diris-iris dengan pisau.
"Lalu apa sebabnya kalian berpisah?"
"Tentang soal ini... "
"Tak usah ragu ragu, katakan saja secara berterus terang"
"Bee.... bee... begini ceritanya, setelah meninggalkan
benteng, sewaktu aku lagi mengejar seseorang kutinggalkan
dia sendirian, tapi ketika aku kembali lagi kesana, sukoh telah
lenyap tak berbekas"
"Benarkah kejadiannya adalah demikian?"
"Benar" Hari siong Kie terpaksa harus mengeraskan hatinya
untuk mengakuinya.
Dengan loyo pemilik benteng maut bersandar diatas
kursinya, kemudian dengan sedih ia berkata:
"Tiga hari berselang, ia kembali ke benteng seorang diri.
setelah menangis setengah harian didepan jenasah ibunya,
tiba tiba dia menghantam ubun ubun sendiri dan bunuh diri........"
Berbicara sampai disini, ia sudah sesenggukan menahan
isak tangisnya maka pembicaraanpun segera berhenti.
1729
Han siong Kie menjerit keras, setelah muntah-muntah
darah segar, tubuhnya terjengkang ke belakang dan jatuh tak
sadarkan diri.
Entah berapa lama sudah lewat, ketika ia sadar kembali
suasana disekitar tempat itu sudah berubah, ia tidak berada
didalam ruangan lagi melainkan menggeletak diatas batu
karang diluar pintu benteng disampingnya duduklah ibunya
yang basah oleh air mata,
Cepat pemuda itu merangkak bangun, serunya,
"Oooh.....,..ibu, ananda tidak becus...?"
"Nak, terangkanlah hatimu, segala sesuatunya telah
berlalu......tenangkanlah hatimu!"
"Dimanakah sucou?"
"Karena kematian bibi Hui mu, sucou merasa amat sedih
sekali, karena sejak kematian nenek gurumu ia telah
melimpahkan segenap kasih sayangnya kepada putrinya, tidak
heran kalau kematian yang menimpa bibi Hui mu dirasakan
olehnya sebagai suatu pukulan batin yang amat besar.,...."
”Ibu, sekalipun aku harus mati seratus kali juga tak dapat
membayar hutang ini...."
”Nak, engkau jangan terlampau emosi, telah kuberitahukan
semua kejadian yang sebenarnya kepada dia orang tua, dan ia
telah memaafkan dirimu..”
"Ibu, sekalipun sucou dapat memaafkan ananda, tapi
ananda tak dapat memaafkan diri sendiri” bisik Han-siong Ki
dengan air mata yang bercucuran semakin deras.
"Sudahlah, engkau tak usah mengucapkan kata kata bodoh