Bab 1

63 6 6
                                    

Selama hari-hari indah yang indah itu, aku kesakitan. Aku membenci diriku karena tak mampu mencintai.

Ibuku, ayahku, mereka hanya menatapku. Hatiku sesungguhnya tak begitu, namun aku terus menjauh.

Bagaimana ini?

–To My Youth,Bolbbalgan4.

______________________________________

Helaan nafas terdengar begitu jelas lalu dilanjut dengan suara isakan yang semakin lama semakin terdengar, ia menuntup mata untuk tidak terpengaruh oleh suara tangisan seorang wanita, ia lelah sangat lelah menghadapi semua ini. Rasanya sangat bosan terus menerus menjalani kehidupan yang sejak awal tidak diterima dengan baik olehnya.

"Cepat tanda tangani surat itu, dan berikan pada pengacaramu." Rion pergi menjauh tidak ingin mendengar suara tangisan yang semakin kencang.

Ia pergi dari rumah yang sudah menampungnya selama tiga tahun ini bersama wanita yang telah ia nikahi karena sebuah perjodohan. Ia sempat melihat kamar putri mereka yang masih berumur dua tahun.

"Ayah yakin, kamu akan dirawat dengan baik oleh bunda," gumamnya lalu pergi menjauh dengan mobil yang perlahan menghilang dari gerbang yang kembali menutup.

Arion Reynand Adrian seorang dokter spesialis penyakit dalam bagian jantung dan pembuluh darah. Berusia 30 tahun dan telah menjadi ayah dari satu anak dan suami dari wanita bernama Adeeva Adela Melviano. Istri yang selalu menurut kepadanya, yang selalu tidak bisa berbuat apapun untuk tidak membuat Rion marah kepadanya, dan justru karena itu, Rion tidak menyukai Dela yang selalu menurutinya, ia ingin sang istri jika tidak menyukai hal yang ia perintahkan seharusnya ia menolak bukan menerima dengan suka rela, ia ingin Dela menjadi dirinya sendiri bukan menuruti apapun perintahnya yang sangat buruk itu.

Mungkin inikah hal terbaik untuk mereka berdua, melepaskan hal yang sangat berharga walaupun kau tidak menginginkannya selama ini.

Ya. Mungkin ini memang jalan yang terbaik.

***

Rion pergi menempati apartemen yang pernah ditinggalinya semasa muda. Menatap foto yang seharusnya menjadi kenangan yang indah, namun baginya itu adalah kenangan terburuknya. Kenapa ia bisa menerima dengan mudah wanita yang sekarang menjadi ibu dari anaknya?

Kenapa hanya dengan sebuah kata, perjodohan karena orangtua kami bersahabat, mereka dengan seenaknya menyatukan dua perasaan yang berbeda. Walaupun sebuah kalimat mengatakan, cinta hadir karena terbiasa. Namun bagi Rion itu tidaklah berlaku.

Ia ingin menikahi wanita yang benar-benar ia cintai sejak awal bukan seperti ini caranya.

Ponselnya berdering menampilkan nama wanita yang telah mengisi hatinya belakangan ini.

Labil memang, tapi nyatanya Rion memang mencintai istrinya. Ralat, calon mantan istrinya itu. Hanya saja ia tidak mengungkapkan secara langsung bahkan melakukan nya dengan baik semasa mereka bersama, Rion yang terus menghindarinya, sedangkan Dela yang selalu berusaha baik-baik saja dihadapan Rion.

Rion sangat membenci itu.

Ia ingin menjadi sebuah alasan kebahagiaan dan kesedihan Dela, namun ia tidak pernah mendapatkan jawaban yang bisa membuatnya lega. Setiap ia bertanya kenapa dengan matamu yang memerah? Lalu ia hanya menjawab dengan suara lembutnya bahwa ia hanya sakit mata.

Kenapa Dela tidak mengatakan yang sebenarnya kepadanya. Dela telah mengusik harga dirinya.

Rion mengangkat panggilan dan mendengar suara yang membuatnya merasakan buruk dan bahagia secara bersamaan.

"Aku telah melakukan apa yang Mas perintahkan kepadaku." Tanpa sapaan Dela dengan jelas mengatakan hal yang tentu membuat Rion merasa buruk.

"Baiklah, kita akan bertemu di pengadilan nanti."

Panggilan terputus dan Rion mengerang frustasi. Entah apa yang telah merasuki nya. Ia bahagia jika Dela tidak terjerat dengan dirinya semakin lama, tapi ia menjadi buruk karena tidak akan bisa melihat dari wanita pujaannya yang selalu ia tatap saat mereka tidur, wanita yang selalu ia puji jika memasak makanan untuknya walaupun ia hanya mengatakan dalam hati, ia benar-benar menyukai apapun itu yang ada pada diri Dela.

Dari kelembutan, rasa hangatnya, kasih sayangnya, dan kecantikan nya yang tidak pernah bisa ia pungkiri bahwa Dela bagaikan seorang bidadari yang sangat indah.

****

Setelah menelpon Rion, Dela hanya menatap kosong kertas yang sudah ia bubuhi dengan tangan tangan yang dipinta oleh suaminya.

Ia menangis tanpa suara yang membuatnya merasa buruk, apa salahnya hingga Rion dengan tega menceraikan nya, apa ia kurang baik atau apapun itu yang membuat Rion sangat marah hingga melayang kan kertas yang tidak pernah terbayang olehnya.

Dela sangat mencintainya, bagaimanapun sikap Rion kepadanya, Dela tetap mencintainya, bahkan dengan bercerai seperti ini, ia menyetujui nya karena ia benar-benar mencintai Rion.

Demi Rion bahagia, ia akan melakukan apapun. Jika ini memang benar membuatnya bahagia, dan membuat Dela hancur ia tak masalah.

Suara tangisan putri kecilnya membuat ia dengan cepat tersadar dan menghapus dengan cepat air mata yang terus mengalir. Dela menghampiri putrinya dan mensejajarkan tubuhnya.

"Kenapa sayang?" Tanya Dela dengan lembut.

"Yayah." Suara tangisannya kembali terdengar jelas. Membuat hati Dela bergetar hebat menahan desakan air mata yang akan kembali meluncur dengan bebas. Ia harus kuat demi putrinya.

"Ayah kerja sayang, nanti malem ayah pulang kok," ucapan Dela bagaikan hembusan angin yang sejuk, putrinya mengangguk mengerti lalu memeluk Dela dengan sangat erat seperti ia merasakan apa yang sedang terjadi kepada kedua orangtuanya.

Dela membalas pelukan itu dan kembali menitik'kan air matanya. Bagaimana nasib putrinya yang akan kurang mendapati kasih sayang dari seorang ayah? Bagaimana nasib putrinya yg menjadi korban dari keretakan kedua orangtuanya.

Dan kata bagaimana itu selalu menghantui pikiran Dela hingga ia terjatuh tak sadarkan diri dihadapan putrinya yang kembali menangis kencang.

***

9. HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang