Diari

5.6K 180 10
                                    

Selimut malam telah jatuh menyelimuti kawasan Gunung Patuha. Kerlap-kerlip lampu di Pondok Pesantren Asy-Syifa --yang terletak di pinggang gunung-- menandakan kegiatan masih berlangsung. Derau suara santri mengaji, meneteskan kedamaian ke segenap masyarakat setempat.

Namun, pada rumah terbesar di kompleks perumahan para ustaz, terjadi sedikit gejolak. Bangunan berhalaman resik tersebut, kali ini kedatangan tamu jauh. Sebuah mobil CRV putih, terparkir di depan pagarnya.

Ustaz Arka, pemilik rumah tersebut, menghadapi tamunya dengan wajah tegang. Netranya lekat mengamati wajah kuyu tamunya. Tamu itu bukan tamu biasa. Melainkan sahabatnya di masa lalu, yang telah bertahun-tahun lamanya tidak bertemu.

"Segawat apa?" desisnya pada Dokter Andhika --sang tamu-- seraya mengepal tinju, demi menekan rasa rawan yang menyerbu hati.

"Aku tak berani menggambarkan." Air mata menitik ke atas pipi dokter yang belum kehilangan garis ketampanan masa muda itu.

"Kamu dokter spesialis bedah jantung! Masa tidak mampu menyelamatkan istri sendiri?" Suara Ustaz Arka naik beberapa oktaf. Rahangnya mengencang.

Shena --istrinya-- yang semula hanya duduk diam dan menyimak, terpaksa bangkit. Lantas meraih lengan sang ustaz, lalu mengelusnya perlahan untuk mengalirkan ketenangan.

"Dokter itu bukan Tuhan, Abu Rafiq." Suaranya lembut mengingatkan. Ia tak berkomentar banyak. Mampu memahami kekalutan Ustaz Arka. Bagaimanapun, Meida --istri Dokter Andhika-- adalah sahabat masa kecil suaminya. Sedikit banyak, perempuan itu pernah memiliki tempat di hati suaminya.

Dokter Andhika duduk membungkuk dari kursi, lalu menelungkupkan muka ke atas meja ruang tamu. Bahunya gemetar. Frustasi. Hatinya hancur berkeping-keping oleh ucapan sang Ustaz. Ia memang dokter bedah jantung profesional. Tak terhitung pasien penyakit jantung yang berhasil melewati masa kritis berkat tangan dinginnya.

Namun, ia gagal menangani penyakit istri sendiri. Setelah menjalani perawatan selama dua tahun terakhir ini, kondisi Meida drop. Operasi jantung yang berkali-kali dilakukan, hanya menambah sedikit kemajuan. Terakhir kali, Andhika mencoba menerapkan transplantasi jantung dari donor yang telah diseleksi teliti. Hasilnya, tubuh Meida masih sulit beradaptasi dan merespon jantung donor itu sebagai benda asing. Reaksi penolakannya cukup fatal. Meida mengalami shock. Curah jantungnya terjun bebas. Kesadarannya hilang. Wanita berkulit seputih salju itu kini terbaring koma di ruang ICCU Rumah sakit Internasional Kuala Lumpur.

Hari ini, Andhika terpaksa terbang dari Malaysia ke Bogor, demi melaksanakan amanah yang tertulis dalam diari istrinya. Amanah yang tak akan ditunda-tunda lagi. Bahkan, ia merasa sangat terlambat, sebab baru menemukan diari tersebut setelah Meida koma selama satu minggu.

"Ayah." Adimas menyentuh bahu ayahnya. Ingin mengingatkan, agar sang ayah tak terlalu larut oleh perasaan. Waktu terus berjalan. Mereka tak boleh menundanya lagi. Mata pemuda itu merah dan sembab karena sepanjang jalan tiada hentinya mengucurkan air mata.

Dokter Andhika tersadar. Lalu menegakkan tubuh, menatap paras rupawan Ustaz Arka yang sudah pucat pasi.

"Kumohon," pintanya dengan suara serak, seraya menyodorkan dua buah buku tebal bersampul ungu muda. Yang satu, terlihat pudar. Dan yang lain, masih cerah. "Diari istriku," ungkap dokter tangguh dan arogan yang kondisinya kini tak berbeda dengan pasien yang sering ditanganinya.

Laki-laki setengah baya itu mengangkat buku yang warna sampulnya telah memudar.

"Sampai sekarang, buku diari pertama ini masih disimpannya. Dari sini aku paham, betapa besarnya harapan Meida padamu. Sehingga, aku tak ragu memenuhi impiannya pada buku diari kedua. Di buku kedua ini, segalanya tentang aku. Tapi halaman terakhirnya ...." Andhika menyodorkan buku kedua yang lebih cerah. "Berisi impiannya untuk merajut tali kekeluargaan denganmu. Jika dulu, kau menolaknya, paling tidak, sekarang, jangan kau tolak putranya." Air mata sang dokter kembali berjatuhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekuntum Cinta Untuk AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang