Happy reading and enjoy the story.
Love you guys as always.
Harris berjalan mendekati Mirella yang tengah duduk dikursi roda. Hari ini Mirella memang meminta Ryan untuk mengantarnya kesebuah taman. Meskipun yang Harris dengar dari Ryan kalau tujuan Mirella pergi ketaman adalah untuk mencari udara segar, namun yang kini Harris lihat, Mirella tidak benar benar menikmati udara segar dan pemandangan yang menyejukkan mata. Sebaliknya yang ia lihat hanya ekspresi wajah murung dengan beban hidup teramat berat.
"Mirella..." Panggil Harris menyadarkan Mirella dari lamunan dan menoleh sekilas namun tidak menjawab sapaan yang membuat Mirella enggan bahkan sekedar untuk menatapnya lebih lama. Katakan ia malu untuk bertegur sapa dengan semua orang kecuali Ryan. Dan sejak kemarinpun Mirella berusaha keras untuk menghindari Harris, dosen sekaligus dokter yang pernah menanganinya saat mengalami kecelakaan beberapa bulan yang lalu.
"Aku sudah mendengar semua tentangmu dari Ryan dan aku turut prihatin atas apa yang menimpamu." Lanjut Harris mengabaikan ekspresi Mirella yang memalingkan wajahnya kearah lain.
"Terakhir kali kita bertemu kau pernah berjanji untuk mengunjungi dan bertemu dengan anakku. Tapi sampai sekarang kau lebih memilih berdiam diri dibanding menepati janji dan membalas sapaanku padamu."
"Kau tahu? Aku masih menunggu janjimu untuk ditepati." Harris tidak menyerah dan berusaha membuat Mirella berbicara dengannya.
"Maafkan aku," ucap Mirella dengan suara pelan.
"Aku lebih mengharapkan pertemuanmu dengan anakku dibanding mengharapkan permintaan maaf darimu." Balas Harris mulai lega karena akhirnya Mirella sudah mau membuka suara.
"Tapi kenapa? Kau membahas puterimu sejak pertemuan kita kemarin." Tanya Mirella yang memang tidak mengerti dengan maksud dan tujuan Harris yang seolah memaksa dirinya untuk bertemu anak dari Harris.
"Dia seorang desainer dan seingatku kau juga pandai merancang pakaian."
"Lalu?"
"Kau mau membantu anakku? Dia mengalami kesulitan mengembangkan butiknya yang kurang bervariasi."
"Tapi darimana kau tahu kalau aku suka merancang pakaian?"
"Bukankah dulu kau pernah mengikuti kontes busana saat masih kuliah?" Mirella terlihat berpikir dan mengangguk kemudian setelah mengingat kembali masa masa yang membuatnya bersemangat menggeluti dunia fashion pada saat itu. Ayolah... Mirella terlalu disibukkan dengan berbagai masalah pelik yang menimpanya sampai untuk mengingat masa lalunya yang menyenangkan saja ia harus berpikir keras.
"Ya, benar. Dan aku kalah." Jawab Mirella tersenyum miris saat mengingat bagian akhir dari usahanya yang sia sia.
"Kau tidak mau mencobanya lagi? Kau akan selalu menang saat disandingkan dengan puteriku. Dia tidak terlalu pandai dalam hal merancang pakaian,"ucap Harris memberikan penawaran.
"Baru kali ini aku mendengar seorang ayah berpendapat jelek tentang anaknya."
"Karena dia tidak mau mengikuti kemauanku untuk menjadi dokter dan lebih memilih menjadi desainer. Profesi yang tidak memberikan kepastian untuk masa depannya." Jelas Harris tanpa sadar membuat Mirella tertarik dalam perbincangannya.
"Kau tidak bisa memaksakan kehendak pada puterimu. Biarkan dia memilih jalan hidup sesuai dengan keinginannya."
"Kau benar. Seperti dirimu saat ini, kau tidak bisa memaksakan semua hal menjadi baik untukmu. Dan meratapi nasib yang tidak akan pernah berubah selama kau berdiam diri." Telak Harris membuat Mirella tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomantikSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...