Dinginnya malam disertai deras hujan tak lagi kentara. Mata Sasuke terpejam, berusaha tak begitu gugup.
"Hinata, kau merasa baikan?" bisik Sasuke.
"...."
"Kau tidak akan marah setelah ini 'kan?"
"...."
Kening Sasuke berkerut saat tak mendapat jawaban, dan hanya mendengar suara napas teratur dari si Hyuga. "Hinata?"
"...."
Kalah dengan rasa penasarannya, Sasuke membuka mata dan menemukan gadis itu sudah tertidur pulas dengan mulut sedikit terbuka. Tangannya terangkat, bergerak di atas wajah Hinata yang tak merespon sama sekali.
"Dasar." Sasuke mencubit pipi Hinata gemas, bisa-bisanya gadis ini meninggalkannya tidur duluan.
Tanpa diminta, akhirnya Sasuke bergeser sedikit, tak lagi memeluk Hinata melainkan duduk di samping gadis itu.
Masih dalam keadaan telanjang, Sasuke membaringkan tubuhnya di samping Hinata. Dia mendengus, jika saja tak mengingat beberapa waktu lalu Hinata seperti orang sekarat mungkin Sasuke akan mengganggu gadis itu sampai terbangun. Tetapi nuraninya masih ada, dan lagi salahnya juga yang membuat mereka tersesat di Arashiyama.
Lagi, Sasuke membuang napasnya. Mencoba berpikir positif, keduanya memang tersesat. Tapi dalam hal ini Sasuke tidak ingin menyalahkan dirinya atau siapapun, mungkin saja ini takdir.
Semenjak dia dan Hinata mulai bertukar sapa, benang merah di antara mereka sepertinya mulai terhubung. Dan ya, harusnya Sasuke dapat tersenyum lega karena Hinata baik-baik saja.
"Hrmm Satsuki ...." Hinata berucap lirih, mengigau dalam tidurnya.
"Hn?"
Grep
Sasuke masih berusaha tenang ketika Hinata tanpa tahu malu malah menempel dan memeluk perutnya.
Sepertinya dia kedinginan, ada baiknya Sasuke memakaikan gadis itu baju.
Dasar Hinata.
.
.
.
Pagi menyingsing, menyisakan kantuk yang tak seberapa bagi Hinata yang bangun dengan perasaan ringan. Dia terpejam sembari terduduk, matanya melihat seisi tenda yang kosong, lalu melihat pada dirinya sendiri yang sudah mengenakan kaus rolling stone milik Sasuke. Dia tertegun, seingatnya kemarin malam mereka ... Ya, sudahlah, dia menguap, mengucek sebelah matanya yang terasa gatal sembari beranjak untuk keluar tenda.
Masih sama, Hinata hanya sendirian, menyisakan perapian mati dengan panci kecil tertutup di atasnya yang menguarkan bau harum khas mi instan. Matanya kembali menelisik sekitar.
'Di mana Sasuke, apa dia meninggalkanku?' Hinata mengedik acuh, memilih menghampiri perapian untuk mengisi perutnya.
"Memangnya dia bisa ke mana, berdua saja tersesat ... apalagi sendiri." Hinata tersenyum membayangkannya, lalu mulai menyantap mi instan yang ternyata sudah lumayan mengembang.
Berselang beberapa menit selepas ia menghabiskan sarapan yang mungkin saja sengaja Sasuke tinggalkan, Hinata masih menunggu, menatap hutan sekitarnya dengan sesekali bersenandung. Tak jarang ia berjalan sedikit ke arah kanan, lalu kiri, lalu kembali duduk. Memainkan panci, kembali ke tenda dan kembali lagi ke luar. Sampai satu jam, tapi batang hidung Sasuke belum juga terlihat.
"Apa mungkin dia meninggalkanku?" tanya Hinata ragu. "Mana mungkin dia setega itu?" Wajahnya tampak berpikir keras, lalu tiba-tiba ia berjengit. "Apa mungkin Sasuke tersandung, lalu mati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsun to Dere (End)
FanfictionSasuke hanya bermimpi ingin memiliki masa muda yang damai, sekolah dengan tenang tanpa harus terlibat masalah yang membuat kehidupan terstrukturnya hancur. Akan tetapi, semuanya berubah ketika ia bertemu, berkenalan, bahkan dipaksa oleh seorang gadi...