Prolog.

60 6 0
                                    

"Nii, atan pelgi?"

Satu pertanyaan membuat aktifitas Seijuurou terhenti, matanya turun menatap seorang balita yang kini berdiri dihadapannya.

Tangan mungil itu, memegang erat celana Seijuurou, sang pemuda yang sedang duduk di beranda rumah, tersenyum kecil menatap sang balita.

"Iya, aku akan pergi," balas Seijuurou sambil menyimpan jeruk yang sudah ia kupas ke sampingnya, tangannya beralih meraih kedua tangan mungil, menggenggamnya erat sesekali mengusap lembut.

Sang balita yang mendengar jawaban Seijuurou lantas memberikan mimik sedih yang terlihat menggemaskan, pipinya mengembung, bibirnya mencebik kebawah seraya air mata yang terlihat akan lolos dari pelupuk.

"Tenapa Nii pelgi?" Tanya nya lagi.

Seijuurou mengulum senyum, lalu tubuhnya sedikit membungkuk, kedua tangannya meraih sang balita, lalu mendekapnya dalam pelukan.

"Karena Nii harus pergi,"

"Nii tidak bica dicini?" Tanya nya lagi.

Seijuurou diam tidak menjawab, lantas mendekatkan wajahnya, menggesekkan sebelah pipinya dengan pipi sang balita.

"Nii tidak, hehe, tidak,"

Tangan sang balita tertawa berusaha menjauhkan wajah Seijuurou, merasa geli dengan afeksi sang pemuda.

Seijuurou menghentikan aktifitas, lantas menatap sang balita yang kini balik menatapnya, "Nii?"

"Aku akan pergi, namun aku pasti kembali, jadi tunggulah aku," kata Seijuurou.

Sang balita hanya menatap, seolah mengerti dengan ucapan Seijuurou, tangan mungilnya terangkat, ibu jarinya ia sodorkan kehadapan wajah Seijuurou.

"Dandi?"

Seijuurou tersenyum, lalu menggenggam tangan mungil sang balita, "Harusnya jari kelingking," kata Seijuurou sambil berusaha mengeluarkan jari kelingking sang balita.

Balita yang tidak mengerti dengan perlakuan Seijuurou lantas terdiam menerima afeksi.

Seijuurou terkekeh pelan ketika usahanya tidak membuahkan hasil, lalu membiarkan sang balita menampakan lagi ibu jarinya.

"Baiklah, lain kali jika kau ingin membuat janji pakailah jari kelingking,"

"Ung?"

"Tidak usah dipikirkan," Seijuurou menampakan ibu jarinya juga, "Aku berjanji, akan kembali lagi, mungkin 100 bulan?"

"Bulan? Catu?"

"Haha, kau benar, tapi bukan bulan itu, hmm, ini bulan dalam tahun," jelas Seijuurou.

Sang balita hanya menatap bingung, lalu memiringkan kepalanya natural, "Bulan?" Tanyanya lagi.

Seijuurou mencium pipi sang balita cepat, tak kuasa menahan senyum dengan tingkah gemas sang balita, "Tidak usah dipikirkan, intinya aku akan kembali setelah 100 bulan, kau ingat itu,"

Sang balita yang melihat Seijuurou tersenyum ikut tersenyum sambil menganggukkan kepala senang, "Ung!"

Seijuurou lagi-lagi hanya bisa tersenyum semakin mendekap erat tubuh sang balita, 'Bersabarlah,' hatinya membatin.


🍑🍑🍑

Fate | Akashi Seijuurou.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang