Belum jauh melarikan kudanya, mendadak sebuah bayangan merah muda berkelebat cepat bagai kilat di atas kepalanya. Cepat-cepat Pendekar Rajawali Sakti itu merundukkan kepalanya, sambil menarik tali kekang kudanya hingga berhenti mendadak. Kuda hitam itu meringkik keras sambil mengangkat kedua kaki depannya tinggi-tinggi, membuat Pendekar Rajawali Sakti itu terpaksa melompat sebetum terlempar dari pungung kuda itu.
"Hap!"
Dengan gerakan yang manis sekali, Rangga berjumpalitan di udara. Dan, dengan manis sekali dia menjejakkan kakinya di tanah. Kelopak mata Pendekar Rajawali Sakti itu menyipit, begitu dilihat di depannya kini sudah berdiri seorang wanita cantik mengenakan baju merah muda yang ketat dan tipis sekali.
"Lama sekali aku menunggu kedatanganmu, Rangga," kata wanita cantik berbaju merah muda yang sangat tipis itu dengan lembutnya.
"Hm..., kau yang bernama Ratu Pelangi..?" tanya Rangga datar.
"Tepat..! Aku Ratu Pelangi. Dan kau akan menjadi pendampingku, Rangga. Sudah lama aku menunggu kesempatan ini. Hanya kau satu-satunya yang pantas untuk menjadi pendampingku di Puri Tambur."
"Aku tidak kenal dengan dirimu. Bagaimana mungkin kau bisa menetapkan begitu, Ratu Pelangi?"
"Ha ha ha...! Kau memang belum mengenalku, Rangga. Aku tahu banyak dirimu sebelum kau lahir. "
"Hmmm..." Rangga hanya menggumam sedikit.
"Sekarang kau sudah datang, Rangga. Dan kau tidak bisa lagi pergi dariku," tegas Ratu Pelangi Maut.
"Begitukah...?"
"Ya! Kau harus tinggal bersamaku, selamanya."
"Hmm... Bagaimana lelaki yang kau simpan?" pancing Rangga.
"Heh...?! Laki-laki mana...?" Ratu Pelangi Maut tampak terkejut.
"Kau tidak perlu berpura-pura, Ratu Pelangi. Aku tahu kalau kau menyimpan beberapa laki-laki di sini. Dan aku rasa, kau tidak lagi memerlukan diriku."
"Huh! Dari mana kau tahu?" dengus Ratu Pelangi Maut.
"Itu tak penting bagimu, Ratu Pelangi. Kalau kau benar-benar menginginkan aku tinggal di sini, aku tidak ingin ada laki-laki lain kecuali diriku sendiri. Dan kau harus membebaskan mereka semua, tanpa kecuali."
"Siapa yang mengirimmu ke sini, Rangga?" tanya Ratu Pelangi Maut, dengan nada suara yang jelas sekali mengandung curiga.
"Tidak ada. Aku datang sendiri ke sini bersama kudaku," sahut Rangga kalem.
"Kau jangan dusta, Rangga. Kedatanganmu atas permintaan Paturakan, bukan...? Katakan terus terang, kau datang karena dia atau bukan...?" desak Ratu Pelangi Maut tegas.
"Tidak! Aku tidak kenal dengan orang yang kau sebutkan itu. Aku datang sendiri bersama kudaku," sahut Rangga tidak kalah tegasnya.
"Lalu, dari mana kau tahu kalau aku menyimpan laki-laki di sini?"
Rangga tidak langsung bisa menjawab pertanyaan itu. Memang terlalu sulit baginya. Tidak mungkin mengatakan bahwa sebenarnya dia sudah tahu semuanya dari si Gembel Bungkuk dan Wadira, yang sekarang ini pasti sedang mencarinya bersama Pandan Wangi.
"Baiklah, Rangga. Kalau kau tidak mau menjawab. Aku akan melenyapkan mereka semua. Dan tinggal kau sendiri yang ada di sini bersamaku," kata Ratu Pelangi Maut tegas.
"Apa maksudmu, Ratu Pelangi..?" sentak Rangga terkejut.
"Mereka memang tidak ada gunanya. Aku hanya memakai mereka untuk memancingmu ke sini. Dan sekarang kau sudah ada di sini, itu berarti mereka tidak ada gunanya lagi bagiku. Mereka sudah sepantasnya dilenyapkan," kata Ratu Pelangi Maut dengan tenangnya.
"Kau tidak bisa berbuat seenaknya, Ratu Pelangi...! Biarkan mereka bebas," sentak Rangga.
"Ini wilayah kekuasaanku, Rangga. Aku bebas melakukan apa saja yang kusukai di sini. Jadi, jangan berlagak di depanku. Kalau aku bilang mereka harus lenyap, tidak ada yang bisa mencegahku. Dan kau juga tidak...!" sentak Dewi Pelangi Maut lantang menggelegar.
"Aku tetap akan mencegahmu membunuh mereka, Ratu Pelangi," desis Rangga tegas menggetarkan.
"Hhh! Sudah kuduga sejak semula. Kau memang tidak mudah ditaklukkan, Rangga. Baik... kita adakan perjanjian."
"Hm...," Rangga hanya menggumam perlahan.
"Kalau kau berhasil mengalahkan aku, kau dan semua laki-laki yang ada di sini bisa bebas pergi. Tapi kalau kau kalah, kau harus tunduk padaku dan jangan sekali-sekali menentang. Bagaimana...?" Ratu Pelangi Maut mengajukan persyaratan.
"Baik, aku terima syaratmu," sambut Rangga tanpa berpikir panjang lagi.
Ratu Pelangi Maut tersenyum lebar mendengar sambutan Rangga yang begitu cepat dan tegas itu. Dia memang sudah menduga kalau Pendekar Rajawali Sakti itu akan menerima tawarannya. Ini memang yang diinginkannya sejak semula. Itu berarti dia bisa menjajal tingkat kepandaian yang dimiliki si Pendekar Rajawali Sakti.
"Nah...! Bersiaplah, Pendekar Rajawali Sakti. Hiyaaat...!"
"Hup! Yeaaah...!"
Pertarungan pun tidak dapat dihindari lagi. Ratu Pelangi Maut langsung menyerang Pendekar Rajawali Sakti dengan jurus-jurusnya yang sangat dahsyat dan berbahaya. Tapi, Rangga malah hanya mengeluarkan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib'. Dia memang belum tahu, sampai di mana tingkat kepandaian yang dimiliki wanita cantik penguasa Puncak Gunung Tambur ini.
Sebentar saja Ratu Pelangi Maut sudah menghabiskan lima jurus. Sedangkan Rangga baru mengeluarkan satu jurus. Namun, wanita cantik berbaju merah muda yang tipis itu belum juga bisa mendesak Pendekar Rajawali Sakti ini Jurus 'Sembilan Langkah Ajaib' yang dimainkan Rangga memang terlalu sukar untuk ditembus. Rangga seakan akan selalu mengetahui ke arah mana serangan Ratu Pelangi Maut dilancarkan. Dan, dengan gerakan tubuh yang begitu manis, Pendekar Rajawali Sakti itu selalu saja berhasil menghindari setiap serangan.
"Hiyaaa...!"
Tiba-tiba saja Rangga mengubah jurusnya begitu Ratu Pelangi Maut sudah menghabiskan sepuluh jurus. Pemuda berbaju rompi putih itu kini mengeluarkan jurus 'Cakar Rajawali'. Semua jari tangannya terkembang kaku seperti cakar seekor burung Rajawali yang siap hendak merobek-robek tubuh mangsanya. Gerakan-gerakan kedua tangannya juga begitu cepat, yang dimbangi pula dengan gerakan-gerakan tubuh yang meliuk indah dan gerakan kaki yang begitu lincah dan ringan.
Baru beberapa gebrakan. Rangga sudah bisa membuat Ratu Pelangi Maut kelabakan setengah mati. Dan, ketika Rangga mengubah jurusnya dengan cepat, wanita cantik itu semakin bertambah kelabakan. Bahkan, kini Pendekar Rajawali Sakti itu cepat sekali mengubah jurus-jurusnya, membuat Ratu Pelangi Maut terdesak.
"Hiyaaa...!"
Tiba-tiba saja Ratu Pelangi Maut melentingkan tubuhnya ke udara dan melakukan beberapa kali putaran. Lalu wanita itu kembali menjejak tanah sejauh dua batang tombak dari Pendekar Rajawali Sakti.
"Phuih! Kau benar-benar hebat, Rangga," puji Ratu Pelangi Maut dengan tulus.
"Terima kasih," ucap Rangga sambil tersenyum.
"Tapi kau belum menang, Rangga. Dan aku juga belum kalah."
"Terserah apa katamu, Ratu Pelangi."
"Hep...!"
Ratu Pelangi Maut cepat merapat kedua tangannya di depan dada. Kemudian dia menarik napasnya dalam-dalam. Lalu direntangkan kedua kakinya lebar-lebar ke samping. Sorot matanya tajam sekali, menusuk langsung ke bola mata Rangga. Pendekar Rajawali Sakti itu masih tampak berdiri tenang, walaupun dia tahu bahwa Ratu Pelangi Maut sedang bersiap mengerahkan ilmu kesaktiannya.
"Hap! Yeaaah....!"
Cepat sekali Ratu Pelangi Maut menghentakkan tangannya ke depan. Dan, ketika itu juga, dari kedua telapak tangannya meluncur secercah cahaya yang berwarna-warni bagai pelangi. Begitu indahnya cahaya pelangi itu, hingga membuat Rangga tertegun sejenak. Namun, begitu ujung cahaya pelangi itu hampir menyentuh tubuhnya, cepat-cepat Rangga membanting diri ke tanah dan bergulingan beberapa kali.
Glarrr....!
Ledakan dahsyat terdengar begitu keras menggelegar. Ujung cahaya pelangi yang keluar dari telapak tangan wanita cantik itu menghantam sebuah pohon yang tadi berada di belakang Rangga. Cepat-cepat Pendekar Rajawali Sakti melompat bangkit berdiri, setelah beberapa kali bergulingan di tanah.
Namun, sebelum dia berdiri tegak dengan sempurna, tiba-tiba cahaya pelangi yang memancar dari telapak tangan Ratu Pelangi Maut itu sudah meliuk cepat meluruk bagai anak panah ke arah dada pemuda itu.
"Hup! Hiyaaa...!"
Rangga cepat-cepat melentingkan tubuhnya ke udara, menghindari terjangan cahaya pelangi itu. Tapi, dia kini terkejut setengah mati. Cahaya pelangi itu tampak seperti memiliki mata saja. Cahaya itu terus mengejar ke mana pun Pendekar Rajawali Sakti itu bergerak menghindar. Hal ini membuat Rangga harus berjumpalitan di udara.
"Hap!"
Rangga cepat-cepat merapatkan kedua tangannya di depan dada begitu kakinya bisa menjejak tanah. Tapi, belum juga dia bisa mengeluarkan aji kesaktiannya, cahaya pelangi itu sudah kembali menyerang dengan kecepatan yang begitu tinggi. Dia berputar dua kali di udara.
"Huh! Akan kukecoh dia dengan jurus 'Seribu Rajawali'," dengus Rangga dalam hati.
Tepat ketika Pendekar Rajawali Sakti itu berhasil lagi menjejakkan kakinya di tanah, dengan cepat dia kembali melesat ke samping. Lalu dia terus berpindah-pindah dengan kecepatan yang begitu tinggi. Bahkan kini Rangga bergerak cepat mengitari tubuh Ratu Pelangi Maut. Begitu cepatnya gerakan-gerakan yang dilakukan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga seolah-olah pemuda berbaju rompi putih itu menjadi banyak jumlahnya.
"Setan...! Ilmu apa yang dia pakai...?" dengus Ratu Pelangi Maut kebingungan.
Beberapa kali dia menghantamkan cahaya pelanginya. Tapi, setiap kali ujung cahaya itu tampak sudah mengenal tubuh Rangga, ternyata hanya bayangan Pendekar Rajawali Sakti itu yang terkena. Ratu Pelangi Maut sama sekali sudah tidak bisa menemukan tubuh Rangga yang sesungguhnya. Kini dia seperti dikelilingi oleh seribu Rangga yang mengeluarkan jurus 'Seribu Rajawali'.
"Setan keparat..! Hiyaaat...!"
Ratu Pelangi Maut marah setengah mati. Sambil mengangkat dan memutar tubuhnya dengan cepat, dia merentangkan kedua tangannya ke samping. Sehingga, cahaya pelangi yang memancar dari kedua telapak tangannya itu bergulung-gulung menyambar setiap tubuh Rangga yang berada di sekelilingnya. Ledakan pun terdengar saling susul dengan dahsyatnya. Pepohonan dan batu-batuan yang ada di sekitar ajang pertarungan ini hancur berkeping-keping terkena hantaman sinar pelangi itu.
"Hiyaaa...!"
"Heh...?!"
Ratu Pelangi Maut terkejut setengah mati ketika tiba-tiba saja dari atas kepalanya meluncur Pendekar Rajawali Sakti. Pada saat itu dia juga melihat di sekelilingnya begitu banyak Pendekar Rajawali Sakti lainnya. Tapi, hanya sesaat dia terkejut. Dengan cepat sekali wanita cantik itu menjatuhkan tubuhnya ke tanah, lalu bergulingan menghindari serangan Rangga yang datang dari atas kepalanya tadi.
"Hup! Hiyaaa...!"
Begitu melompat bangkit kembali Ratu Pelangi Maut langsung menghentakkan kedua tangannya ke depan. Saat itu juga Rangga-Rangga palsu menghilang. Dan, pada saat yang sama, Rangga yang kini kembali menjadi satu orang juga menghentakkan kedua tangannya ke depan.
"Aji Cakra Buana Sukma! Yeaaah...!"
Seleret cahaya biru berkilauan memancar seketika dari kedua telapak tangan Rangga begitu dia mengerahkan 'Aji Cakra Buana Sukma', salah satu ilmu kesaktiannya yang sangat dahsyat dan belum ada tandingannya sampai saat ini.
Tepat di tengah-tengah, dua cahaya yang saling berlawanan itu beradu, hingga menimbulkan ledakan yang menggelegar. Begitu dahsyatnya ledakan itu, sehingga tanah yang mereka pijak bergetar hebat bagai diguncang gempa.
"Akh....!" Ratu Pelangi Maut memekik agak tertahan.
Cahaya pelangi yang memancar dari kedua telapak tangannya menghilang seketika. Tapi, cahaya biru yang memancar dari telapak tangan Rangga terus meluruk deras bagai kilat. Tak ada waku lagi bagi Ratu Pelangi Maut untuk menghindar. Seketika itu juga seluruh tubuhnya langsung tergulung cahaya biru yang semakin banyak keluar dari telapak tangan si Pendekar Rajawali Sakti.
"Aaa...!" Ratu Pelangi Maut melengking tinggi. Tubuhnya menggeliat-geliat di dalam selubung cahaya biru dari 'Aji Cakra Buana Sukma'. Sedangkan Rangga mengayunkan kakinya sedikit demi sedikit mendekati wanita yang kini sudah hampir tidak berdaya itu.
Ratu Pelangi Maut terus menggeliat-geliat sambil berteriak-teriak, mencoba melepaskan diri dari selubung sinar biru itu. Tapi, semakin banyak dia mengerahkan tenaga, semakin banyak pula kekuatannya yang tersedot, tanpa dapat dikendalikan lagi. Akhirnya, gerakan-gerakan tubuh wanita itu semakin mengendor dan kemudian tidak bergerak sama sekali.
Begitu Rangga mencabut aji kesaktiannya, tubuh Ratu Pelangi langsung terjatuh menggeletak ke tanah dengan seluruh tubuh lemas tak bertenaga. Hanya gerak perlahan di dadanya yang menandakan kalau dia masih hkiup. Sedangkan sinar matanya sudah begitu redup, bagai tak ada lagi gairah hidup. Perlahan Rangga menghampiri wanita cantik yang kini sudah tidak lagi memiliki daya itu.
"Di mana mereka?" tanya Rangga langsung.
"Untuk apa kau tanyakan mereka, Rangga...?" sahut Ratu Pelangi Maut, lemah sekali.
"Kau sudah kalah, Ratu Pelangi. Kau harus memenuhi janjimu sendiri," kata Rangga tegas. "Katakan, di mana mereka...?"
"Di dalam puri," Jawab Ratu Pelangi lesu.
Rangga menggerakkan jari tangannya beberapa kali, memberikan totokan di dada wanita cantik itu. Perlahan kemudian Ratu Pelangi Maut bisa menggerakkan tubuhnya kembali. Lalu dia bangkit berdiri. Tapi, wanita itu kini benar-benar sudah tidak mempunyai daya lagi. Dia sudah tidak mungkin bisa melanjutkan pertarungannya. Tenaganya benar-benar terkuras habis. Bahkan mungkin kesaktiannya pun sudah lenyap.
"Kau bisa memulihkan kembali kekuatanmu, Ratu Pelangi. Tapi kau harus menunggu paling tidak satu tahun," kata Rangga memberi tahu.
"Ilmu apa yang gunakan tadi?" tanya Ratu Pelangi Maut.
"Aji Cakra Buana Sukma," sahut Rangga tanpa bermaksud menyombongkan diri.
"Selama ini belum ada yang bisa menandingiku. Baru kau seorang yang bisa melumpuhkanku, Rangga. Kenapa tidak kau bunuh saja aku..?"
"Tidak ada gunanya membunuhmu, Ratu Pelangi. Aku bukan pembunuh. Dan aku tak berhak mencabut nyawamu. Dewata sajalah yang berhak."
"Apa yang kau inginkan dariku, Rangga?"
"Bebaskan semua yang kau kurung," sahut Rangga tegas.
"Mereka ada di dalam puri."
"Kau bisa tunjukkan di mana tempatnya?"
Tidak ada pilihan lain bagi Ratu Pelangi Maut selain menunjukkan jalan masuk ke dalam puri. Rangga mengikuti wanita itu dari belakang. Ayunan kaki wanita cantik itu gontai sekali. Dia sama sekali tidak bergairah. Dia sudah menyadari bahwa tidak ada lagi kekuatan di dalam dirinya. Sekarang Ratu Pelangi Maut benar-benar menjadi wanita lemah tanpa daya.
Akhir dari pertarungan itu sungguh menyakitkan bagi Ratu Pelangi Maut. Tapi, dia tidak menyesali kekalahannya ini. Dia justru malah senang, karena dikalahkan oleh seorang pemuda yang berkepandaian lebih tinggi darinya, yang juga disukainya selama ini. Meskipun, tidak ada harapan lagi baginya untuk bisa mendapatkan Pendekar Rajawali Sakti itu.
"Boleh aku tahu sesuatu darimu, Rangga?"
"Katakanlah."
"Apa yang akan kau lakukan setelah mereka semua bebas?"
"Mengembalikan mereka."
"Itu berarti kau harus berhadapan dengan Paturakan dan para pengikutnya,"
"Semua sudah aku perhitungkan, Ratu Pelangi."
"Aku yakin, kau pasti bisa mengalahkan mereka, karena kau sudah bisa mengalahkan aku."
Rangga hanya tersenyum.***
KAMU SEDANG MEMBACA
72. Pendekar Rajawali Sakti : Korban Ratu Pelangi
БоевикSerial ke 72. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.