BAB 15

4.7K 344 21
                                    

Jam 11 tadi yunihime traktir kopi, karena kebanyakan anak-anak traktir lewat app lain, aku jadi nggak cek dong web Trakteer, duh~ makasih ya dua gelas kopinya, kan aku kaget hahahaha

Kalian bisa melanjutkan untuk membaca Sugar Brother

□■□■□■□■□

Tidak satu pun yang diingatnya, bagaimana bisa dirinya terbaring di permadani ruang tamu. Sinar pagi menyorot matanya menyakitkan. Sialnya, ia tidak pernah memikirkan betapa pentingnya ada gorden di ruang tamu ini. Karena keegoisannya yang tak ingin menyia-nyiakan pemandangan di depan apartemennya. Naru tidak pernah suka memasang gorden, tapi terbangun setelah mabuk, dan butuh aspirin, dia menyesali untuk pertama kalinya, ketika ketiduran di ruangan ini, dengan selimut wol yang hangat melilit tubuhnya.

Seorang menggeliat di dalam selimut bersamanya. Antara kulit dengan kulit. Tampak asing, tapi berhasil membuatnya memutar ingatan ke belakang tentang tadi malam. Di situlah dia mulai membuat kekacauan ketika mabuk bersama Sasuke. Betapa menyebalkannya itu, sampai akhirnya dia tertidur di sini bersama gadis itu. Hinata Hyuuga seakan terlahir sebagai makhluk tercantik di muka bumi ini, begitu Naru membuka matanya pagi ini.

Rambut yang teracak, bibir yang terbuka, kulit putih yang penuh noda merah, ia tampak menggoda sekali, haruskah menyamakan gadis itu dengan dewi-dewi Yunani yang kecantikannya bahkan diagung-agungkan meski beribu-ribu tahun berlalu.

Ia tak pernah menyangka, akhirnya menggauli gadis itu, tapi tak benar-benar dapat mengingat semua rasa sentuhan dan penyatuan tersebut. Harusnya, pagi ini mereka bisa mengulang sekali lagi kejadian indah itu. Tapi mengapa... Naruto malah menghela napas dan menarik Hinata ke dalam pelukannya untuk berbagi kehangatan. Rasanya nyaman, lebih dari saat ia sekadar membayangkan memeluk gadis itu nantinya.

Ayo, kita mengingat-ingat lagi kapan persisnya ini semua terjadi, dan seakan-akan gadis itu tidak menolak apa yang paling diinginkan laki-laki yang sebetulnya dibenci olehnya sepanjang hidupnya—well, seharusnya memang begitu, bukan!

Dimulai saat dirinya mencium paksa gadis itu di depan pintu. 

Hinata memang tidak pernah sekalipun memprediksi bahwa mungkin saja calon tunangannya itu dapat menyerangnya kapan pun. 

Gadis itu, sebaiknya marah kepada Naruto yang bersikap lancang karena mencium dirinya tanpa aba-aba atau meminta izin. Namun yang terjadi, Hinata bukan sekadar tak berkutik. Ia pun menginginkannya, seolah menjadi momen yang paling ditunggu-tunggunya, dan tak sekalipun dalam pikirannya ia perlu mendorong Naru untuk menjauh. Hinata menerimanya dalam sukacita yang memabukkan.

Di tengah ruangan gelap, mereka berdua jatuh di atas sofa. Naruto mengambil duduk dan memaksa Hinata berada di pangkuannya. Setiap detik selalu ada kemajuan sampai akhirnya mereka berdua sama-sama menanggalkan pakaian mereka.

Kain-kain itu meluncur lembut sampai jatuh ke atas permadani. Napas Hinata yang memburu, menyaksikan Naruto yang sepertinya tidak akan sungkan untuk memulai sesuatu yang membara malam ini.

"Lakukan dengan lembut, ini pertama kali bagiku," bisik Hinata pada saat itu. "Aku tidak berpengalaman. Tapi aku tahu apa yang harus aku lakukan."

"Tidak perlu melakukan apa-apa," Naru membalas, menatap wajah Hinata yang memerah, tapi pandangannya terlihat penuh kecanggungan. Naru kembali mencium gadis itu, menggigit bibirnya secara gemas, sampai Hinata merasa apa yang dilakukan Naru sangat berlebihan, tetapi gadis itu tidak menolak perlakuannya—selama tidak terjadi ketidaksukaan, Naruto akan melakukan apa yang diinginkannya, bahkan memukul pantat gadis itu keras-keras.

COVENANT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang