Bab Tiga

4.7K 322 81
                                    

Bogor saat ini sedang hujan, bagaimana dengan kota kalian?

***

Selesai mandi, Dara buru-buru mengangkat panggilan suara dari Nabila. Dara hampir saja lupa masih memiliki Nabila yang lebih baik daripada Niken dan Nadia.

"Halo, Bil?" sapa Dara terlebih dahulu.

"Dar, tadi si Varel nanyain alamat lo, kalian udah ketemu?"

Dara mengangguk, mesik Nabila tak bisa melihatnya. "Itu gara-gara ada hoax di sekolah. Emang itu siapa yang fitnah?"

"Nggak tahu juga gue. Terus gimana?"

"Ya gue ambil kesempatan ini, biar anak gue juga lahir ada ayahnya."

Di seberang sana Nabila terkejut. "Serius? Dia kan ga—"

"Dara ... Cepat siap-siap, kita kan mau jalan."

"Sorry, Bil, ntar kita sambung lagi."

Padahal Nabila belum selesai bicara. "Yaudah bye."

Setelah selesai bersiap-siap, Dara pun menemui kedua orang tuanya yang sedang menunggu di ruang tamu.

Tujuan mereka sekarang adalah kediamannya Varelio Harris, sebelum perjalanan Dara sudah terlebih dahulu chat Navin untuk menanyakan alamat Varel yang merupakan sahabat dekatnya.

Mobil yang dikendarai oleh Alan terparkir di depan sebuah pagar hitam yang menjulang tinggi.

Alan pun turun dari mobil, dan memencet bel yang menempel di tembok dekat pagar. Tak lama kemudian satpam menghampiri Alan.

"Apa benar ini kediamannya Varelio Harris?" tanya Alan.

"Betul, tapi Mas Varelnya belum pulang, Pak."

"Di dalam ada siapa?"

"Bapaknya Mas Varel, Bapak Prasetyo Harris."

"Saya bisa ketemu beliau."

Satpam tersebut tidak ada kewenangan untuk menerima tamu tanpa sepengetahuan sang pemilik rumah, akhirnya dia masuk ke dalam untuk bertanya langsung kepada Prasetyo Harris.

Tak lama kemudian satpam tersebut membuka lebar-lebar pagar, dan membiarkan mobil BMW milik Alan terparkir dengan leluasa di pelataran rumah.

Di dalam rumah sudah ada Prasetyo Harris yang menunggu, kemudian pria yang biasa disapa Pras pun mempersilakan ketiga tamunya untuk duduk.

"Selamat malam, maaf mengganggu waktunya. Perkenalkan saya Alan, istri saya dan ini anak saya, Dara Ananda. Tujuan kedatangan kami kemari ingin meminta pertanggungjawaban putra Bapak atas kehamilan putri saya."

"Jadi maksudnya anak saya Varel menghamili anak Bapak? Buktinya apa?"

Alan menunjukkan sebuau kertas yang dari mading sekolah. "Beritanya sudah heboh."

Pras membaca tiap kata yang tertulis di lembaran itu, dia sama sekali tidak percaya dengan hal ini. Mereka bisa saja membuat berita palsu agar bisa menikah dengan Varel, pewaris tunggal Harris Corp, begitulah pikiran Pras.

Lagian sejak kapan Varel menyukai wanita?

"Ini terlalu omong kosong untuk saya percaya, dan saya tidak punya waktu untuk membicarakan hal ini. Kalian bisa pergi."

Alan tidak menyangka bahwa kedatangan mereka sama sekali tidak dihargai. "Tapi, Pak?"

"Satpam, seret mereka!" ujar Pras dengan sedikit berteriak, kemudian satpam pun datang dan menuntun ketiga tamu itu untuk keluar dari rumah mewah itu.

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang