Tengkorak Maut IV

998 5 0
                                    

906

"Ah, adik Hui tak usah engkau bicarakan persoalan itu, aku

segan mendengarkan masalah macam begitu.. "oh ya, aku

harus melakukan pemeriksaan dahulu didalam batang pohon

Liu dekat dermaga penyeberangan itu.

Selesai berbicara ia segera berangkat lebih dahulu menuju

ke hutan pohon liu seperti yang dimaksudkan.

Tonghong-Hui membungkam tanpa mengucapkan sepatah

katapun, dia mengintil di belakang anak muda itu.

selang sesaat kemudian sampailah Han siong Kie ditempat

kejadian dimana mayat2 dari Mo Sam yu sekalian yang mati

dibunuh malaikat hawa dingin ditemukan.

sebuah tanah gundukan baru muncul ditepi hutan, ini

menunjukkan bahwa kelima orang tianglonya telah

mengebumikan mayat-mayat itu seperti apa yang ia

perintahkan tapi kemana perginya kelima orang tianglo itu..?

Dari situ menuju ke gelanggang pertarungan terpaut tak

begitu jauh, bila mereka tidak temukan kejadian yang ada

diluar dugaan, tak mungkin mereka mangkir, tapi... apa yang

sebenarnya terjadi?

"Engkoh Kie apaan ini? kok seperti gundukan tanah kecil?"

terdengar Tonghong-Hui memecahkan kesunyian,

"Kuburan masal"

"Kuburan massal? siapa yang dikubur di tempat ini??"

"Penghianat2 dari perguruanku"

"Perguruan? Maksudmu perguruan engkoh Kie??"

Han siong Kie secara ringkas lantas menceritakan apa yang

telah dialaminya selama ini.

Selesai mendengar kisah tersebut, Tonghong-Hui menghela

napas panjang dan berkata: "Jadi kalau begitu engkoh Kie

907

telah menjadi bakal majikan istana Huan mo kiong di Thian lam?"

"Adik Hui, ketahuilah perintah guruku tak bisa dibantah,

kalau bukan begini apa gunanya kucari banyak kesulitan bagi

diriku sendiri? Hayo kita berangkat"

Dengan ilmu meringankan tubuh yang semcurna

berangkatlah kedua orang itu melakukan perjalanan cepat,

baik siang maupun malam mereka lanjutkan terus

perjalanannya dengan diselingi waktu istirahat yang amat singkat.

Tiga hari kemudian baru saja fajar menyingsing sampailah

kedua orang itu di depan benteng maut.

ombak menghantam tepian batu karang memercikkan

butiran air ke empat penjUru. itulah Benteng maut yang

disegani dan ditakuti setiap umat persilatan.

Kedua orang muda mudi itu langsung menuju ke batu

cadas dimana untuk pertama kalinya mereka berkenalan disitu.

Memandang batu karang yang tetap seperti sedia kala,

Tengkorak MautWhere stories live. Discover now