak makanan, apalagi juga melihat Cahya makan dengan antusias, pipinya penuh saat mengunyah, gemas Chandra melihatnya.

"Kamu tau Ya, salahmu apa?" Cahya sudah duduk di ruang tamu rumah Felix, sengan Felix yang duduk dihadapannya, menyidang Cahya.
"Iya Lix maaf, lupa waktu" kata Cahya lirih, mengakui kesalahan yang sudah dibuatnya "hhh," Felix menarik nafas dalam, "Chandra memang temenku Ya,kamu saudaraku. Perempuan sama Laki-laki kalau sudah berdua bisa yang nggak-nggak Ya" Cahya melotot, "nggak-nggak ap.." belum selesai Cahya berbicara, Felix memotongnya, "mamamu nitipin kamu, ke keluargaku selama liburan disini. Aku khawatir! Kalau ada apa-apa siapa yang kena Ya? Mama sama Papa pastinya, gak bisa jagain kamu." Mendengar nada agak membentak Felix, Cahya menundukkan kepalanya, "maaf Lix" lirihnya sekali lagi.
"Lagian, keluar malem pulang bukannya beliin makanan, tangan kosong Ya, ya" Cahya yang semula menunduk, sontak mengangkat kepalanya, menatapi Felix sinis, "Yaudah, aku ngaku salah. Bentar ganti baju, aku buatin nasi goreng"




Sorakin dong, bisa nulis sebanyak ini he he hehehehhe.
Aku akan sangat bahagia kalau di Vote sama kalian loh ^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chandra & CahyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang