Base on true story, written by Simplemanstory atau akun twitter by (@SimpleM81378523)
______________________________________
Entah bagaimana, sekelebat pikiran itu muncul. Sri lantas mengatakan apa yang ia temukan di kamar mbah Tamin. Bahkan Sri menunjukan boneka yang ia temukan di bawah pohon beringin, sebuah pesan dari cucunya Dela Atmojo.
Mendengar itu mbah Krasa mengerutkan kening. Ia terdiam. Mbah Krasa memandang mbah Tamin yang sedari tadi terdiam sembari berdiri. Lalu ia tertawa, cukup membuat Sri dan Dini tersentak. Seakan ucapan Sri hanya omong kosong.
Lalu mbah Krasa berkata. "Koen rong cerita nang cah iki opo seng asline kedaden?" ucap mbah Krasa tenang.
(Kamu belum cerita ke mereka apa yang sebenarnya terjadi?)
"Kemeroh!" kata mbah Tamin.
(Sok tahu!)
Mbah Tamin mengambil sesuatu di sakunya. Boneka yang sama termasuk foto keluarga Atmojo. Sri terlihat bingung. Apa yang terjadi sebenarnya.
"Tak ceritakno kabeh sak iki, rungokno. Nanging nek aku wes cerito, opo seng bakal kedaden nang koen-koen iki ra iso dicabut. Awakmu kudu nurut, yo."
(Saya akan menceritakan semuanya sekarang, dengarkan. Tapi setelah saya sudah cerita, apa yang akan terjadi pada kalian berdua tidak bisa dicabut. Kalian harus nurut, ya)
"Nurut, sampek nyowo Dela iso selamet, Utowo nyowo koen-koen ra iso selamet podo karo Dela," Sri dan Dini masih diam mendengarkan.
(Nurut sampai Dela bisa selamat, atau nyawa kalian tidak akan selamat sama seperti Dela)
"Santet sewu dino iku jenenge santet gur mateni sak garis keluarga, kanggo mateni sukmane teko anak ragel. Keluarga atmojo wes duwe musuh nang ndi-ndi. Dadi asal muasal iki, tekan lengahe aku ngawasi keluarga iki. Dela gak tak songko bakal dadi target santet iki," Suara mbah Tamin terdengar keras, ia menahan dendam kesumat atas insiden ini.
(Santet seribu hari itu adalah santet yang bisa membunuh seluruh garis keturunan keluarga besar melalui sukma dari anak terakhir/keturunan terakhir. Keluarga Atmojo sebenarnya sudah memiliki musih dimana-mana. Jadi asal mula dari semua ini itu, karena saya lengah mengawasi keluarga ini. Saya tidak pernah menduga sebelunnya bahwa Dela akan menjadi korban santet model seperti ini. Karena santet ini adalah santet untuk para pendosa yang juga akan menghabisi keluarga yang mengirim santet ini)
"Media kanggo santet iki macem-macem. Salah sijine gawe boneka sing di isi rambut sing kepengen dientekno keluargane. Nasib'e Dela sak iki ditentukno nang ndi boneka iki sak iki."
(Media yang digunakan untuk santet ini bermacam-macam. Salah satunya melalui boneka yang diisi rambut keluarga yang ingin dihabisi. Nasib dela sekarang ada di boneka ini sekarang)
"Masalahe aku ra iso ngolek'i nang ndi kae boneka iki ditandor lan onok piro aku gak eroh."
(Masalahnya saya tidak tahu dimana saja boneka ini ditanam dan ada berapa aku gak tau)
"Boneka sing mbok temoni iku salah sijine boneka sing tau tak temokno nang omah iki. Aku sengojo nandor nang kunu. Ben engkok nek waktune, iso ngeringano bebane loroe Dela."
(Boneka yang kamu temukan itu adalah salah satu boneka yang pernah saya temukan di rumah ini. Saya sengaja menanam boneka itu di sana. Supaya nanti ketika waktunya tiba, bisa meringankan bebas sakitnya Dela)
"Iling awakmu, ben bengi aku wes ngilingno ojok mbukak lawang? Tapi awakmu jek nambeng."
(Ingat kamu, waktu saya mengingatkan kamu jangan membuka pintu saat? Tapi kamu masih tidak mendengarkan)
"Asline keluarga sing ngirimi santet iki, sek golek'i Dela. Iku alasanku nyingetno Dela ndek kunu. Tempat kui rame. Soale sebelum Banarogo ketemu Senggarturih, Dela gak bakal iso mati. Otomatis santet iki dorong mateni keluarga Atmojo."
(Sebenarnya keluarga yang mengirim santet ini, masih mencari dimana keberadaan Dela. Itu alasan kenapa aku menyembunyikan Dela di sana. Tempat itu terlalu ramai untuk mencari keberadaannya. Karena sebelum Banarogo bertemu dengan Senggarturih, Dela tidak akan bisa mati. Otomatis santet ini belum akan menghabisi keluarga Atmojo)
"Sinten senggar turih niku?"
(Siapa senggarturih itu?)
"Sing sak iki tangi, nek Dela gak dicancang tali ireng iku."
(Dia yang sekarang bisa bangun sewaktu-waktu, jika Dela tidak diikat dengan tali hitam itu)
"Jadi?" tanya Sri.
"Kari ngenteni waktu, kanggo tekane Banarogo golek'i bojone Senggarturih, sing onok nang awak'e Dela. Lek wes ketemu, keluarga Atmojo tamat!"
(Tinggal menunggu waktu, untuk datangnya Banarogo mencari istrinya Senggarturi yang ada di tubuh Dela sekarang. Bila dia sudah menemukannya, keluarga Atmojo sudah tamat!)
Bagi Sri apa yang baru saja diucapkan oleh mbah Tamin persis seperti dongeng untuk anak kecil yang serba ingin tahu sebuah kenyataan dari dunia yang tidak dapat ia lihat, rasa ingin tahu kenapa ada hal-hal yang tidak masuk akal seperti ini. Namun presepsi itu harus ia pertimbangkan lagi.
Terutama saat Sri melihat wajah Dini, ia menampilkan ekspresi ketakutan yang tidak pernah ia saksikan sebelumnya. Ibu dari dua anak, satu-satunya yang Sri tuakan meski usia mereka hanya terpaut dua tahun.
Dini memilih menikah muda. Hal itu yang membawanya ke tempat ini. Ke tempat dimana ia harus meninggalkan kedua anaknya, membantu sang suami guna menutup kebutuhan dari buah kecil cinta mereka. Dini lebih memilih dia sembari menutupi luka di daun telinganya yang harus ia relakan di bibir Dela atau mungkin Senggarturih.
Setelah penjelasn mbah Tamin yang dirasa Sri ada beberapa kecil bagian yang seakan tidak diceritakan, membuat Sri merasa orang tua ini memiliki tujuan tersendiri. Tidak dapat ditebaak, tidak dapat diterka, namun sorot matanya seakan memberitahu ada rahasia yang ia tutupi.
"Wes mari toh ndok penjelasane. Lek dirasa mari, ibuk pamit. Engkok ben Sugik sing ngeterno awakmu karo Dini nang Dela."
(Ssudah sselesai kan penjelasanny. Kalo sudah, ibu mau pamit. Biar nanti Sugik yang akan mengantar kamu dan Dini ke tempat Dela berada)
Mbah Krasa pergi, mbah Tamin pun undur diri. Ia mengatak bahwa setelah ini, apa yang mereka alami di rumah gubuk alas itu belum ada apa-apanya dengan apa yang akan mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri. Ada kilatan mata dengan sudut bibir melengkung, mbah Tamin punya rencana lain.
Sugik belum kembali. Kabarnya ia akan menjemput sore hari. Sri masih belum tahu dimana Dela saat ini berada, yang jelas alas itu bukan lagi tempat dimana Dela disembunyikan lagi. Entah tempat seperti apa lagi. Sri merasa ia sedang dipersiapkan untuk sesuatu yang lebih besar.
Ketika Sri sedang mempersiapkan perbekalan yang akan ia bawa, ia melihat Dini berdiri di luar pintu kamar tempat ia beristirahat sebelum perjalanan berikutnya. Entah apa yang dilakukan Dini, membuat Sri akhirnya mendekatinya. Mempertanyakan apakah ada yang ingin ia sampaikan.
Ekspresi wajah Dini tidak dapat ditebak sama sekali. Namun setelah dirasa ia cukup menahan diri, Dini berujar dengan suara bergetar.
"Siji tekan kene, sing akan urip sampek iki mari. Sri, sepurane lek aku bakal ngelakokno opo ae supaya tetep urip," ucap Dini. MembiuatSri kebingungan. Apa yang ia ucapkan.
(Satu di antara kita, akan tetap hidup sampai ini semua selesai. Sri, maaf kalo aku akan melakukan apa saja agar aku tetap bertahan hidup)
To be continue...
______________________________________Maaf jika terlalu lama menunggu, karena masalah kemarin dengan seseorang yang gak di kenal tapi ngomongnya udah sok bener tentang saya, yang katanya saya menyesatkan kalian. Saya jadi sedikit malas untuk melanjutkan cerita ini.
Jadi mohon sabar buat keleletan ku buat update ini repost cerita. Tapi aku akan berusaha buat lanjutin. Makasih sebelumnya yang masih mau membaca!
Jangan lupa tekan bintang ya,
Selamat membaca!

KAMU SEDANG MEMBACA
The Universal Story [By Simpleman]
HororCerita ini adalah cerita thread dari twitter yang aku repost dari akun kakak @Simplemanstory sebelumnya aku sudah meminta izin dulu dari sang penulis dengan tidak merubah sedikit pun apa yang ada di dalam cerita yang sudah tertulis. Saya hanya menul...