Rumah Sakit

3 0 0
                                    

    Sabtu, 30 Maret 2019 menjadi hari terburuk bagi keluargsaya, Kakek saya yang tinggal diGarut terkena penyakit sesak nafas. Ia dilarikan ke IGD di salah satu Rumah sakit yang berada di Garut. Sontak, ayah saya pun mengajak saya untuk segera berangkat ke Garut untuk menengok Kakek yang sedang sakit. Kami berangkat dari tasik pukul 4 sore.
    Semua keluarga ber sayampul di Rumah Sakit. Kebetulan saat itu saya dan ayah saya yang akan berjaga di Rumah Sakit. Sore berganti malam. Saya meminta izin kepada ayah untuk pergi mencari makanan. Saat itu saya membeli 2 bung kus nasi goreng, satu untuk saya dan satunya lagi untuk ayah. Sembari menunggu Nasi goreng, saya membuat sebuah snap IG dengan hastag Garut.
    Tiba-tiba, dia mengomentari snap saya dan bertanya, "lagi dimana nih?" . Pertanyaan itu membuat saya semangat dan saya harap dapat bertemu. Dan dengan kebetulan, dia sedang berada di rumah sakit yang sama dengan kakek saya. Dia sedang menjenguk tetangganya yang sedang sakit. Tanpa pikir panjang Saya pun mengajaknya untuk bertemu. Pertemuan pertama kami terjadi ditempat yang tidak disangka-sangka. Tempat parkir Rumah Sakit. Ya, disanalah kami bertemu dengan pakaian siap tidur dan muka yang mulai tertimbun malam hari.
    Sungguh, semuanya tidak disangka dan direncanakan. Namun satu hal yang perlu kalian ketahui, jatuh cinta pada pandangan pertama itu nyata. Pertemuan singkat, padat, namun tidak jelas apa tujuannya. Kami bertegur sapa sembari berkenalan didunia nyata. Satu hal yang membuat saya agak gugup, saat itu ia pergi ke rumah sakit bersama saudaranya. Keadaan itu semakin canggung saat kami mulai bersalaman.
    "Kamu Inggi?" ucap saya. Inggi terdiam tak berbicara sembari gemetar.
    Lalu saya menjabat tangannya
    "Saya reihan, kamu Inggi kan?" ucap saya kembali.
    "Iya." ucap Inggi sembari gemetar yang makin menjadi.
    "Itu siapa?" tanysaya.
    "Oh itu, itu sodara aku hehe." mukanya memerah mungkin tersipu malu.
    "Oh iya, yauda saya pulang dulu ya, papa nunggu saya soalnya."
    "iyaa, hati-hati." ucap inggi yang tetap gemetar.
    Namun pertemuan kami tak begitu lama, kami hanya berkenalan lalu berpisah kembali. Saya kembali ke ruang IGD kakek saya, sedang Inggi pulang ke rumah neneknya yang tidak jauh dari Rumah Sakit tersebut. Kejadian itu masih terngiang sampai ruang IGD, saya memutuskan untuk chat Inggi dan mengajaknya bertemu di minimarket dekat RS.
Dipertengahan jalan kami bertemu dengan sekelompok anak kecil yang sedang bermain.
    "Cie cie malam mingguan kak." ucap salah satu anak kecil itu.
    "Ohh iya ni dek, tapi ini masih diproses, semoga aja di acc jadi pacarnya hehe, doa in ya dek." Ucap saya iseng pada anak kecil tersebut.
    Inggi tersipu malu, mungkin dia sudah mulai menyukai saya. Sepanjang perjalanan pulang kami berjalan kaki karena rumahnya tidaklah jauh. Saya terus menerus merayunya dengan gombalan-gombalan yang sangat-sangat dipaksakan. Mulai dari
     "Nanti kamu bakal aku bawa ke puncak Mahameru, puncaknya para Dewa. Dan akan aku katakan pada para Dewa itu bahwa kau adalah Dewi saya."
    Inggi pun tersenyum malu, wajahnya mulai memerah, mungkin dia mulai jatuh cinta pada saya. Saat tiba di rumah neneknya, saya berpamitan untuk pulang ke IGD.
   "Jangan lupa hari senin ya, kamu kenalin kota ini ke aku hehe."
   "Iya siap hehe."

PertemuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang