906
"Ah, adik Hui tak usah engkau bicarakan persoalan itu, aku
segan mendengarkan masalah macam begitu.. "oh ya, aku
harus melakukan pemeriksaan dahulu didalam batang pohon
Liu dekat dermaga penyeberangan itu.
Selesai berbicara ia segera berangkat lebih dahulu menuju
ke hutan pohon liu seperti yang dimaksudkan.
Tonghong-Hui membungkam tanpa mengucapkan sepatah
katapun, dia mengintil di belakang anak muda itu.
selang sesaat kemudian sampailah Han siong Kie ditempat
kejadian dimana mayat2 dari Mo Sam yu sekalian yang mati
dibunuh malaikat hawa dingin ditemukan.
sebuah tanah gundukan baru muncul ditepi hutan, ini
menunjukkan bahwa kelima orang tianglonya telah
mengebumikan mayat-mayat itu seperti apa yang ia
perintahkan tapi kemana perginya kelima orang tianglo itu..?
Dari situ menuju ke gelanggang pertarungan terpaut tak
begitu jauh, bila mereka tidak temukan kejadian yang ada
diluar dugaan, tak mungkin mereka mangkir, tapi... apa yang
sebenarnya terjadi?
"Engkoh Kie apaan ini? kok seperti gundukan tanah kecil?"
terdengar Tonghong-Hui memecahkan kesunyian,
"Kuburan masal"
"Kuburan massal? siapa yang dikubur di tempat ini??"
"Penghianat2 dari perguruanku"
"Perguruan? Maksudmu perguruan engkoh Kie??"
Han siong Kie secara ringkas lantas menceritakan apa yang
telah dialaminya selama ini.
Selesai mendengar kisah tersebut, Tonghong-Hui menghela
napas panjang dan berkata: "Jadi kalau begitu engkoh Kie
907
telah menjadi bakal majikan istana Huan mo kiong di Thian lam?"
"Adik Hui, ketahuilah perintah guruku tak bisa dibantah,
kalau bukan begini apa gunanya kucari banyak kesulitan bagi
diriku sendiri? Hayo kita berangkat"
Dengan ilmu meringankan tubuh yang semcurna
berangkatlah kedua orang itu melakukan perjalanan cepat,
baik siang maupun malam mereka lanjutkan terus
perjalanannya dengan diselingi waktu istirahat yang amat singkat.
Tiga hari kemudian baru saja fajar menyingsing sampailah
kedua orang itu di depan benteng maut.
ombak menghantam tepian batu karang memercikkan
butiran air ke empat penjUru. itulah Benteng maut yang
disegani dan ditakuti setiap umat persilatan.
Kedua orang muda mudi itu langsung menuju ke batu
cadas dimana untuk pertama kalinya mereka berkenalan disitu.
Memandang batu karang yang tetap seperti sedia kala,