1st Day

30 2 0
                                    

Aku berjalan dengan langkah ringan menuju ke kelas mengingat suasana masih sepi sekalipun bel akan berbunyi sebentar lagi. Biasa, semester akan berakhir dan libur sudah dekat jadi pasti mereka bermalas-malasan di rumah, hari pertama mungkin masih oke yang hadir, hari kedua, aku tidak yakin.

Seketika aku teringat ucapan mama waktu sarapan tadi,

"Kamu jangan menyerah ya."

Ya, aku berusaha bukan untuk mereka tapi demi diriku sendiri.

"Ngapain bengong depan pintu?"
Dia Ardo, ketua kelasku.

Aku sedikit terkejut dan langsung saja dengan langkah agak cepat aku memasuki kelasku yang memang sudah di depan mata. Kulangkahkan kaki ku mendekat ke meja paling belakang, pojok.

Sebagai info, aku duduk di tempat paling belakang dan pojok karena ini tempat favorit ku sejak masih SD selain itu aku malas bila harus di suruh-suruh sama guru kalau di depan, hapus papan tulis lah, panggil orang, bantu bawa buku ke ruang guru, dan sebagainya. Sisi positifnya posisiku bersebelahan dengan jendela jadi aku bisa melihat keluar, sisi negatifnya kalau ulangan guru cenderung memerhatikan ku karena posisi ku paling pojok dan tidak memiliki teman sebangku yang membuat mereka berasumsi bahwa aku menyontek.

"Huh,"

Kuhembuskan nafasku begitu duduk, rasanya ingin minggu ini segera berakhir dan bersantai di rumah. Ku raih ponselku dari kantong rok, menyumbat kedua telingaku dengan headset, mulai memutar lagu lalu meletakkan kedua tangan di atas meja, bersiap untuk tidur.

~~~

Sudah kuduga, tak banyak yang datang di minggu terakhir ini. Hanya separuh warga kelas yang terlihat. Aku terbangun ketika jam istirahat dan bisa kutebak tak ada guru yang masuk mengajar tadi.

Kemana ya?

Aku bingung tak tau ingin kemana sekarang, rasanya sudah muak di dalam kelas. Aku berdiri dan mulai melangkahkan kaki keluar kelas dengan posisi headset yang tidak berubah. Kaki ku bergerak dengan sendirinya menentukan kemana sebaiknya aku pergi dan ya, perpustakaan lah tempatnya. Selalu terjadi.

"Hei, sini, isi dulu absennya."

Dia penjaga perpustakaan, aku tidak tau siapa namanya, tapi dia biasa dipanggil 'pak' saja.

"Pak, ada novel baru nggak?"

"Ada, liat aja sana."

"Oke, makasih."

Dengan senang hati kulangkahkan kaki ke rak buku khusus novel atau cerita fiksi dan benar saja ada beberapa buku yang baru kulihat. Buku berjudul 'Sepatu Dahlan' menarik perhatianku. Kuambil buku itu, mencari kursi paling pojok di perpustakaan ini, duduk, melepas headset ku, merapihkannya dan mulai membaca.

Aku sungguh fokus membaca buku ini, halaman demi halaman kulewatkan dengan baik dan satu bab pun berlalu.

"Buku itu bagus."

Suara siapa?

Ketika aku menoleh, di depan ku sudah duduk seorang laki-laki yang memegang buku lain juga.

Kenapa nggak pake seragam sekolah? Siapa dia?

"Aku sudah pernah baca buku itu,"

Terus?

Aku memilih melanjutkan kembali membaca buku.

"Duduk di sini boleh kan?"

Sekali lagi aku menatap kembali orang di depan ku ini tanpa mengatakan apa-apa lalu kembali membaca buku.

"Kuanggap itu boleh."

Terserah.

Aku tidak menghiraukan keberadaannya di depan ku, yang terpenting aku membaca buku. Itu saja.

Just MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang