Bab 2

7.5K 726 133
                                    

Bonus nih.
Ayooo bantu ramein gaes. Makin rame makin bagus~ kita pasti sama sama puas, hiyahiya🥂
---

 Makin rame makin bagus~ kita pasti sama sama puas, hiyahiya🥂---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyung

"Sialan, uangmu kurang! Kau berhutang 15 ribu won padaku, Namjoon."

Aku segera mematikan sambungan telepon kemudian memasukkan telepon ke dalam saku jaket. Bajingan. Rasanya aku ingin melempar botol-botol soju ini ke Namjoon jika dia ada di sini.

Dia menyuruhku beli beberapa botol soju tapi yang dia berikan padaku hanya seribu won. Gila, ya? Atau aku yang gila karena malah mengiyakan semua ini? Harusnya aku bawa pulang air putih saja.

Aku menggeram lalu memasukkan botol-botol soju ke dalam keranjang belanjaan. Kepalaku menoleh ketika ada yang memanggil.

"Kak Taehyung!"

Tak jauh dari ujung rak minuman, seorang gadis melambaikan tangannya ke arahku. Itu Erin. Dia berjalan mendekat, tersenyum selagi ibu jarinya menunjuk ke belakang, ke arah pintu masuk supermarket.

"Kau dan Yoongi sudah selesai belanja?" tanyaku.

"Sudah." Erin mengangguk sambal tersenyum manis. "Kak Yoongi menunggu di luar."

"Katakan padanya aku tinggal bayar ini," balasku, mengangkat keranjang belanjaan. Erin kelihatan agak kaget, jadi aku menambahkan, "Permintaan Namjoon. Aku tidak ingin mabuk malam ini."

Kalau mau mabuk juga, aku tidak akan beli soju sebanyak ini sih.

Erin memandangiku sesaat dengan kepala yang memanggut, namun dia kembali bertanya, "Sama sekali tidak ingin?"

Awalnya aku ingin mengangguk, tapi sesuatu membuatku diam. Senyum Erin. Gadis itu melangkah semakin dekat hingga telapak tangannya kini berada pada dadaku. Ini mengejutkan, jujur saja. Tapi begitu melihat area sekitar rak yang kosong, aku merasa paham. Tidak ada orang, pantas saja Erin berani begini.

"Padahal aku harap kau mabuk malam ini, Kak," katanya, nada bicaranya berubah pelan, dan aku tahu dia menggodaku. Aku hanya diam, membiarkannya melakukan apa yang akan dia lakukan.

Yah, tadinya sih begitu. Tapi begitu aku merasa jemari Erin baru saja bergerak ke arah zipper celana jinsku, aku melihat seorang gadis yang berjalan ke arah kami. Dia kelihatan mau mengambil botol soju dan memasukkannya ke dalam keranjang, tapi dia diam, matanya terbelalak. Ketika aku mencoba menatapnya, mata kami bertemu.

Matanya biru. Dan membulat. Begitu juga mulutnya. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum mulutnya tertutup. Raut wajah terkejutnya justru berganti dengan ekspresi yang kelihatan lebih santai.

Dia memaklumi apa yang baru saja dia lihat, maksudnya?

Nampaknya bukan hanya aku yang sadar, tapi Erin juga. Seperti tertangkap basah, Erin langsung menarik diri dariku, cuping telinganya memerah. Yang ada justru Erin yang kelihatan lebih kikuk, sementara gadis itu masih memandangi kami datar.

MILE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang