BAGIAN 6

539 24 0
                                    

"Hiyaaat..!"
"Yeaaah...!"
Secepat kilat Naga Merah melompat menerjang Rangga yang memang sejak tadi sudah siap menghadapi serangan perempuan tua itu. Dan ketika si Naga Merah mengebutkan tongkatnya ke arah kaki, cepat sekali Pendekar Rajawali Sakti melompat ke atas menghindarinya. Tapi tanpa diduga sama sekali, si Naga Merah justru cepat menarik serangan tongkatnya. Dan seketika itu juga tubuhnya melesat ke udara mengejar Pendekar Rajawali Sakti yang tengah melayang di atas. Bagaikan kilat, perempuan tua berjubah merah itu melepaskan satu pukulan keras menggeledek dengan tangan kiri.
"Yeaaah...!" "Uts! Hiyaaa...!" Memang tak ada lagi kesempatan bagi Rangga untuk berkelit menghindar. Maka cepat-cepat tangan kanannya dikibaskan, menyampok pukulan tangan kiri yang dilancarkan perempuan tua itu.
Trak!
Dua tangan beradu keras di udara. Tampak Rangga cepat melesat berputaran beberapa kali ke belakang. Begitu juga si Naga Merah. Tapi begitu mereka menjejak tanah, Naga Merah sudah kembali melompat memberi serangan yang semakin bertambah dahsyat saja. Sedangkan Rangga terpaksa harus berjumpalitan menghindari serangan-serangan yang dilancarkan perempuan tua itu.
Jurus demi jurus pun berlalu cepat tanpa terasa. Mereka saling bertahan dan menyerang secara bergantian. Rangga sendiri mengeluarkan rangkaian lima jurus 'Rajawali Sakti'. Bahkan tidak jarang mencampur dua jurus sekaligus. Tapi perempuan tua berjubah merah yang mengaku berjuluk Naga Merah ini memang memiliki tingkat kepandaian tinggi sekali.
Serangan-serangan yang dilancarkan Rangga bisa dipatahkan, meskipun harus berjumpalitan dan mengerahkan seluruh kemampuannya. Tapi serangan-serangan yang dilancarkan si Naga Merah juga membuat Pendekar Rajawali Sakti jadi kelabakan mematahkannya. Entah sudah berapa kali pukulan yang dilepaskan bersarang di tubuh satu sama lain. Tapi pertarungan itu masih terus berlangsung semakin sengit. Gerakan-gerakan yang dilakukan pun semakin cepat. Sehingga kini yang terlihat hanya bayangan-bayangan merah dan putih berkelebatan saling sambar.
Sementara dua puluh orang anak buah si Naga Merah hanya bisa jadi penonton saja. Tidak mungkin mereka ikut dalam pertarungan tingkat tinggi itu. Hingga akhirnya, mereka sama-sama berlompatan ke belakang, dan menghentikan pertarungan yang sudah menghabiskan puluhan jurus. Mereka berdiri tegak saling berhadapan, dengan sorot mata tajam yang sukar diartikan. Tapi di dalam hati, mereka sama-sama mengakui ketangguhan satu sama lain.
Beberapa saat mereka saling menatap tajam, bagai sedang mengukur sisa kepandaian yang dimiliki masing-masing, setelah bertarung puluhan jurus.
"Kuakui kau memang tangguh, Pendekar Rajawali Sakti. Tidak heran jika Nyi Rongkot bisa kau kalahkan," puji Naga Merah, tulus. Namun nada suaranya terdengar begitu dalam sekali.
"Tingkat kepandaianmu juga lebih tinggi dari saudara kembarmu. Meskipun beberapa jurus masih sama persis. Tapi kau lebih matang dan sempurna menggunakannya," Rangga balas memuji.
"Hm.... Baru kali ini aku mendapatkan lawan yang masih muda dan berkepandaian tinggi."
"Hm...."
"Tapi aku tidak menyerah begitu saja, Pendekar Rajawali Sakti. Aku ingin tahu, sampai di mana tingkat dari ilmu kesaktian yang kau miliki," kata Naga Merah lagi. Kali ini suaranya terdengar begitu dingin.
"Kau menginginkan adu kesaktian, Naga Merah?" gumam Rangga.
"Kita tentukan sekarang. Siapa yang lebih unggul di antara kita berdua, Pendekar Rajawali Sakti."
Kening Rangga jadi berkerut, dan langsung ingat saat pertarungannya melawan saudara kembar si Naga Merah ini dalam Hutan Gading. Waktu itu, Pendekar Rajawali Sakti sempat juga dikalahkan Nyi Rongkot. Bahkan hampir mati kalau saja tidak segera ditolong Rajawali Putih. Seekor burung rajawali raksasa yang telah membuatnya jadi seorang pendekar tangguh.
Dan sekarang, di depannya berdiri seorang perempuan tua yang wajah dan bentuk tubuhnya begitu mirip dengan Nyi Rongkot si Ular Betina. Dalam pertarungan tadi, Rangga sudah bisa menilai kalau kepandaian yang dimiliki si Naga Merah jauh lebih tinggi dan sempurna daripada saudara kembarnya. Dan bukannya Pendekar Rajawali Sakti gentar, tapi harus lebih waspada. Rangga tidak ingin kecolongan untuk kedua kalinya yang mengakibatkan dirinya hampir tewas.
"Kau pasti sudah tahu ilmu 'Naga Merah', Pendekar Rajawali Sakti," kata Naga Merah, dingin.
"Hm...," Rangga hanya menggumam saja. Rangga sudah tidak terkejut lagi mendengar ilmu 'Naga Merah' yang disebut perempuan tua berjubah merah ini. Karena, memang sudah pernah menghadapinya ketika ilmu itu dikeluarkan Nyi Rongkot. Dalam pertarungannya yang pertama, Pendekar Rajawali Sakti memang dapat dikalahkan. Bahkan hampir mati kallau tidak segera ditolong burung rajawali raksasa. Tapi setelah mendapatkan jurus 'Pedang Pemecah Sukma' dan aji 'Cakra Buana Sukma', ilmu itu dapat ditaklukkannya.
"Tapi jangan harap kau bisa melihat ilmu itu lagi, Pendekar Rajawali Sakti. Karena, aku sudah lebih sempurna lagi daripada Nyi Rongkot. Dan kau akan merasakan ilmu 'Naga Merah' yang lebih sempurna dari yang kau rasakan saat bertarung dengan saudara kembarku," ancam Naga Merah, semakin dingin nada suaranya.
Rangga hanya diam saja. Dia tahu, ilmu 'Naga Merah' yang dimiliki perempuan tua ini pasti lebih sempurna. Memang, perempuan tua inilah yang sebenarnya pemilik ilmu yang sangat dahsyat itu. Dan tentu saja akan lebih dahsyat. Mengingat akan hal itu, Rangga tidak mau lagi menganggap main-main. Dia harus lebih berhati-hati menghadapinya, dan tidak boleh menganggap enteng sedikit pun.
"Bersiaplah, Pendekar Rajawali Sakti. Gunakan ilmu yang paling kau andalkan," kata Naga merah memperingatkan. Suaranya teramat dingin menggetarkan.
"Hadapi ilmu 'Naga Merah'ku ini, Pendekar Rajawali Sakti...."
Setelah berkata demikian, perempuan tua berjubah merah yang berjuluk si Naga Merah itu segera melompat ke belakang. Pada saat yang bersamaan, tongkatnya yang berbentuk ular dilemparkan ke depan. Dan begitu tongkat ular berwarna merah itu menyentuh tanah, seketika itu juga mengepul asap tebal berwarna merah yang langsung membumbung tinggi ke angkasa.
Rangga jadi terbeliak begitu tiba-tiba tongkat itu berubah menjadi seekor naga yang sangat besar ukurannya. Warnanya merah menyala, dan berkilatan. Rangga cepat-cepat melentingkan tubuh ke belakang, dan melakukan beberapa kali putaran di udara sebelum menjejak tanah dengan manis sekali. Memang dahsyat sekali ilmu 'Naga Merah' yang dikeluarkan perempuan tua itu. Lebih dahsyat dari yang pernah dialami Rangga ketika bertarung melawan Nyi Rongkot yang juga memiliki ilmu 'Naga Merah'.
"Hup...!" Tiba-tiba si Naga Merah melompat ke udara, lalu manis sekali hinggap dan duduk di atas kepala Ular Naga Merah jelmaan tongkatnya.
"Bunuh bocah setan itu, Naga Merah!" perintah perempuan tua berjubah merah itu seraya menuding kepada Pendekar Rajawali Sakti.
Ular Naga Merah itu menggerung dahsyat. Begitu keras suaranya, sehingga bumi jadi bergetar bagai diguncang gempa. Sedangkan Rangga melangkah mundur beberapa tindak. Perlahan tangan kanannya terangkat, lalu menggenggam gagang pedangnya yang tersampir di punggung.
"Tidak ada jalan lain, Pedang Rajawali Sakti harus kugunakan," desis Rangga perlahan.
Sret!
Seketika cahaya biru berkilau menyemburat terang menyilaukan mata, begitu Pedang Rajawali Sakti tercabut dari warangkanya. Rangga menggenggam pedang itu erat-erat, dan menyilangkan di depan dada. Pendekar Rajawali Sakti agak terkejut juga melihat si Naga Merah yang tidak terkejut sedikit pun melihat pamor pedangnya. Bahkan perempuan tua itu malah tertawa terbahak-bahak, diikuti dua puluh orang anak buahnya yang berada agak jauh dari tempat itu.
Hal ini membuat Rangga jadi agak kebingungan juga. Belum pernah dia menghadapi lawan yang menertawakannya selagi Pedang Rajawali Sakti tercabut. Biasanya lawan yang dihadapi langsung terkesiap begitu melihat pamor pedang yang begitu dahsyat dan memancarkan sinar biru terang menyilaukan mata. Tapi kali ini lawannya justru menertawakan, seperti tidak menanggapi kehebatan pamor pedang itu.
"Kalian akan menyesal menertawakan Pedang Rajawali Sakti," desis Rangga sedikit berang.
"Tunjukkan kehebatan pedang rongsokanmu itu, Pendekar Rajawali Sakti!" tantang si Naga Merah ketus.
Bet!
Rangga langsung mengebutkan pedangnya beberapa kali di depan dada, lalu menarik kakinya ke samping hingga terpentang lebar. Tangan kirinya agak menyilang di bawah gagang pedang yang tergenggam tegak lurus ke atas. Pendekar Rajawali Sakti tidak ingin tanggung-tanggung lagi. Langsung dikerahkannya salah satu jurus andalannya, yakni 'Pedang Pemecah Sukma' yang sangat dahsyat.
Jurus ini jarang sekali digunakan jika tidak dalam keadaan terpaksa. Tapi kali ini disadarinya kalau lawan bukanlah orang sem-barangan. Terlebih lagi si Naga Merah sudah mengeluarkan ilmunya yang begitu dahsyat Ilmu 'Naga Merah' yang bisa merubah sebatang tongkat menjadi seekor ular naga raksasa berwarna merah menyala.
"Serang dia, Naga Merah...!" perintah perempuan tua berjubah merah itu lantang menggelegar. Sambil menggerung keras, Ular Naga Merah itu menyambar Rangga dengan juluran kepalanya yang begitu cepat. Pada saat yang bersamaan, si Naga Merah melentingkan tubuhnya ke udara. Mendapat serangan yang begitu cepat Rangga segera melesat ke atas. Sehingga, serangan ular naga raksasa itu tidak sampai mengenai sasaran.
Tapi begitu Rangga berada di udara, si Naga Merah langsung memberi satu pukulan keras bertenaga dalam sangat tinggi. Sesaat Rangga terkesiap, lalu cepat-cepat meliukkan tubuhnya menghindari pukulan yang dilepaskan perempuan tua berjubah merah itu. Pada saat yang bersamaan, Rangga mengebutkan pedangnya ke depan.
Wutt!
Tapi tanpa diduga sama sekali, si Naga Merah cepat memutar tubuhnya, sehingga tebasan pedang Rangga hanya mengenai angin kosong belaka. Pendekar Rajawali Sakti cepat-cepat memutar tubuhnya beberapa kali, dan manis sekali menjejakkan kakinya di tanah. Dan belum juga Pendekar Rajawali Sakti bisa mengatur posisi tubuhnya, ular naga raksasa jelmaan tongkat si Naga Merah sudah kembali menyerang cepat dan dahsyat.
Terpaksa Rangga kembali melompat ke udara menghindari serangan ular naga raksasa berwarna merah itu. Dan pada saat Rangga berada diudara, si Naga Merah kembali menyerang cepat. Hal ini membuat Rangga harus berjumpalitan menghindarinya.
"Keparat..!" dengus Rangga geram begitu kembali mendarat di tanah. Pertarungan seperti ini memang bisa menguras banyak tenaga. Dan hal itu cepat disadari Pendekar Rajawali Sakti. Terlebih lagi, jurus 'Pedang Pemecah Sukma' yang digunakan tidak bisa berkembang lebih banyak lagi. Dia terus diserang dari bawah dan atas dalam waktu yang begitu cepat dan hampir bersamaan.
Dan ketika kembali menjejak tanah, ular naga raksasa itu kembali menyerangnya. Tapi kali ini Rangga tidak menghindar. Ditunggunya serangan kepala ular naga raksasa itu mendekat kepadanya. Dan begitu jaraknya berada dalam jangkauan, cepat sekali Pendekar Rajawali Sakti mengebutkan pedangnya, disertai pengerahan tenaga dalam sempurna sekali.
"Yeaaah...!"
Bet! Crab!
"Aaargkh...!" Ular naga raksasa berwarna merah itu meraung keras begitu pedang Rangga membabat tepat di bawah kepalanya.
Pada saat yang bersamaan, Pendekar Rajawali Sakti melentingkan tubuh dan berputaran ke belakang beberapa kali. Lalu, manis sekali dia mendarat sekitar tiga batang tombak jauhnya dari lawan-lawan dahsyatnya ini.
Sementara ular naga raksasa itu menggelepar sambil meraung-raung keras. Beberapa batang pohon yang terlanda tubuhnya seketika itu juga hancur berkeping-keping. Bahkan batu-batuan sebesar kerbau yang banyak terdapat di sekitar tepian Hutan Gading, juga hancur terlanda tubuh ular raksasa itu.
"Yeaaah...!"
Tiba-tiba saja si Naga Merah menghentakkan tangan kanannya ke arah ular naga merah itu. Dari telapak tangannya langsung memancar sinar merah, dan segera menghantam tubuh ular naga raksasa itu. Tiba-tiba saja, ular raksasa itu lenyap. Dan kini, berubah kembali menjadi sebatang tongkat merah berbentuk ular. Tongkat itu melesat cepat ke arah si Naga Merah. Manis sekali perempuan tua berjubah merah itu menangkap tongkatnya.
"Keparat...!" desis si Naga merah sambil menatap Rangga dengan sinar mata yang begitu tajam.
Sementara Pendekar Rajawali Sakti hanya berdiri tegak dengan pedang menyilang di depan dada. Sorot matanya juga tidak kalah tajam. Mereka berdiri saling berhadapan, berjarak sekitar dua batang tombak.
Sementara agak jauh di belakang perempuan tua itu, berdiri berjajar dua puluh orang berbaju merah yang semuanya menghunus golok.
"Aku belum kalah, Pendekar Rajawali Sakti. Satu saat nanti, kau akan menyesal...," desis si Naga Merah dingin menggeletar.
"Hm...," Rangga hanya menggumam perlahan.
Sambil mendengus keras, si Naga Merah tiba-tiba saja melesat cepat. Tubuhnya langsung lenyap tertelan lebatnya pepohonan Hutan Gading. Begitu tingginya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki perempuan tua itu, sehingga dalam sekali lesatan saja, bayangan tubuhnya sudah lenyap tak terlihat lagi. Pada saat yang bersamaan, dua puluh orang pengikutnya juga segera berlompatan masuk ke dalam hutan.
Trek!
Rangga memasukkan kembali Pedang Rajawali Sakti ke dalam warangka di punggung. Sebenarnya bila Rangga mengeluarkan aji 'Cakra Buana Sukma, ular naga itu pasti hancur. Bahkan pemiliknya pun akan tewas. Tapi Pendekar Rajawali Sakti masih menganggap belum perlu, karena lawan juga belum mengeluarkan seluruh kesaktiannya. Dan Pendekar Rajawali Sakti tak mau dianggap jumawa dengan ilmunya yang dahsyat.
Kini ditatapnya kuda hitam bernama Dewa Bayu yang meringkik keras sambil mengangkat kedua kaki depannya tinggi-tinggi ke udara. Rangga tersenyum melihat kudanya menyambut gembira kemenangannya kali ini. Kuda hitam itu menghampiri, dan menyorongkan kepala ke arah pemuda berbaju rompi putih itu. Rangga menepuk-nepuk leher kuda itu penuh kasih sayang, lalu melompat naik ke punggung kuda hitam itu. Sekali hentak saja, kuda hitam itu sudah melesat cepat menuju Desa Jatiwangi.
"Hiya! Hiya! Hiyaaa...!"
Rangga terus menggebah kudanya dengan kecepatan penuh. Sehingga, kuda hitam itu berlari cepat bagaikan angin saja. Keempat kakinya bergerak begitu cepat, seakan-akan tidak menapak tanah. Debu mengepul membumbung tinggi ke angkasa di belakang kuda hitam itu. Rangga terus menggebah cepat kudanya. Dan dia memang ingin segera sampai di rumah Ki Rangkuti, Kepala Desa Jatiwangi.
Rangga langsung melompat turun dari punggung kudanya, begitu tiba di depan rumah Ki Rangkuti. Bergegas kakinya melangkah memasuki beranda depan rumah yang disangga dua buah pilar berukuran besar. Tapi belum juga tiba di depan pintu, dari dalam sudah keluar Ki Rangkuti yang diikuti Pandan Wangi, Sekar Telasih, dan Walikan.
"Bagaimana, Rangga...?" Ki Rangkuti langsung menyambut dengan pertanyaan.
"Dia bukan Nyi Rongkot," sahut Rangga.
"Oh! Lalu, siapa dia...?" tanya Ki Rangkuti terkejut, tidak menyangka akan mendengar jawaban seperti itu dari Pendekar Rajawali Sakti.
"Saudara kembarnya," sahut Rangga.
"Saudara kembarnya...?!" lagi-lagi Ki Rangkuti terkejut. Begitu terkejutnya, sampai mulutnya ternganga dan matanya terbuka lebar merayapi wajah Rangga yang bersimbah keringat.
Sedangkan Pandan Wangi, Sekar Telasih, dan Walikan hanya diam saja memperhatikan orang tua itu yang sedang terlongong kaget mendengar jawaban-jawaban Rangga tadi. Jawaban yang begitu tegas dan singkat, tapi sangat mengejutkan semua yang mendengarnya.
"Aku tadi sudah bertanya padamu, Ki. Apakah Nyi Rongkot punya murid atau mungkin saudara kembar," kata Rangga memecah kebisuan yang terjadi beberapa saat.
"Aku tidak tahu kalau dia punya saudara kembar," sahut Ki Rangkuti, agak perlahan suaranya.
"Tapi kenyataannya, dia sangat mirip Nyi Rongkot. Bahkan kepandaiannya jauh lebih tinggi dari si Ular Betina itu," jelas Rangga, agak dalam nada suaranya.
"Oh...?!" lagi-lagi Ki Rangkuti tersentak kaget.
"Kau bertemu dengannya, Rangga...?"
"Sempat bertarung," sahut Rangga.
Bukan hanya Ki Rangkuti yang terkejut mendengar jawaban Pendekar Rajawali Sakti kali ini. Bahkan semua orang yang ada di beranda depan ini jadi terlongong. Mereka memandangi Rangga seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar. Tapi melihat sorot mata dan raut wajah Pendekar Rajawali Sakti, mereka tahu kalau penjelasan itu tidak main-main. Maka, persoalan yang kini dihadapi juga bukan persoalan biasa. Suatu persoalan yang tidak mudah diselesaikan.
"Dia datang ke sini untuk membalas kematian saudara kembarnya. Dan seluruh penduduk desa ini dianggapnya harus bertanggung jawab. Tapi yang lebih utama lagi, dia akan membalas kematian Nyi Rongkot padamu, Ki. Juga padaku...," jelas Rangga lagi, memecah kebisuan yang terjadi beberapa saat lamanya tadi.
"Ya! Dia juga mengatakan begitu padaku," desah Ki Rangkuti perlahan.
"Jadi, kau sudah bertemu dengannya, Ki?" tanya Pandan Wangi yang sejak tadi diam saja
"Dia datang, dan hanya memberi peringatan saja padaku," sahut Ki Rangkuti, pelan.
"Dia akan memaksaku menyaksikan kehancuran desa ini, sebelum menyelesaikan urusannya denganku. Lalu, dia akan mencari Pendekar Rajawali Sakti yang telah mengalahkan Nyi Rongkot"
"Kalau begitu jelas sudah. Dia memang bukan Nyi Rongkot," desis Sekar Telasih seperti bicara pada diri sendiri.
"Tapi, kenapa aku tidak dibunuhnya...?"
"Karena kau adalah kemenakannya, Sekar," kata Ki Rangkuti.
"Aku tidak pernah punya bibi berhati iblis seperti dia!" dengus Sekar Telasih tidak sudi mengakui.
"Dia tetap tidak akan menyakitimu, Sekar. Tujuannya datang ke sini hanya untuk menuntut balas atas kematian saudara kembarnya. Dan kau tidak termasuk dalam perhitungan orang-orang yang harus disingkirkan," selak Rangga.
"Itu tidak adil! Semua pangkal persoalan ini berawal dari diriku. Lalu kenapa justru dia tidak mau berurusan denganku...?" sentak Sekar Telasih jadi berang.
"Huh! Aku tidak akan tinggal diam. Akan kubunuh perempuan iblis itu,..!"
"Kau tidak akan mampu melakukannya, Sekar. Bahkan kalau mau, mungkin sekarang ini kau tidak sempat lagi menghirup udara," kata Rangga tanpa bermaksud mengecilkan arti gadis ini.
"Aku tahu..., aku memang tidak setangguh kalian semua. Tapi kalian harus ingat, awal dari malapetaka ini bersumber dari diriku. Jika saja tidak ada orang gila yang mengakuiku sebagai anaknya, mungkin hal ini tidak akan pernah terjadi," kata Sekar Telasih masih dengan nada tinggi.
Semua jadi terdiam.
"Kita akan menghadapinya bersama-sama," tegas Sekar Telasih.

***

64. Pendekar Rajawali Sakti : Dendam Naga MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang